11

960 151 31
                                    

Menceritakan perihal ibunya pada Sehun mungkin merupakan sebuah kesalahan fatal di dalam hidupnya. Karena dengan demikian, Seulgi tanpa sadar telah menyeret masuk Sehun ke dalam masa lalunya yang ia sembunyikan sedemikian rapat. Seharusnya Seulgi tidak lancang membuka mulutnya sekali pun ia merasa begitu ketakutan.

Noona, kau baik-baik saja? Sejak tadi kau tidak bicara apa pun. Kau sakit?” tanya Taeyong beruntun. Hari ini Seulgi kembali menemui Taeyong, meninggalkan Sehun yang masih terlelap di ranjangnya. Wajahnya memang sedikit pucat, kepalanya juga pening mungkin efek semalam.

Noona, kau…” Taeyong menyentuh leher Seulgi yang terlihat kemerahan, sedikit tersamarkan memang dengan rambut panjangnya yang tergerai tapi Taeyong bisa dengan cepat melihat perubahan lain di wajah gadis itu. Bercak kemerahan di leher, lalu rona pipinya yang terlihat memerah ketika Taeyong menyentuhnya. Tidakkah semua orang memikirkan hal yang sama dengan Taeyong saat ini?

Pria itu menatap Seulgi was-was, meminta penjelasan lebih lanjut tentang kecurigaannya.

“Aku sudah melakukannya…dengan Sehun.” ucap Seulgi pelan, ia menggigit bibir bawahnya. Sedikit merutuki kecerobohannya membiarkan orang lain tahu tentang kegiatan pribadinya.

Taeyong lunglai seketika. Jika dipikirkan lebih jauh lagi, memang Sehun berhak melakukan itu pada Seulgi toh mereka sudah resmi sebagai suami-istri tapi kecurigaan Taeyong tentang pria itu masih berlanjut meski ketakutannya belum membuktikan apa pun.

“Aku hanya memikirkan tentang ibuku, aku ingin kasusnya segera diselesaikan tapi aku sudah terlanjur membuat perjanjian dengan Sehun jadi aku juga harus segera menyelesaikannya.” Jelas Seulgi menangkap dengan cermat kekhawatiran di wajah Taeyong.

Ini salahnya, begitu pikir Taeyong. Jika saja ia bertindak lebih cepat, jika saja ia memberitahu niatnya lebih awal pada Seulgi mungkin saja gadis itu tidak akan terlibat dengan pria bernama Oh Sehun itu. Ia mendekap Seulgi dalam pelukannya, menyesal. “Mianhae, noona…”

“Kenapa kau harus meminta maaf?” tanya Seulgi bingung. Ia melepaskan pelukan Taeyong, menatap pria itu penuh tanya. Tidak ada yang perlu disalahkan atas hal ini. Karena Sehun bersedia menikahinya, maka Seulgi pun tidak merasa berdosa melakukannya dengan suaminya sendiri. Setidaknya mereka memiliki status yang jelas. Bukan begitu?

“Aku berjanji padamu, aku akan segera menyelesaikan ini dan melepaskanmu darinya, noona.” Ujar Taeyong penuh keyakinan. Prioritas utamanya kali ini adalah Seulgi. Gadis yang awalnya ia kencani hanya untuk bermain-main itu perlahan menjadi sangat mendominasi setiap sudut di hatinya.

***

Kosong. Sehun tidak menemukan apa pun atau siapa pun di sampingnya begitu ia membuka matanya. Gadis yang menemaninya semalaman, Kang Seulgi, sudah pergi entah kemana, tanpa sepatah kata pun. Ada rasa bersalah yang menggelitik hatinya saat mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam.

Bukan, bukan pada Kang Seulgi tapi pada gadis lain di Benua Amerika yang ia tinggalkan. Perasaannya tidak tenang saat ia terbangun dan menemukan dirinya benar-benar telah bercinta dengan gadis lain selain Wendy.

Rasa gelisahnya semakin menjadi kala ia tidak bisa menghubungi Wendy meski berkali-kali ia mencobanya. Tidak biasanya gadis itu tidak mengangkat teleponnya. Apa yang terjadi padanya?

“Pagi sekali kemana perginya gadis itu?” Chanyeol yang entah sejak kapan sudah berada di dalam apartemen Sehun dengan sekaleng beer di tangannya. Pria itu tidak pernah peduli dengan kesehatannya sendiri. Ia mengamati penampilan Sehun yang masih tampil bertelanjang dada, dengan celana piyamanya.

“Hh…jadi kau baru melakukannya?” Chanyeol mendengus melihat tanda kemerahan di sekitar bahu Sehun, ia membuang buka begitu Sehun menatapnya dengan tajam, memperingatikan agar tidak memperhatikan bagian itu.

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang