Shoot 1

3.9K 259 29
                                    


"Photography is a way of feeling, of touching, of loving. What you have caught on film is captured forever... It remembers little things, long after you have forgotten everything. Taking an image, freezing a moment, reveals how rich reality truly is.

.

.

If its good captured, prepare yourself to captivated on its captured.

.

.

.

.


Dua tiket kereta Mugunghwa, jurusan Seoul-Daejeon sudah ada di tangan. Berkerut dan agak terlipat dibeberapa sisi karena tanpa sadar ia menggenggamnya kelewat erat. Dua tas besar yang ditanggung oleh tangannya agaknya menjadi penyebab dan menyulitkannya.

"Ada?"

"Hehe, Ada, Hyung. Kupikir tadi aku meninggalkannya di apartemen, Trims." Jungkook meraih tas besarnya, yang tadi dititipkan pada sebelah tangan Yoongi selagi dia mengoprek tas slempang kecil untuk mengecek keberadaan ponselnya.

Salah satu tas berpindah tangan, tiket kereta yang tadi berkerut kembali melonggar di telapak kanannya. Yoongi menyandarkan tubuhnya di tembok dibelakangnya. Melemaskan tubuhnya sambil melirik detik jam tangan yang menunjukan pukul lima lebih empat puluh menit, mereka tengah menunggu kereta yang seharusnya lima belas menit lagi sampai. Udara pagi di Seoul sudah tak terlalu dingin dan tak membuatnya bersin karena pergantian musim. Dia melirik Jungkook yang selesai menyampirkan tas nya di punggung.

"Berat sekali, kau bawa lensa berapa?"

"Extention tube dua, Lensa Makro Normal, Makro Tele, dan lensa zoom standart kesayanganku, kalau Hyung?"

"Ditilik dari rencana bagi tugas, tentu perlengkapan kita berbeda, tapi aku bawa dua lensa dan extention tube juga, ah dan mini artifisial lighting. Tripod ada pada kau?"

"Iya, sudah tertata manis, dan juga laptop beserta chargernya." Jungkook menepuk tas punggungnya pelan, sebagai indikasi semua perlengkapannya telah siap sedia didalam sana.

"Shit, aku lupa bawa charger." Yoongi mendengus, mengerucutkan hidung karena telah melupakan sesuatu yang sangat penting.

Jungkook terkekeh samar, menaikan kedua alisnya antara mau tertawa lebih keras atau memasang wajah simpati. Tadi dirinya yang nyaris ketinggalan ponsel, namun sekarang malah Yoongi-Hyung yang kena sial.

"Kau kan ada ipad, Hyung, edit lewat itu saja kalau kekurangan daya, kita tidak bisa kembali ke apartemenmu jam segini."

"Kan ada kau, Jungkook-a."

"Laptop kita beda merk, Hyung. Aku bawa yang Sony."

"Sial. Mungkin pihak penjaga observasi dan penangkaran punya charger yang sama."

"Tumben kau lupa, Hyung."

"Karena kau, aku pontang-panting menyiapkan ini semua." Yoongi menguap tipis sekali, melirik sekilas ke arah Jungkook lalu membuang pandangan ke layar digital yang berkedip di atas mereka. "Dan ini kan proyekmu, kenapa bawa-bawa aku? jam hibernasiku jadi berkurang."

"Ayolah, jangan memperdebatkan lagi, kau kan sudah oke mau ikut. aku percaya kau partner yang sangat pro, Hyung. Aku butuh belajar banyak darimu, keberadaanmu disana akan sangat membantuku."

Yoongi menjulurkan lidah malas, tapi tidak menolak. Layar besar digital diatas kepala mereka berkedip menunjukan serentetan tulisan yang berbeda dari tulisan yang sebelumnya dilirik Yoongi. Menyusul suara wanita dari pengeras suara mengalun dengan nada default, untuk enginformasikan kereta Mugunghwa telah tiba dan para penumpang dipersilahkan memasuki peron.

Captured [COMPLETE]Where stories live. Discover now