45. Bab Bonus (I)

Mulai dari awal
                                    

"Itu terlalu lama." Keduanya makin gelisah. "Kita harus ke sana sekarang, Lex." Alexander mengangguk dan merangkul bahu sang istri. Mereka menuju lokasi di mana pernikahan diselenggarakan.

Sementara itu, seorang wanita terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin yang membalut tubuhnya. Perutnya terlihat menonjol sempurna, mengingat usia kandungan sudah mencapai bulan ke tujuh bulan.

Pintu perlahan terbuka. Dari pantulan cermin dapat ia lihat wajah angkuh itu perlahan memancarkan senyum yang hanya ditujukan untuknya.

"Kau sudah siap, Love?" tanya pria itu, sang pengantin wanita mengangguk. "Kau sangat cantik," ucapnya lagi seraya melingkarkan kedua tangannya di sepanjang perut Katherine, hidungnya mengendus pundak wanita itu yang terbuka.

"Chris..." desah Katherine. "Jangan meninggalkan bekas di sana."

Alih-alih menuruti perkataan sang calon istri, justru Christian menggigit kecil bahu mulus itu hingga meninggalkan bekas merah yang tidak begitu kentara. "Aku bisa melakukan apa saja semauku, Love. Kau milikku." Christian beralih pada leher jenjang calon istrinya. "Kau semakin menggairahkan...," sambungnya dengan suara yang mulai serak.

Katherine mengembuskan napas. "Kalau kau terus seperti ini, lebih baik kita tidak jadi menikah." Ucapan itu kontan membuat Christian berhenti dengan tubuh menegang. Ia mengangkat kepala untuk melihat ke dalam cermin dan langsung bersinggungan dengan mata hijau yang tampak ikut terkejut menyadari kesalahannya. "Chris, maksudku—"

"Aku tahu. Maafkan aku. Aku hanya terlalu..." Christian tidak melanjutkan ucapannya. Ia berbalik.

Katherine yang menyadari kesalahannya, menahan tangan Christian untuk pergi. Christian berbalik, mereka berhadapan dan detik berikutnya Katherine mencium bibir Christian begitu saja. "Aku mencintaimu," ucapnya dengan sorot mata tulus.

"Aku lebih mencintaimu," balas Christian.

"Sekarang keluarlah, aku harus memperbaiki riasan wajahku," ujar Katherine dengan wajah cemberut.

Christian tersenyum lembut sembari mengusap pelan bibir bawah Katherine. "Sesudah ritual pernikahan kita... aku pastikan kau akan terkunci di dalam kamar." Perkataan itu membuat rona merah di wajah Katherine makin merona. Sekali lagi Christian mencium bibir Katherine, "Aku menunggumu di Altar." Setelah mengucapkan kalimat yang membuat wanita mana saja melambung tinggi, Christian meninggalkan ruangan tersebut.

Sepeninggal Christian, Katherine kembali menghadap cermin panjang. Ia mengambil napas dan mengembuskannya. Sebentar lagi, sebentar lagi dirinya dan Christian resmi menjadi suami istri—hal yang tidak pernah terlintas sedikit pun di benaknya. Ia menggeserkan pandangan ke arah meja nakas yang berada di sisi kanan cermin, dan mengambil pigura orang tuanya.

Tangannya mengelus kedua wajah yang tampak berbahagia dengan seorang anak kecil di tengahnya. "Mom, Dad... hari ini putrimu akan menikah. Restui kami." Katherine mencium pigura tersebut lalu meletakkannya kembali ke atas meja nakas.

Katherine memilih duduk—mengingat ia tidak tahan berdiri terlalu lama. Katherine kembali mengelus perutnya dengan perasaan sayang sambil memejamkan mata. Bibirnya tak berhenti menyunggingkan senyum. Beberapa menit lagi, ia akan resmi menjadi Nyonya Christian Johnson. Ia meresapi setiap detik, menit, hari di mana janinnya tumbuh dan berkembang. Katherine sedikit merasa sedih karena kedua orang tuanya tidak ada bersamanya, tapi ia yakin mereka akan bahagia melihat dirinya juga bahagia.

Seseorang menyentuh pundaknya. Masih dengan mata terpejam Katherine berkata, "Apa waktunya sudah tiba, Mom?" Christian pasti tidak sabar menunggu dirinya di Altar. Katherine mengembuskan napas, jantungnya mulai berdetak tak karuan. Inikah yang dirasakan setiap pengantin wanita. "Mom?" ulang Katherine seraya membuka mata menyadari tidak ada sahutan sama sekali.

Obsession of Love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang