1. Playboy Cap Badak

56 2 0
                                    

"Sparing basket entar sore mau nggak?"

"Nolak cemen ah."

"Kalah sebelum berperang."

Ketya yang sedang menyalin PR dari buku temannya pun berdecak. "Berisik lo!"

Bastian tertawa. "Gini nih ciri-ciri orang pengecut!" cemoohnya.

"Iya! Kalo lo kalah, lo traktir gue eskrim sebulan penuh ya!" tantang Ketya.

"Halah. Kalah-menang juga gue emang beliin lo eskrim mulu," gerutunya.

Ketya hanya menepuk-nepuk punggung Bastian. "Lo kan babu kesayangan gue."

"Anjir!"

"Udah ah. Balik ke kandang lo, gih. Gue lagi sibuk nih," ucapnya sambil kembali menyalin PR.

Bastian mencibir. "Sok pinter lo!"

Bastian beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Tetapi, sedetik kemudian ia balik berjalan ke meja Ketya lagi. "Btw, pulang sama gue ya!" Ketya hanya mengangguk.

"Ket, si Bastian ganteng banget deh." Ketya menoleh kesamping dan menatap Rara, teman sebangkunya itu dengan horror.

"Ra, gue kan udah bilang berkali-kali. Jangan sampe kejebak pesona tuh playboy!"

"Yaa, gimana? Setiap hari kesini terus sih! Gue jadi mupeng dah!"

"Apalagi kalo abis sparing basket sama lo. Ugh, rasanya gue pengen jilatin keringetnya."

"Najis. Masih pagi, Ra! Udah mesum aja lo," cibirnya.

Rara hanya terkekeh. "Eh btw, lo beneran nggak ada rasa sama Bastian?"

"Rasa apa? Dengki sih tiap hari kayaknya," ucapnya santai sambil menulis.

Rara langsung menoyor kepala Ketya. "Goblok ih. Bukan, maksudnya rasa lebih dari sekedar sahabat. Masa hampir 11 tahun sahabatan nggak ada rasa sama sekali?"

"Kuat juga ya hati lo. Kalo gue punya sahabat kayak Bastian, pasti gue udah kebawa hati duluan."

Pulpen yang tadinya menari-nari di buku, sekarang dijatuhkan sang empu. "Nggak tau. Gue juga bingung. "

"Lo nggak ada rasa cemburu gitu kalo Bastian mesra-mesraan sama ceweknya?"

Ketya tertawa. "Buat apa cemburu? Toh dia cuma main-main doang sama cewek. Lagian, gue masih bisa ngabisin waktu sama duitnya dia."

Rara mengangguk-angguk. "Berarti nanti kalo Bastian udah nemuin 'seseorang' yang mungkin aja bisa gantiin lo, lo baru bakal cemburu?"

Bibir Ketya terkatup rapat. Tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut.

***

Duk... duk... duk...

"Capek banget anjer!" Ketya yang baru saja datang menjatuhkan badannya di lapangan basket dan langsung mengipas-ngipasi lehernya dengan kedua telapak tangannya.

"Lama," komentar Bastian sambil memasukkan basket kedalam ring.

"Yaiyalah! Orang gue piket sendirian. Bu Batak doang si emang," gerutunya.

"Nggak ngerjain PR nya Bu Batak lagi?"

Bu Batak adalah julukan dari seluruh murid SMA Harapan dari tahun ke tahun untuk Bu Yuliana. Guru bahasa Indonesia tersebut di juluki seperti itu karena setiap kali ia berbicara, persis sekali seperti orang Batak. Jangan lupakan juga keganasannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bas-Ket Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang