2. Kecewa dua

4.8K 294 0
                                    

Aku ingin melupakan kejadian kemarin sore, setelah aku siuman dari pingsan. Aku memilih tak ingin melanjutkan pembahasan itu. Papa, Mama, dan Kak Dian pun memilih bungkam kembali.

Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasa, berjalan kaki. Tapi biasanya aku pergi dengan Sri, dan sekarang aku harus pergi sendiri.

Saat melewati rumah Pak Heri yang memang letaknya tak terlalu jauh dari rumahku, hanya terhalang enam rumah.

Aku menatapnya, disini. Katanya ibu kandungku berasal dari keluarga ini, tapi benarkah? Banyak pertanyaan didalam kepalaku. Kenapa ibu membuangku? Kenapa aku bisa ada di kamar mandi umum milik Pak Aman? Dimana ayah kandungku? Dan tatapan seperti apa yang selama ini diberikan padaku oleh seluruh keluarga Pak Heri?

Kami selalu bertemu, entah itu saat mereka lewat dan berpapasan denganku, saat bulan Ramadhan dimana aku terkadang satu saf dengan istri dan para menantu serta cucu Pak Heri, atau saat lebaran kami saling bersalaman.

Mereka jelas-jelas menatapku, tapi tatapan mereka yang membuatku selalu tak mengerti.

Aneh dan terkesan sendu.

Aku tak suka tatapan itu.

Tanpa kusadari aku berdiri cukup lama di depan gerbang rumah Pak Heri, sampai Ibu Minah, asisten rumah tangga Pak Heri satu-satunya menghampiriku.

"Risa? Ngapain disini?" Tanyanya lembut.

"Eh... gak ngapa-ngapain, Bu. Cuma lewat," jawabku gugup.

"Risa udah sarapan?"

"Udah kok, Bu."

"Risa berangkat sekolah dulu ya, Bu," ucapku cepat sambil mencium telapak tangan Bu Minah kala melihat sebuah mobil keluar dari gerbang rumah Pak Heri yang sebelumnya sudah di buka Bu Minah.

Aku tau mobil itu, itu mobil anak pertama Pak Heri yang bekerja sebagai dokter. Om Rama, ia selalu menyuruhku memanggilnya begitu.

Aku berjalan dengan cepat, tak ingin menoleh ke belakang lagi.

Jangan ris! Jangan melihat mereka! Mereka bukan keluargamu! Mereka hanya orang asing! Bukan siapa-siapaku!

Benarkan? Mereka bukan siapa-siapaku, kita hanya orang asing. Aku tak percaya dengan perkataan Kak Dian! Sama sekali tak percaya! Itu hanya gosip!

🍁🍁🍁

Aku selalu berharap apa yang aku tau bisa aku lupakan dengan mudah, dan tak pernah mengingatnya lagi.

Ini menyakitkan! Ingin aku lari dan pergi jauh! Tapi aku bisa apa?

---
14 Mei 2018
25 Oktober 2020

Harapan (TAMAT) Lanjut KaryakarsaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt