Chapter 21

1.6K 47 0
                                    

Hujan turun semakin deras, karena semakin tak kuat menahan dinginnya udara Veical memutuskan untuk pergi dari area pemakaman itu. Matanya mendapatkan warung makan diluar area pemakaman. Akhirnya Veical memutuskan untuk mampir kesitu dan makan.

"Mau pesen apa Mas?" Tanya seorang pria dengan sopan sat Veical telah sampai disitu.

"Ada apa aja Mas disini?" Tanya Veical.

"Ada kerupuk, nasi, teh anget, es teh, sambel, tempe, perkedel, dan lain-lain" jawab pria itu.

"Saya pesen teh anget 1 sama tempe, perkedel, tahu sama nasinya" ucap Veical. Pria itu mengganguk kemudian segera berlalu. Veical benar-benar lelah hari ini, sangat.

Pandangannya menjadi tak jelas, kantuk mulai mendatanginya. Dalam keadaan seperti ini ai melihat siluet orang yang mirip seperti......

Rei

Iya, dia sangat mirip Rei.

"Rei" ucap Veical pelan. Orang itu tetap diam, "gue halusinasi doang itu bukan Rei, Rei udah mati dan enggak pernah kembali"

Ingatan itu lagi-lagi berputar dalam otaknya.

"Vei"

"Tempat ini terakhir kalinya kita kunjung yah Rei"

"Iya, aku enggak tahu nanti aku bisa kangen gak yah sama Gadis"

"Iya, semoga Gadis tenang yah semenjak semuanya terjadi"

"Iya"

Veical tersadar, matanya tak pernah lepas dari tempat sosok itu tadi berdiri. Kini sosok itu sudah menghilang.

Yap, Veical teringat. Ini tempat istirahat terakhir sahabat perempuannya, Gadis. Gadis. Nama itu masih teringat jelas di otaknya. Ia berusaha mengingat lebih jauh lagi.

"Liat! Itu ada tempat makan yuk kesana aku udah lapar"

"Iya, nanti Gadis datengnya nyusul yah. Soalnya Gadis mau kemobil dulu"

"Reical mana?"

"Itu Reical"

"Hai"

"Aku kemobil dulu yah"

"Gadisss awasss!"

Mata Veical membulat, air mata sudah tidak dapat ia bendung lagi untuk kesekian kalinya ia menangis. Menangis dalam larut emosi.

Kepingan-kepingan memori dan kesendirian yang ia rasakan sudah ia kubur dalam-dalam, sangat dalam. Sampai semua orang tidak akan pernah ada yang tahu, cukup dirinya yang tahu dan menjadi korban.

Hanya sebuah tempat, sebuah makna, sebuah harapan, sebuah gapura, sebuah piring, dan semuanya itu kembali berputar dalam otak Veical.

Pria pemilik tempat makan datang dengan membawa pesanannya Veical, namun yang ia lihat malah kebingungan.

"Mas, ini pe---"

"Tempat makan ini buka tahun berapa?" tukas Veical cepat.

"Ng, tahun berapa yah. Kalau gak salah sih tahun 1997" jawab pria itu.

"Makasih Mas" ucap Veical cepat kemudian dia berlalu.

"Mas ini makanannya gimana Mas?" Tanya pria itu sambil berteriak. Pertanyaan itu tak dijawab oleh Veical. Ia tak peduli bahwa dirinya sudah basah karena hujan. Dia langsung menuju makam sahabat perempuannya.

Gadis

Gadis belum pergi, semuanya itu hanya rekayasa. Gadis belum pergi.

...

Atha sedang mengetik sesuatu dalam laptopnya saat kakaknya Satria datang.

"Kenapa Kak?" Tanya Atha.

"Kamu udah ketemu Lando?" Tanya Satria.

"Belum kak, emang kenapa?" Tanya Atha.

"Enggak kok, enggak apa-apa cuman penasaran aja" jawab Satria.

"Yaudah deh kak, Atha mau ngelanjutin tugas dulu" ucap Atha akhirnya. Satria mengganguk.

...

Telepon itu berdering hingga beberapa kali, akhirnya Satria mengangkat telepon dari Fallwes.

"Halo" sapa Satria.

"Gimana keadaan Atha?"

"Baik"

"Farwell sudah memberikanmu sesuatu, seperti surat peringatan?"

"Ada, tempo hari yang lalu dia menelponku dan dia bilang siap-siaplah kehilangan Atha"

"Farwell sialan!"

"Kita harus bagaimana?"

"Pasti Farwell akan menyuruh salah satu teman dekat Atha untuk melakukan aksinya, dengan memberikan imbalan uang. Kira-kira siapa yah?"

"Lando"

Satria langsung menutup sambungan telepon.

Penasaran gak nih? Next
Minta vote dan komentnya dong :p. Trims juga buat yang mau baca dan meluangkan waktunya, ajak teman-teman yang lain juga buat baca cerita aku.

Salam penulis
Elsaday Rombetasik

 AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang