Aretha cuma bisa berdecak, kemudian tersenyum. "Thanks Ken."

Cowok itu menaikkan alis tebalnya sambil menyungging senyum menyebalkan seperti biasa. "Harusnya tadi gue tabrak si Natha bangsat itu."

Aretha menggeleng, "jangan deh kasian. Gue liat mukanya hampir lo tabrak tadi aja udah berasa kayak dia mau mati." Kekeh Aretha.

Cowok itu, Kanoa hanya mengangguk menyetujui. "Naik." Ajaknya pada Aretha untuk naik diatas jok motornya.

"Anterin sampe rumah ya." Cengir Aretha.

Kanoa menoleh sarkartis sambil memasang helm. "Males. Jauh."

🍂🍂🍂

Suasana kamar yang sama sekali tidak berubah dari seorang Aretha. Berantakan, penuh dengan poster sketsa wajah dirinya juga Justin Beiber, sang juara bertahan yang sejauh ini masih menjadi penyanyi favoritnya dari SMP.

Aretha sedang asik bercerita dengan gejolak emosi yang biasa ia luapkan kepada sahabatnya. Gadis itu mengunyah sambil mengomel tanpa henti.

"Hahaha, uhuk-uhuk!"

"Tuhkan keselek. Pelan-pelan mangkanya." Aretha menepuk punggung belakang Delvian pelan setelah baru saja ia memberikan segelas air putih.

Ia menyudahi curhatan tentang mengerjai Natha siang tadi.

"Parah lo berdua tapi." Delvian menggelengkan kepalanya sambil menunjuk kedua tersangka, Aretha dan Kanoa.

Kanoa mengernyit, ia merampas chiki dari tangan Delvian lalu mengunyahnya rakus, "komen aja lo monyet."

"Iya habis siapa suruh Natha cari gara-gara sama gue. Ya untung tadi Kanoa gak nabrak tu orang beneran." Aretha membuka mulutnya untuk mendapat sepotong chiki dari tangan Kanoa. Namun lama membuka mulut, Kanoa malah mempermainkannya dengan memakan chikinya sendirian. Sial!

Aretha berakhir mendengus, sedangkan Kanoa tersenyum diujung bibirnya.

"Lain kali bilang baik-baik aja sih. Kalian berdua kan bukan anak SMA lagi. Dewasa dikit kali." Ujar Delvian memberi petuah.

Kanoa berakhir melemparkan beberapa chiki ke muka Delvian setelah kalimat itu, "monyet sotoy."

"Bangke!" Umpat Delvian. "Gue serius nyet."

Oh, oke. Selain Delvian adalah orang yang paling normal diantara Aretha dan Kanoa. Dia juga merupakan simbol kedewasaan. Aretha mengakui itu, juga menghargai apa yang Delvian katakan. Tentu Aretha menyukai petuah Delvian, karena sesekali ia dan Kanoa memang harus diluruskan. Tingkah kekanak-kanakan mereka terkadang memang agak berlebihan.

Meski nyatanya, perubahan menjadi dewasa adalah tidak semudah itu dilakukan. Apalagi untuk Aretha dan Kanoa yang lebih menyukai kebebasan.

"Iya-iya. Gak cari masalah lagi deh." Manyun Aretha menurut.

Delvian tersenyum, "pinter." Cowok itu mengusap kepala Aretha pelan.

Kanoa melirik dari sudut matanya, "nurut banget kayak kucing anggora di rumah." Celetuknya.

"Ishh!" Aretha menjitak kepala Kanoa kesal.

Delvian terkekeh, sedangkan Kanoa tampak kesal.

"Eh iya Tha, besok Arden pulang ya?" Delvian mendadak mengambil posisi tidur dipangkuan Aretha dengan memainkan ponselnya.

Aretha yang terkaget segera menetralkan raut wajahnya, "i-iya." Gadis itu memalingkan wajah.

Kanoa yang tidak mau kalah segera menyandarkan kepalanya dibahu Aretha.

"Ih, berat Ken!" Protes Aretha karena mendadak Kanoa ikutan bersandar padanya.

"Delvian gak berat." Celetuknya.

Aretha diam, sedetik, kemudian gadis itu jadi sebal sendiri. "Minggir-minggir semuanya,-" gadis itu mengusir Kanoa dan Delvian serentak.

Kedua cowok itu duduk dengan tatapan tanya.

"Kenapa Tha?" Tanya Delvian membuat lagi-lagi Aretha tergagap.

",-anu, mau ambil minum." Ceplosnya asal langsung ngacir keluar kamarnya, diikuti olah Delvian yang iseng mengikutinya.

"Setan!" Umpat Kanoa pelan hampir tak terdengar.

Disisi lain, dilantai bawah Aretha sedang membuka kulkas. Gadis itu mengambil sebotol air putih dan langsung meneguknya dari sana. Setelah kemudian ia terbatuk karena Delvian membuatnya kaget.

"Pelan-pelan." Delvian menepuk punggung Aretha pelan seperti yang Aretha lakukan tadi terhadapnya.

Aretha mengusap mulutnya yang basah lantas menutup botol minumnya dan meletakkan kembali ke kulkas.

"Tante mana?" Tanya Delvian memperhatikan suasana rumah yang sepi.

"Kondangan." Jawab Aretha singkat. "Lo, ngapain?"

"Mau minum juga." Cengir Delvian, membuat seketika Aretha berdecak. Cowok itu mengambil botol lain dari kulkas lalu menuangkannya ke gelas dan meminumnya sampai habis.

"Ohya Yan, gimana hubungan lo sama Latisa?" Tanya Aretha penasaran sejak hari lalu.

Delvian meletakkan gelasnya di meja, menghela nafas panjang, cowok itu mengangkat alis. "Ya gitu, udah mantan."

"Ya tau. Maksud gue, kenapa gitu kalian putus? Bukannya lo udah mulai suka ke Latisa. Latisa juga udah sayang banget kayaknya sama elo."

Delvian terkekeh, "sayang? Kayaknya udah enggak." Tuturnya.

"Maksudnya elo udah gak sayang dia?" Perjelas Aretha.

Delvian menggeleng, "bukan. Latisa yang udah gak sayang gue. Dia udah punya cowok lain."

Aretha menganga, "oh.." gadis itu merasa salah membuka topik pembicaraan. "Sorry." Maafnya.

"Santai aja. Lagian udah bukan saatnya lagi buat bahas masalah cinta-cintaan. Gue mau fokus aja ke mimpi gue." Senyum Delvian penuh percaya diri.

Arethapun mengangguk tidak enak. Namun ia juga tersenyum menyemangati Delvian sambil menepuk pundak cowok itu. "Semangat Yan. Gue dukung lo terus."

Delvian mengusap kepala Aretha sambil melebarkan senyum, "iya, makasih ya Tha."

🍂🍂🍂

Hallo readersku 😂 ...
Maaf lama ya updatenya, huhu aku lagi sibuk banget nih. Kerjaan numpuk udah kaya apaan tau! #curhat #plak!!🙉

Kabar baik... dalam waktu dekat part 5 akan aku publish, dan ada Arden disana loh.. yeayy, akhirnya Arden nongol setelah sekian lama wkwk #lebay. 

Bye sampe ketemu di ep. selanjutnya ya guys! 😘 kalian luar biasa..

ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt