Ayyara untuk Alvin

178 9 6
                                    

Suara pecahan kaca kembali terdengar di tengah malam, lebih tepatnya pukul 23.40.

Intan dan Yanto pasti kembali bertengkar dengan alasan yang sama. Intan yang pulang dalam keadaan mabuk serta dengan pakaian yang tak pantas digunakan, terutama untuk wanita yang nyatanya sudah bersuami dan bahkan memiliki dua orang anak.

Yanto tak bisa memenuhi kebutuhan Intan yang menurutnya terlalu berlebihan, apalagi jika mengingat kondisi keuangannya yang saat ini sedang tidak stabil. Yanto yang setahun lalu di PHK, kini menjadi pengangguran. Intan yang tak bisa hidup kekurangan memilih menjadi wanita panggilan, menurutnya hanya itu pekerjaan yang bisa membuatnya mendapatkan banyak uang.

Alhasil, inilah kegiatan mereka berdua setiap harinya. Beradu argumen tanpa tahu waktu, tempat dan tentunya tanpa tahu malu.

Pertengkaran yang selalu menghiasi hari-hari Ayyara dan juga Alvin setahun belakangan ini. Pertengkaran yang membuat Ayyara semakin membenci kedua orang tuanya, serta pertengkaran yang membuat Alvin merasa bosan untuk hidup. Berkali-kali Alvin menyakiti dirinya sendiri, namun selalu berhasil diselamatkan oleh Ayyara.

Begitupun saat ini, Ayyara terbangun dari tidur singkatnya dan mendapati Alvin yang membenturkan kepalanya ke tembok.

Sebenarnya Rian sudah menyarankan agar Alvin di rawat di rumah sakit Kendari. Tapi Ayyara menolak dengan alasan bahwa Alvin baik-baik saja. Sama halnya dengan Ayyara, Alvin pun tak mau jauh dari sang kakak.

Namun melihat tingkah Alvin yang kerap kali menyakiti dirinya sendiri seperti ini membuat Ayyara pasrah. Ia akan menuruti saran Rian agar membawa Alvin ke Kendari untuk dirawat. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Alvin.

Ayyara berusaha untuk menghentikan aksi Alvin dengan terus memeluknya.

“Alvin jangan lakuin ini dek, jangan! Kakak gak bisa liat kamu terluka sedikitpun.” Ayyara terus berusaha menenangkan Alvin, jangan lupakan wajah Ayyara yang saat ini sudah dipenuhi oleh air matanya. Betapapun ia berusaha menahan air matanya, akhirnya juga akan terjatuh saat melihat adik yang sangat ia sayangi terluka.

Tak juga mendapat respon membuat Ayyara terpaksa membentak Alvin.

“Lakukan saja terus jika itu membuatmu bahagia! Lakukan saja terus jika kau sudah tak lagi menyanyangi kak Ay! Lakukan Alvin, lakukan!” Ayyara sudah bersimpuh di atas lantai dengan mata terpejam, ia tak sanggup jika harus melihat kondisi Alvin dengan dahi penuh darah.

Satu kelemahan Alvin, melihat Ayyara menangis. Alvin sangat tak bisa melihat kakaknya menangis dan terlihat begitu rapuh, karena itu bukanlah sosok kakaknya yang ia kenal. Kakak yang ia kenal adalah sosok yang kuat.

Alvin menghentikan aksinya, lalu menghampiri sang kakak yang masih saja memejamkan matanya. Alvin ikut bersimpuh di hadapan Ayyara dengan kepala tertunduk.

“Maafin Alvin, kak. Maaf karena udah buat kak Ay nangis. Maaf karena Alvin selalu ngerepotin kak Ay. Mungkin emang gak seharusnya Alvin hidup di dunia ini. Seharusnya Alvin ma—”

Ayyara langsung menarik Alvin ke dalam pelukannya. Ia tahu apa yang akan Alvin katakan, dan ia tak mau mendengar kata-kata itu. Kata-kata yang bagi Ayyara bak belati yang menancap di jantungnya. Ia tak mau kehilangan Alvin, karena Alvin adalah sumber kehidupannya.

Setelah merasa Alvin cukup tenang, Ayyara mengangkatnya ke kasur dan menidurkannya. Ayyara tampak berusaha menjadi Kakak, Ibu dan juga Ayah di waktu yang bersamaan. Hal yang membuat Alvin merasa sangat beruntung memiliki Ayyara sebagai kakaknya.

Ayyara [Completed]Where stories live. Discover now