45. Bab Bonus (I)

13.3K 506 36
                                    

Hmmm, aku lagi berbaik hati memberikan readers bab bonus nih (hanya 1 bab bonus ya... karena 2 bab bonus lainnya akan ada di dalam versi cetak)

Kalian yang sudah membaca bab Ending mungkin bertanya-tanya, itu Emily gila beneran atau pura-pura gila. Nah jawabannya ada di bab bonus ini.

Tapi bagi yang udah pesen versi cetaknya, kalian ga perlu khawatir karena aku bakal kasih 2 bab bonus lainnya. Klo khilaf mungkin akan lebih.

Bagi yang masih mau memesan versi cetak, masih ada waktu 3 HARI LAGI SEBELUM PO DI TUTUP ya guys...

Happy Reading.

======

Wanita itu berdiri di depan kaca, memperhatikan wajahnya yang sudah dipoles senatural mungkin—mengingat selama ini ia suka menggunakan polesan tebal. Gaun merah marun membebat tubuh tingginya dengan perut yang makin membuncit. Ia tersenyum simpul ketika mengingat bagaimana sang suami menunjukkan raut wajah tidak suka dengan pilihannya, namun ia tetap keukeh mengenakan gaun tersebut di hari spesial sahabatnya. Dengan gerakan pelan, ia memutar tubuhnya sembilan puluh derajat—menyamping, lalu tangannya terangkat untuk mengelus tonjolan bulat yang mulai membesar. Kali ini ia memperhatikan perut buncitnya dengan saksama dari pantulan cermin. Terpapar jelas wajah itu menyiratkan kebahagiaan yang tiada tara. Empat bulan lagi. Iya, empat bulan lagi ia baru bisa menengok wajah putranya.

Kembar, itu yang dikatakan dokter mengenai kehamilannya.

Ah, empat bulan lagi kau akan lahir, Twin. Mom tidak sabar menunggumu, gumamnya dalam hati.

Seseorang masuk ke dalam kamar—tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Wanita itu menatap dari pantulan cermin dan mengerutkan keningnya menyadari kegelisahan sang suami.

"Ada apa, Sayang? Apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya bingung. Pria itu menggeleng samar, kemudian terpaku dengan kecantikan sang istri—aura wanita hamil. "Lex, katakan ada apa?" ulangnya sekali lagi.

"Kau sangat cantik." Dipuji seperti itu rona merah muncul dari pipi istrinya—Natasya, sejurus kemudian Alexander teringat sesuatu. "Emily kabur." Alexander mengumpat pelan menyadari ucapannya yang membuat rona itu menghilang bergantikan dengan wajah pucat.

"Ka–kabur? Maksudmu?" Natasya sangat terkejut mendengar penuturan Alexander—pria yang resmi menjadi suaminya dua bulan silam. Alexander menatap nyalang dengan bibir terkatup rapat. "Jadi dia..."

Alexander mengangguk samar. "Ia pura-pura gila."

Jantung Natasya seakan teremas, ia tahu sesuatu yang buruk akan datang. Emily tentu saja akan mencarinya, bahkan mengira kalau dirinya sudah mengkhianati wanita itu—walaupun itu tidak seratus persen salah.

Natasya terlihat gugup dan Alexander mendekapnya. "Jangan takut, dia tidak akan menyakitimu. Ada aku di sini."

"Bagaimana dengan Chris, apa kau sudah memberitahunya?"

Alexander menggeleng. "Aku tidak bisa menghubunginya. Gloria sudah berusaha menghubungi Grace tapi tidak diangkat, makanya ia langsung menghubungiku."

"Kita harus memberitahu mereka, Lex. Kau tahu tujuan Emily 'kan?" Alexander mengangguk. "Tunggu sebentar." Natasya beranjak dari tempatnya dan menuju meja nakas di mana ponselnya berada. Ia mencoba menghubungi Christian—benar seperti ucapan sang suami, ponsel pria itu tidak aktif. Ia pun beralih pada nomor Grace—aktif, jantungnya berdebar dan sesekali mengumpat karena tidak ada yang menjawab panggilannya. Tidak habis akal, ia pun menghubungi ponsel Katherine—di luar jangkauan.

"Apa kau sudah menghubungi yang lain?"

Alexander mengangguk. "Aku menghubungi Tony. Tapi ia sedang menjemput kekasihnya, kemungkinan besar ia tiba ke acara pernikahan itu..." Alexander melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "Satu jam lagi."

Obsession of Love (SELESAI)Where stories live. Discover now