Dinner maut

120 7 17
                                    

Ayyara mengajak Alvin untuk jalan-jalan ke taman yang berada di rumah sakit Bahteramas. Alvin duduk di kursi roda, sedang Ayyara yang mendorongnya.

Ayyara terus mengajak Alvin berbicara, walau tak mendapat respon. Membahas tentang masa kecil mereka, tentang kekesalan Ayyara saat dijahili Alvin, tentang semua kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama.

Ayyara menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya hingga saat ini ia berlutut di hadapan Alvin yang tengah menatap kosong ke arah depan.

“Cepat sembuh, dek. Kak Ay rindu main sama kamu, rindu dengar omelan kamu, rindu kamu banyak–banyak pokoknya,” ucap Ayyara dengan penuh kasih sayang. “Sembuh ya, Vin. Biar kakak punya alasan untuk tetap hidup.”

Alvin mungkin memang tak bersuara, jiwanya terlalu lelah menghadapi kerasnya hidup di usianya yang belia, namun hatinya mengerti ucapan kakaknya. Air mata keluar begitu saja membasahi pipinya yang kemudian langsung dihapus oleh sang kakak.

“Jangan nangis. Kakak paling gak bisa liat Alvin nangis. Apalagi jika itu karena perkataan kakak.” Ayyara terus saja menghapus jejak air mata Alvin dengan ibu jarinya.


Kakak akan melakukan apapun biar kamu bisa sembuh dan kembali kayak dulu lagi. Kakak akan menyingkirkan siapapun yang menyakitimu, dan membuatmu menangis. Bahkan jika orang itu adalah kakak sendiri.


.

.

.

“Kak Rian, aku titip Alvin, ya. Aku harus pulang dulu ke Baito, ada hal yang harus ku selesaikan di sana.” Rian tersenyum saat mendengar ucapan Ayyara yang tidak sekasar biasanya.

“Aku pasti jagain Alvin, untuk kamu.” ucap Rian yang disertai dengan senyuman manis.

Setelah menemui Alvin, Ayyara akhirnya pamit pulang ke Baito.



*******



Setelah menempuh tiga jam perjalanan Kendari-Baito, Ayyara akhirnya sampai di rumah. Kepulangannya hanya bersambut sunyi tak berkesudahan. Tak ada siapapun di rumah ini saat Ayyara membuka pintu masuk yang tak terkunci.


“Mari kita mulai.” Ayyara menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam rumah.

Ayyara mengayunkan kakinya ke arah dapur, lalu berkutat dengan panci penggorengan. Ayyara akan membuat menu makan spesial hari ini. Bukan untuk Alvin, melainkan untuk Yanto dan juga Intan.

Ayyara menata makanan yang tadi ia masak. Sekarang sudah pukul tujuh malam, entah ke mana Yanto pergi. Ayyara bergegas mengambil ponsel dalam sling bag  miliknya, yang ia tinggalkan di dapur tadi.

Ayyara menghubungi Intan dan juga Yanto, agar mereka segera pulang. Ayyara mengatakan bahwa ada hal penting yang harus mereka bertiga bicarakan sekarang juga. Dengan sedikit paksaan, Yanto dan juga Intan akhirnya setuju untuk segera pulang.

Ayyara tersenyum smirk, ia harus menuntaskan masalah,  yang seharusnya sedari dulu ia tuntaskan.

******

Ayyara [Completed]Where stories live. Discover now