3

102 14 0
                                    

Jangan pernah memberikan aku satu kesempatan, karena jika aku mendapatkannya, kamu tidak akan pernah kulepaskan kembali. Percayalah, aku hanya tidak ingin mengekangmu meski itulah yang selalu kulakukan.

***

Melodi meletakkan handphone-nya di telinga. Sudah berkali-kali dia menghubungi, tetapi tak satu pun panggilannya terjawab. Tidak biasanya Fattir terlambat ataupun mengingkari janji untuk mengajari Melodi pelajaran yang tak mampu gadis itu mengerti.

Melodi mengintip dari sela pintu perpustakaan untuk mencari Fattir. Namun dia tidak menemukannya. Biasanya Fattir akan duduk di meja terdekat dengan pintu.

"Eh!" panggil Melodi begitu menemukan wajah teman sekelas Fattir yang tidak dia kenali namanya. "lo liat Fattir nggak?"

Perempuan itu menatap Melodi sebentar. "Tadi gue liat dia lagi ngobrol sama Irama di tangga mau ke rooftop sekolah pas gue jalan ke sini."

Melodi langsung berlari begitu mendengarnya. Dia lupa mengucapkan terima kasih ataupun hal lainnya hingga membuat perempuan yang ditanyainya tadi kebingungan. Melodi hanya tidak ingin hal yang dia takutkan selama ini menjadi kenyataan.

Melodi sedikit bersyukur jarak antara perpustakaan dan rooftop sekolah tidaklah jauh sehingga dia cepat sampai. Napasnya terengah karena lari terlalu cepat. Dia berdiri melemas begitu tidak menemukan keduanya di sana. Melodi mengeluarkan handphone-nya. Ditekannya nomor yang selalu menjadi panggilan tak terjawab di ponselnya. Jantungnya berdegup bersamaan dengan suara panggilan yang tak kunjung diangkat. Melodi takut.

"Akhirnya lo nelpon gue duluan." Terdengar suara menjengkelkan dari seberang membuat Melodi bergetar.

"Di mana?" tanya Melodi dingin.

"Tumben nanyain gue. Ada perlu apa? Kangen? Ah, perlunya sama Fattir ya?"

Melodi menggenggam handphone-nya dengan kuat. "Gue tanya, lo ada di mana?"

Irama tertawa begitu mendengarkan Melodi berteriak hingga dia harus menjauhkan handphone-nya dari telinga. Irama memperhatikan sekitarnya yang berada di daerah tinggi.

"Gue ada di rooftop, ke sini kalau mau liat Fattir. Gue lagi ngajak dia main."

Melodi mematikan sambungan dengan cepat. Dia menaiki tangga yang sangat banyak di depannya dengan kaki pendeknya. Rooftop berada di lantai tiga gedung kelas 12 sekolah dan kelas Melodi berada di lantai satu.

Melodi berdiri di ujung tangga. Dia menatap tajam wajah laki-laki yang tersenyum menyambut kedatangannya. Matanya berotasi, dia menemukan Fattir berada di kedua tangan para antek-antek Irama. Melodi melangkahkan kakinya pelan dan mendekat.

"Hai, Mellow."

Irama melambaikan tangannya kepada Melodi membuat Melodi ingin mendorong laki-laki itu ke bawah saat ini juga.

"Ngapain lo bawa-bawa Fattir ke sini?" tanya Melodi dengan nada biasanya. "Lepasin Fattir, Dil."

Irama memasang senyumnya. Alisnya yang menaik seperti gunung semakin menaik bersamaan dengan bibirnya yang melengkung senang.

"Cuma main, ternyata dia seru juga." Irama menatap Fadil dan Raka. "Lepasin si Fattir. Jahat ya lo berdua buat anak orang ketakutan kaya gitu. Nggak lucu lo pada bercandaannya."

Fadil dan Raka segera melepaskan apa yang diperintahkan oleh Irama. Sedangkan Fattir sedikitnya bernapas lega. Fadil, Raka dan Fattir berdiri di ujung pembatas, jika saja Fattir terlepas, dia akan jatuh dari ketinggian lebih dari lima meter.

Melodi IramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang