It's Not Only About Her

Start from the beginning
                                    

"Suzu-neesama? Apa kau sudah memilih punyamu?" celetuk Aiko. Sontak Suzuka menggeleng. Walau ia ingin, tapi tetap saja. Ia merasa tidak enak dengan Aiko.

"Eh? Mengapa?"

"Nandemonai yo. Aku rasa, aku belum membutuhkannya saat ini."

"Hontou ne?"

"Hontou dayo. Kau sendiri bagaimana? Apakah sudah selesai dengan pilihanmu?"

Aiko mengangguk seraya menunjukkan dua buah benda. Jepit berwarna oranye yang tadi ia lihat pertama kali, juga jepit dengan aksen sakura sudah berada di genggamannya. Melihat itu, Suzuka pun segera mengajaknya untuk membayar itu.

"Oh ya. Kapan Naosu akan pergi?" tanya Suzuka ketika mereka dalam perjalanan kembali.

"Rencananya esok," jawab Aiko riang.

*****

Seperti perkataan Aiko. Keesokannya, Naosu beserta empat orang pengawal bersiap untuk pergi. Ia menolak untuk membawa banyak orang karena menurutnya itu merepotkan. Sementara yang lain bersiap, tak sengaja Naosu melihat Suzuka yang duduk tak jauh dari dirinya.

"Kudengar dari Aiko, kau tidak mengambil apapun ketika kalian berbelanja kemarin. Mengapa bisa begitu?" tanya Naosu yang sudah ada di depan Suzuka seraya bersedekap.

"Itu terserah aku. Kebetulan saja tidak ada yang menarik perhatianku di sana," jawab Suzuka seraya membuang muka. Bayangan gelang Krisan itu tiba-tiba muncul di benaknya.

"Oh. Souka." Naosu segera berbalik setelah menanyakan hal itu. Tentu saja Suzuka menjadi bingung. Apakah dia salah makan hari ini? Batinnya.

Lamunan Suzuka terputus begitu melihat Aiko yang dengan riangnya menghadap Naosu. Diangsurkannya sebuah bungkusan kecil yang mungkin saja oleh-oleh yang mereka beli kemarin. Sementara di satu sisi, sikap Naosu terlihat begitu berbeda pada adiknya itu. Ditepuknya kepala Aiko pelan sebelum mencium puncaknya.

Tanpa sadar, Suzuka membayangkan ia yang menggantikan Aiko di posisinya.

Astaga! Apa yang sudah kupikirkan?! Sadarlah Suzuka! Itu tidak akan mungkin terjadi! Suzuka segera menepuk-nepuk pipinya pelan. Dan itu menarik perhatian Kirio yang baru saja berdiskusi dengan Matsumoto.

"Suzuka? Apa kau tidak apa-apa?" tanya lelaki bermata safir itu. Suzuka refleks menggeleng.

"Iie. Hanya saja, aku merasa sedikit mengantuk," jawab Suzuka asal. Sepertinya Kirio kurang menerima karena setelah itu ia malah menatap adiknya itu dengan tajam. Suzuka yang diperhatikan seperti itu tentu tidak nyaman.

"Kirio-san? Apakah ada yang salah dengan jawabanku?"

"Suzuka, jika kau memiliki masalah, kau jangan segan untuk menceritakannya padaku, ya? Ingatlah. Walau kita berbeda klan, kau tetaplah adikku. Demikian pula aku yang tetap merupakan kakakmu," ujar Kirio lembut. Suzuka pun mengembangkan senyumnya demi mendengar semua itu.

"Arigatou, Kirio-san," balas gadis itu lirih.

*****

Pemandangan yang didominasi oleh pepohonan terlihat begitu Naosu dan rombongannya sampai di perbatasan timur yang memang berada di dekat pegunungan. Seharusnya, desa di mana Fuyuki tinggal ada di sekitar situ.

"Naosu-sama..."

"Ya? Ada apa?" tanya Naosu menanggapi panggilan itu. Namun, ia tidak menoleh. Tatapannya terfokus pada pemandangan di depan sana.

[Hiatus] Random [Author's Book]Where stories live. Discover now