22

815 150 10
                                    

Sudah terlanjur, kekacauan ini bagaimana pun tidak dapat diulang kembali. Wendy merasa dirinya cukup egois jika meminta Sehun untuk tetap berada di sisinya, sementara tiada hari Sehun habiskan tanpa memikirkan Seulgi.

Jujur saja, rasa cemburu itu masih ada dan begitu kuat melekat di hatinya. Hanya saja Wendy sadar betul jika akar permasalahan ini semua adalah dirinya, keadaannya.
Terlepas dari obsesi Chanyeol yang begitu besar akan dendam masa lalunya.

Cukup lama Wendy menunggu dengan gelisah di depan pintu apartemen Taeyong, gadis itu masih mengumpulkan keberaniannya untuk menekan bel apartemen Taeyong yang kini ditinggali Seulgi.

Berulang kali ia mengatur napasnya, dan kembali gugup. Terus seperti itu.

Hingga pintu apartemen yang sejak tadi menjadi momok menakutkan baginya itu terbuka tanpa sempat ia ketuk, sosok Seulgi disana menatapnya tak suka.

Eumm…aku…datang untuk bertemu…denganmu.” Ujar Wendy tergagap. Ia sedikit terkejut ketika pintu secara tiba-tiba terbuka, tapi dengan cepat berusaha kembali pada maksud dan tujuannya datang kemari.

Tak ada satu pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Wendy, tidak juga Sehun dan Chanyeol.

Butuh waku sedikit lebih lama sampai Seulgi mempersilakan Wendy untuk masuk. Taeyong tidak ada di apartemen, membuat Seulgi memasang tatapan waspada pada gadis di hadapannya. Entah itu baik atau buruk, Wendy adalah musuh yang nyata bagi Seulgi saat ini.

Rasanya memang sedikit keterlaluan karena ini adalah kali kedua Seulgi bertemu muka dengan Wendy, tapi sikap yang ia tunjukkan benar-benar tidak bersahabat. Tidak mempersilakan duduk, apalagi menawarkan minum. Sehingga gadis berponi itu duduk dengan canggung di hadapan Seulgi.

“Aku rasa kau sudah tau siapa aku.” ucap Wendy pelan. Ia bahkan terdengar tidak yakin dengan kata-katanya sendiri. Karena gadis di hadapannya terlihat sangat malas menghadapinya, jadi ia juga merasa bingung harus memulai percakapan darimana.

Seulgi memandang gadis itu jengah, kedua tangannya masih terlipat di dada, menandakan bahwa ia tidak menerima kehadiran tamu yang tak diundang.

“Ehm…” Wendy berdehem kecil, “Tentang perjanjian yang kau buat dengan Sehun, sebelum pernikahan kalian terjadi…itu semua….”

Wendy kembali mengatur napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya, “Aku benar-benar minta maaf padamu. Ini semua salahku, Sehun…dia hanya mengikuti kemauanku saja.”

Mendengar nama Sehun kembali disebut, Seulgi membuang pandangannya kesal. Nama itu, pria itu masih membuatnya merasa sakit hati.

“Kau boleh marah padaku. Tapi…aku mohon kembalilah!” pinta Wendy memohon. Ya, kedatangannya kemari adalah untuk membujuk Seulgi untuk pulang ke apartemen. Karena bagaimanapun Seulgi tengah mengandung anak Sehun.

Sekali pun perjanjian keduanya dibatalkan karena Seulgi merasa tertipu, anak itu tetaplah memiliki hak untuk mengenal ayah kandungnya. Sehun memiliki hak atas anak itu. Terlepas dari bagaimana pun kehidupan mereka selanjutnya.

“Kau mengandung anak dari suamiku.”

Seulgi mendengus, masih belum berniat menanggapi celotehan Wendy yang membuatnya seolah tidak memiliki tempat.

“Kita bisa merawat anak itu bersama nantinya.”

“Bersama? Hey…nona Park, sebaiknya kau memikirkan baik-baik apa yang kau tawarkan sebelum kau mengacaukan kehidupanku…lagi.” Balas Seulgi sengit, ia menatap tajam gadis yang terus ssaja menekankan posisinya dalam kehidupan Sehun.

Menyebalkan.

“Apa kau benar-benar mengerti apa yang kau maksud dengan merawat bersama?” tanya Seulgi emosi, “Kau masih begitu menginginkan anak ini?”

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang