PART 8

34 11 4
                                        

***

Aku masih diam, belum melakukan. Bukan berarti, aku tidak akan berjuang untuk mendapatkannya. Aku hanya sedang menahan diri, karena dia sedang memproses hatinya untuk jatuh ke hati lain.
-Edgar Pamungkas-

***

Clara duduk sendiri termenung di ruang Televisi, tidak ada siapa-siapa di rumahnya hari ini, benar-benar sepi. Bi Yemi, sedang ijin untuk pergi ke Bogor. Ibunya pasti mengurusi butik, Ayahnya pun mungkin sibuk dengan pekerjaanny, Zafier juga belum pulang hingga malam ini.

Clara terus mengotak-atik ponselnya yang tampak bosan, hanya notifikasi- notifikasi seperti biasanya yang masuk. Notifikasi yang membuat Clara tampak bosan untuk membacanya. TV di depan Clara masih menyala. Dia tidak tahu apa yang harus dia tonton. Semuanya tampak membosankan. Diluar hujan, Clara segera pergi ke dapur untuk membuar sesuatu minuman yang hangat. Setelah pergi ke Dapur Clara hanya membuat teh hangat saja. Lalu, Clara pergi ke belakang rumah untuk melihat hujan sebentar, tapi ternyata hujannya lebat, membuat Clara harus pergi ke dalam rumahnya lagi.

Clara kembali duduk di soffa depan Televisi sambil meminum teh, kali ini Clara menonton sebuah acara di TV, sedikit menghilangkan rasa bosannya. "Bisa-bisanya gue bosen sampe kebangetan." Keluh Clara.

Clara, lalu mengambil Remote TV di atas meja.

DUAR!!!

Clara sedikit terkejut saat dia akan mematikan TV-nya, tapi tiba-tiba petir datang dan lampu di seluruh rumahnya mati. "Aduh! Kok mati lampu, sih?! Mana juga HP gue!" Tangan Clara terus meraba-raba atas meja agar bisa menemukan ponselnya di kegelapan.

"Mana sih?!" Dia sedikit kesal karena ponselnya tak kunjung dia temukan. Clara benar-benar membutuhkannya agar dia bisa menyalakan senter di ponselnya.

Saat dia sudah menemukan ponselnya, Clara segera menyalakan senter dan pergi keluar untuk melihat suasana diluar juga bagaimana. Ternyata saat Clara melihat ke luar, lampu semuanya padam juga, semuanya gelap di tambah sekarang malam hari. Clara memilih duduk di kursi kayu di teras rumahnya sambil memainkan ponselnya untuk menelfon Zafier agar cepat pulang.

Angin terus berhembus kencang, membuat suasana Clara menjadi merinding. Clara terus melihat sekeliling yang begitu menyeramkan dengan tangannya memegang ponsel dengan erat dan di dekatkan pada telinganya. Beberapa kali menelfon Zafier, tapi tidak ada jawaban sekalipun. Clara membuka Aplikasi WhatsApp yang begitu penuh Notifikasi dari Grup Keluarganya.

_________________________________________

HappyFam⚡

Dad
Hari ini daddy ada meeting, jadi kayaknya bakalan pulang malem banget.

Bunda Karin
Bunda juga banyak pesanan baju di butik. Jadi kayaknya sekarang gak pulang. Zafier sama Clara baik-baik dirumah ya.

Zafier
Zafier nginep di rumah June, Bun. Clara udah tidur mungkin, atau jam segini biasanya dia nonton Film di Laptop.

Bunda Karin
Clara, gimana? Kalo bisa kamu jangan nginep, Clara di rumah sendirian, ya, Zafier. Takutnya ada apa-apa.

Zafier
Iya, nanti di usahain bisa.

Dad
Clara, please, take care there!💖

_________________________________________

Clara sedikit kesal karena semua orang dirumahnya super sibuk. Clara menghela nafasnya berat, sedikit menikmati angin malam. Lalu, dia bersandar pada punggung kursi yang berwarna cokelat itu, "apa setiap hari selalu begini?" Gumamnya. "Apa ini sebabnya Zafier nakal?" Clara terus memikirkan itu.

Dia tidak pernah sendirian seperti ini, apalagi dengan keadaan gelap serta hujan. Selama dia tinggal bersama Neneknya, Clara tidak pernah di tinggalkan sendirian di rumah. Jangankan untuk di tinggal, pergi kemana saja dia harus di temani Jacob, iya, sepupu Clara. Clara jadi merindukan orang-orang disana, tempatnya bertumbuh hingga sekarang. Clara tersenyum miris saat kembali mengingat itu, entah sampai kapan Clara merasakan hal ini.

Mungkin untuk mereka-mereka diluar sana sudah tidak aneh lagi, tapi berbeda dengan Clara. "Kapan, ya?" Gumamnya.

Air mata tiba-tiba keluar dari matanya, membuat Clara harus terus mengusapnya. Sakit rasanya Clara saat ini, mengingat bahwa Clara tidak pernah memikirkan ini sebelumnya sebelum dia benar-benar pindah ke rumah Ayahnya.

Clara kembali mengusap air matanya setelah mendengar ponselnya yang berdering. Clara mengambil ponselnya di atas meja, lalu segera mengangkat telfonnya.

"Halo? Lo gak pulang?"

"Engga, ra, sorry. Ada urusan sebentar, tapi nanti gue usahain pulang deh, tapi gue gak janji, ya."

Clara menghela nafasnya pelan, "oh, oke, deh, gak apa-apa. Penting banget, ya."

"Ra, suara lo kayak udah abis nangis. Lo, nangis, ra?"

"Enggak, kok."

"Jangan bohong, gue tau lo pasti nangis."

"Enggak, Zafier. Gue gak nangis, ngapain juga gue nangis."

Clara mendengar dengan jelas Zafier disaana terkekeh pelan, "ya, kali aja lo nangis sendirian dirumah."

"Gak, gue gak nangis, sok tahu banget, lo!" Jawab Clara dengan ketus.

"Iya, deh, hati-hati dirumah ya, Ra. Sorry, ya. Gue tutup telfonnya, i love you."

Setelah berbicara seperti itu, Zafier segera mematikan telfonnya tanpa menunggu Clara untuk menjawab pembicaraannya.

Clara mengernyitkan dahinya, "aneh banget, sih, lo, Fier." Ujar Clara dengan ketus.

Setelah kembali terdiam untuk beberapa saat, Clara lalu berdiri untuk pergi dari sana. Tepat pukul 10 malam, Clara memberanikan diri masuk kembali ke dalam rumah untuk tidur. Tangannya tetap menyalakan senter di ponselnya agar dia bisa pergi ke kamarnya.

Saat dia sampai di depan kamarnya, Clara menghembuskan nafasnya berat dan mencoba untuk menahan dirinya agar tidak kembali menangis, agar matanya tidak bengkak esok hari. Zafier pasti akan banyak bertanya hal itu, apalagi akhir-akhir ini dia selalu memperhatikannya.

Clara segera berbaring diatas kasur dan menyelimuti dirinya. Clara memejamkan matanya. Ternyata, Clara tidak bisa menahan tangisannya, rasa sesak didadanya terus memaksanya untuk menangis. Clara membiarkannya.

Clara membuka matanya, kemudian menyalakan musik di ponselnya, hanya alunan Piano yang begitu menenangkan baginya. Di tengah malam yang gelap, Clara selalu memutar suara Piano itu, dimana pun dia berada. Musik yang selalu Clara putar saat dia merasa sedih ataupun lelah. Suara alunan Piano itu pertama kali Clara dengar pada saat Jacob memutarnya saat Clara tertidur karena habis menangis.

Bukannya tenang, tangisan Clara malah makin menjadi. Kali ini, Clara benar-benar tidak bisa menahan tangisnya. Ini bukan harapannya selama ini.

Entah kenapa, kali ini, dia sangat sedih mendengarnya. Hatinya serasa sakit, dia memejamkan mata sekuat-kuatnya agar air matanya tidak keluar lagi dan lagi. Namun apa, nyatanya dia tidak kuat untuk menahan air matanya yang sudah menampung di kantung matanya. Clara luluh.

***

Hello, teman-teman!
Di bagian kali ini, hanya menceritakan tentang Clara aja😁
Terima kasih, jangan lupa untuk membaca part 9.

Terima kasih!💖
Bye, bye, dan sampai jumpa di part 9!🥺💖👋

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm HereWhere stories live. Discover now