Catatan Kecilku✓

Rindu dan secangkir kopi

Aku ingat pada waktu-waktu tertentu dimasa lalu,
kita pernah sedekat darah dan nadi, saling ada dan melengkapi.

Aku juga ingat pada suatu waktu,
kita pernah duduk bersama menikmati hujan, berharap rintiknya tak cepat reda, agar aku selalu tertahan disisimu.

Kemudian kau menawarkan secangkir kopi, yang sudah pasti aku tolak.
"maaf aku bukan pecinta kopi". Ekspresi enggan yang ketara, lalu kau menanggapi dengan senyuman. "Kau tau ada filosofi cinta dan kopi, kau mau dengar?"
Sebenarnya aku tidak mau, tapi tanpa menunggu jawabanku, meluncurlah cerita singkat itu dari bibirnya.

Aku juga ingat pada lain waktu, aku tertahan denganmu.
Kali ini dengan alasan panas terik yang menyengat, kaki kita enggan melangkah saling meninggalkan untuk pulang.

Seperti biasa, kau menawarkanku secangkir kopi yang kembali aku tolak dengan alasan lain.
"Kurasa panas terik tak pernah berjodoh dengan kopi"
Kau tersenyum dan berkata, "ada cerita rindu dengan kopi, kau harus dengar".

Kemudian lagi-lagi meluncurlah cerita yang tak sempat aku tolak untuk mendengar. Selalu mengenai kopi, dan aku bosan dengan kopi-kopimu.

Namun kini,

Pada waktu kita tak saling tertahan,
Pada waktu dimana kita sedang dipisahkan,
aku merindukanmu,
dengan segelas kopi dalam genggam jemariku, gigilku tak sekuat sebelumnya, meski iya masih tetap meraja.

Aku merindukanmu, dengan cerita-cerita tentang kopimu.

Aku rindu dengan ekspresi wajahmu, ketika lidahmu bersentuhan dengan pekatnya kopi.

Aku rindu senyummu, ketika tanganmu dengan lihai meracik minuman pahit itu.

Dan kau tau?

Sekarang ketika kita jauh,
aku mulai mengerti hubungan kopi dengan cinta,
aku tau hubungan kopi dengan rindu,
dan aku juga tau hubungan kopi dengan kita.

Karena sekarang ketika bahumu tak bisaku sandar, dan jemarimu tak lagi bisa menghalau gigil, aku sendiri ditemani secangkir kopi, menatap hujan, membiarkan rindumu merajai diriku.

Kau apa kabar?

Bisakah kau kembali sebentar untuk meracik kopi untukku?

Aku rindu.

****