Senja. 1

50 4 2
                                    


Hidup itu layaknya tuts tuts piano. Ada hitam & putih. Kadang kita ada di titik Hitam lalu putih dan begitu seterusnya.

»»»
Selasa pagi, gue berlari sekuat tenaga untuk sampai di sekolah. Oh Shit! Gue telat untuk yang kesekian kalinya. Gue sempat terdiam sejenak memikirkan bagaimana cara agar bisa sampai ke kelas.

Tiba-tiba muncul ide. Manjat tembok belakang sekolah! Huuft untung gue sedikit cerdas ya walaupun cuma sedikit, setidaknya ide gila gue ini berjalan mulus Semulus mobil baru.

Setelah memanjat tembok yang lumayan tingginya, gue berjalan di korido sekolah dengan pelan agar tidak ketahuan oleh siapapun.
Keringat yang bercucuran membuatku gerah, gue arah kan sajalah kaki menuju kantin. Toh percuma masuk kelas ujung ujungnya akan kena hukuman.

"Dara Amara Sanjaya telat 40 menit 17 detik. Dan sekarang
ingin pergi ke kantin?"

Gue menengok sumber suara yang hampir membuat ku jantungan. Seorang laki laki tinggi membawa sebuah buku catatan siswa siswi yang telat. Dia Arka -Si Ketua Osis-

"Karena lo telat dan tidak langsung masuk kelas. Hukuman lo rapikan buku buku di perpustakaan lalu Pel WC cewek, terus lari keliling lapangan 5 kali putaran habis itu lo hormat ke arah bendera selama 10 menit!"
What?! Hey! Dia pikir gue robot? Dengan santai nya dia mengucapkan itu setelah melihat buku hukuman.

"Enak ya lo ngomong! Emang lo siapa?" Ketus ku, yang jelas saja tidak terima hukuman sebanyak itu.

"Lo ga lupakan jabatan gue disini siapa?" Sinisnya yang bikin gue muak.

"Cihh! Sombong" gumamku yang hampir tidak terdengar.

»»»

Gue langsung menuju perpustakaan. Gue lihat tumpukan buku diatas meja kayu. Dengan sangat malas gue melangkahkan kaki untuk merapikan buku buku itu. Tidak sampai 20 menit buku buku itu sudah tersusun rapi. Untung Dara gak cuma Cerdas tapi juga rajin. Memuji diri sendiri boleh kali.

Setelah merapikan buku buku itu, lalu gue segera pergi dan menuju ke WC cewek.
"Buset dah! Ini yang pakai WC manusia apa kambing. Bau bener! Sumpah jorok banget WC cewek!" Gue terus meng-gerutu yang tak habis habis sama tak habis habisnya bau wc ini. Udah dibersihin pula baunya masih saja menyengat.

»»»

08.54
Gue menyeka keringat yang bercucuran. Sekarang gue sangat capek dan butuh minum. Tapi gue mager baru saja menduduki bokong dikursi tiba tiba saja rasa haus datang. Gue mengayun ayun kan kaki untuk menghilangkan rasa haus yang sebenarnya ga ngaruh juga si.

"Nih minum!"

gue tersentak. Lalu gue arahkan mata melihat seorang yang sedang memberikan sebuah botol yang sebenarnya ga boleh di sebutin mereknya. Gue sebutin inisialnya aja ya. Inisialnya, AQUA!

"Apaan si lo! Hobi banget ya lo buat gue jantungan!

"Buruan ambil keburu gue berubah pikiran terus minum nih botol!" Kata Arka yang pengen banget nonjok mukanya sekarang. Belagu banget sih si ketua Osis.

Tanpa balas ucapan yang sebenarnya malas gue ladenin. Sebenarnya sih gue mau nolak tapi karena sekarang gue lagi malas jalan ke kantin yang jauh nya kayak jakarta - bandung.

"Dasar ga tau terima kasih. Masih baek ya gue ngasih botol minuman kayak gini yang sebenarnya gue malas banget ngasih ke Lo. Cuma karna gue kasihan aja liat muka melas lo yang ga ada manis manisnya"
Ucapnya lalu berlalu lalang. Kesel! Marah! Benci! Kata yang mewakili hati gue saat ini. Yang benar saja dia membentak seperti itu. Kalau tidak ikhlas ya ga usah ngasih! Ribet amat yak.

»»»

"Lo! Seharusnya jalan pake mata! Coba lo liat baju gue jadi kena kuah bakso nya lo kan! Gue ga mau tau lo harus tanggung jawab!"
Belom sejam kejadian tadi, mood gue kembali hancur. Bagaimana tidak? Adik kelas yang tidak sengaja menumpahkan kuah bakso yang ia pegang. Jelas! Aku marah.

"S..sorry, sorry kak. Gue gak sengaja" ucapnya yang sedang menundukkan kepala. Ia pikir dengan dia berpura pura lugu gue bakal kasihan. Big NO!

"Emang dengan lo minta maaf baju gue bisa kembali kering? Gampang emang ya minta maaf. Tinggal bilang maaf terus lo melarikan diri?!"
Ungkap gue yang benar benar gue melampiaskan kekesalan gue.

"Stop! Stop! Ada apalagi sih!" Gue dengar suara Arka muncul disamping gue membuat gue menengok ke arahnya.

"Lo gak liat apa? Baju seragam gue kena kuah bakso nya nih bocah"

"Dar! Tapi kan dia udah minta maaf ke Lo. Maafkan aja kali. Cuma ketumpahan gini.Lagian lo bisa beli baju baru di koperasi nanti" Arka itu selalu ngomong se enak jidatnya dia. Ini bukan masalah apa, tapi ini bikin gue tambah kesel. Kuah baksonya kena tangan gue. Panas banget lagi kuah nya sampe merah tangan gue.

"Arka! Terserah lo deh! Lo emang selalu mau nyalahin gue. Lo emang ga pernah suka sama gue. Gue tau! Lo pintar, sedangkan gue dibawah rata rata. Gue tau lo ketua Osis, sedang gue bukan siapa siapa. Gue tau kalo lo kebanggaan guru guru, sedangkan gue? Cuma cewe brutal yang ga tau tata tertib. Gue malas banget berurusan sama lo!"
Seusai mengungkapkan isi hati gue yang selama ini gue pendam.

Gue berlalu pergi meninggalkan kantin yang tadinya riuh ramah gara gara teriakan gue semuanya jadi berbisik bisik menatap ke arah gue yang sebenarnya gue ga tau maksud tatapan tatapan mereka. Apakah itu tatapan memuji atau malah tatapan tidak suka.

Gue tidak lupa dan gak akan pernah lupa bahwa Arka adalah Si Ketua Osis, ya jelas saja banyak yang berpihak ke dia ketimbang ke gue.

»»

Sekarang gue kembali berada di rooftop sekolah. Sial! Mata gue tiba tiba meneteskan air mata. Gue kesel bin ajaib. Gue udah muak! Kenapa gak musnah aja sih Arka itu. Manusia gak punya hati. Semesta tolong aku!

.>>>>>>>>>>>>>
.
.

-Typo bertebaran
See u

"SENJA"Where stories live. Discover now