Part 5 - Fight For You

661 20 2
                                    

Oh baby tell me what can I do
My heart is burning wanna be close to you
Take my hand till the end
For you I will never surrender
Cuz you are my girl

Oh baby will you just be there for me
My heart is beating wanna fight for you
They can't stop me I will fight for you
You should know

I'm waking up on the crowded street
With a fake smile pretend that I'm okay
Now it's time for us to face truth
Can't you see now we've gone too far away


Suara alarm ponsel Emma menggelegar, dan Emma tak bergeming sedikitpun. Kepalanya pening meskipun ia tahu ini sudah cukup siang. Baiklah, Emma tidak akan bangun. Ia lebih memilih berdiam diri dibawa selimutnya.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, "Sayang, ini kakek." Dan tanpa perlu persetujuan Emma, Thomas pun masuk.

Emma masih tak ingin bangun. Tapi Elly membuka selimutnya dan menarik Emma untuk bangun. Elly mengerutkan keningnya ketika bau alkohol menyeruak masuk ke hidungnya. "Kau mabuk?"

Emma membersihkan sisa-sisa liurnya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kepalanya pusing dan ia tidak begitu ingat tentang kejadian semalam. "Sepertinya begitu." Jawabnya santai.

"Anak nakal ini..." Kakeknya menepuk punggung Emma. "Kau sudah menikah dan tinggal bersama suamimu. Hentikan kebiasaan konyolmu itu."

Emma mengaduh dan menggosok-gosok punggungnya yang sedikit nyeri. "Lagipula aku pergi bersamanya." Emma bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

"Selesai mandi cepat turun. Semuanya sudah menunggu." Kata Elly yang masih sibuk membereskan tempat tidur Emma. Sesuatu yang sering ia lakukan untuk Emma.

"Sudah, hentikan. Anak itu sudah besar, kau tidak perlu lagi melakukan itu untuk Emma." Thomas menepuk bahu Elly dan mengajak wanita itu keluar.

Elly menuruti Thomas dan mengekori laki-laki tua itu, "Aku sungguh hawatir kepada Emma."

"Kau seperti ibunya saja."

Elly terdiam. Ia tak akan pernah bisa melepas Emma dalam hidupnya. Wanita cantik itu terlalu menyayangi Emma lebih dari apapun. Keadaannya yang mandul bukanlah sesuatu yang menyedihkan ketika ia bertemu Emma dan dapat merawat Emma layaknya putrinya sendiri. Emma sudah memberikan sesuatu yang sangat ia rindukan, menjadi seorang ibu tentunya.

Emma mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil mencoba mengingat kembali kejadian semalam. Ia bertemu Dimitri dengan gadis itu didepan sebuah hotel. Ya, benar sekali. Sebuah hotel. Kemudian mereka pergi ke bar. Emma memesan Diva Vodka sebanyak dua botol. Tidak, tiga botol. Botol yang terakhir ia bawa ke meja para lelaki itu dan mereka mengobrol sesuatu. Lalu Dimitri datang dan Emma tidak ingat kelanjutan ceritanya.

"Aku pasti muntah." Desis Emma. Ia tahu bagaimana respon tubuhnya terhadap alkohol. Emma pasti akan muntah ketika mabuk. Ia yakin itu.

Emma turun ke meja makan dan semuanya telah berkumpul. Ia melihat Dimitri yang sibuk dengan kopinya. Sesekali Dimitri melirik Emma yang berjalan menuruni anak tangga. Emma menarik kursi tepat di sebelah Elly, berhadapan dengan Dimitri.

"Ini, minumlah." Elly menyerahkan segelas air madu kepada Emma. Emma menerimanya dan langsung meminumnya dalam sekali tegukan.

Dimitri yang melihatnya bergidik ngeri. Ia teringat bagaimana Emma meneguk alkohol semalam gelas demi gelas.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mulai." Thomas berdeham. "Pesta pernikahan akan dilangsungkan besok malam secara privat. Yang akan datang hanyalah saudara dan beberapa kolega bisnis kakek dan perusahaan keluarga Bouvier."

Ma Petite FemmeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant