III

15.4K 1.8K 50
                                    

Agar Niven tak melihat matanya yang berkaca-kaca karena emosi, Ryu mengalihkan matanya pada susunan Map diatas meja.

"selain semua ini, Jika aku minta tambahan lagi, apa kau sanggup memberikan nya?" ujar Ryu dingin.

Niven terlihat ragu sesaat sebelum akhirnya mengangguk.

"Bagus" dengus Ryu.

Ryu menatap persis ke bola mata Niven.
"Semalam aku mendengar kalau kau ingin menjual istrimu padaku"
Ungkap Ryu hingga wajah Niven merah padam.

"Semalam saya mabuk, jadi saya tak tahu apa yang saya katakan"
Tukas Niven gugup.

Ryu memberi tanda Agar Niven diam. Niven patuh dan menungu Ryu Bicara
"Jika kau menambahkan istrimu sebagai hadiah untukku, maka akan kuberikan pinjaman tanpa bunga padamu"
Tutur Ryu perlahan.

Niven melongo seolah Ryu  sudah gila dan sedang menggunakan bahasa alien.

Ryu menatap Niven, menunggu Niven mencerna kata-kata nya.

Semenit kemudian Niven membalas tatapan Ryu.
"Tapi Kara tidak begitu cantik" ujarnya pelan.

Ryu mendengus.
Dulu Kara sangat cantik, batin Ryu.
Lagipula Dia tak butuh kecantikan. Yang Ryu inginkan hanya Kara untuk menjadi tempatnya melepaskan segala dendam yang terpendam sekian tahun.

"Aku sudah bosan dengan perempuan cantik"
Jawab Ryu tanpa ekspresi.
Yang sebenarnya, Ryu bahkan tak mau repot-repot menatap ataupun mengingat wajah perempuan yang pernah melayani dan memberinya pelepasan.

Tapi bagi Niven yang tahu kalau Ryu memang punya segalanya, mengangap kata-kata Ryu sebagai hal yang wajar.
Bukankah tahta dan wanita selalu sepaket?

Kali ini Niven kembali mengangguk mantap.
"Baiklah. Saya serahkan Kara pada Anda. Tapi.. "

Wajah Datar dan kejam Ryu membuat Niven gugup.

"Kau ingin membuat syarat denganku?"
Tanya Ryu datar.
Jujur dalam hatinya, Ryu salut pada Niven yang berani sekali melakukan hal itu dan menguji batas kesabaran Ryu.

Kalau Ryu tak menginginkan Kara. Ryu pasti sudah meninggalkan Niven dengan telinga yang terpotong.

Takut pada pancaran mata Ryu, Niven cepat-cepat menggeleng.

"Ini bukan syarat tuan Ryu. Ini hanya sebuah permohonan" ucapnya cepat-cepat.

"Permohonan?" ulang Ryu yang sedikit ingin tahu.

Niven mengangguk.
"Ya" tukasnya.
"Ini tentang Kara" mulai Niven.
"Saya memang ingin bercerai. Jadi jika anda sudah bosan dengannya. Saya minta anda tak mengembalikannya pada saya. Anda bebas ingin melakukan apapun padanya"
Ungkap Niven.

Tangan Ryu di bawah Meja, mencengkram pistol didalam saku jasnya yang berada dibagian dalam.
Tangan Ryu gatal ingin mengarahkan muncung pistol tersebut ke kening Niven dan menarik pelatuknya, hanya karena Ryu ingin tahu apa isi otaknya.

Apa Niven pikir Ryu akan pernah melepaskan Kara?
Sampai didalam kuburpun, Ryu akan terus menyiksa Kara.

"Baiklah. Uangmu akan diberikan oleh pekerjaku, jika Kau datang ke kantorku sore ini"
Ujar Ryu yang langsung berdiri sambil merapikan jasnya.

Ryu mengaibakan pelayan yang datang mengantar kopi.  Ryu menyodorkan secarik kertas kecil pada Niven.

"Antarkan Istrimu ke tempat dan jam yang tertera di kertas itu. Jika kau terlambat, maka perjanjiannya batal"
Ancam Ryu.

Niven menyambar kertas tersebut bagai orang kelaparan yang berebut sepotong roti, mengenggam kuat kertas tersebut sambil menengadah menatap Ryu.

"Saya takkan terlambat"
Janji Niven dengan mata berkaca-kaca.

(Repost) YANG TAK TERLUPAKANWhere stories live. Discover now