Chapter 14 : Wake The Sleeping Beauty Up

438 47 17
                                    

Segala dihadapan Laura begitu kemilau, seperti percikan air hujan dibawah matahari. Pohon-pohon hidup, mulai dari akar hingga puncak, dan sungai yang mengalir membelah daratan. Udaranya, aromanya, dipenuhi keajaiban dan seolah waktu berhenti untuk membiarkan siapapun menikmati Imladris selama-lamanya.

Ketegunannya terhenti oleh suara puterinya, “Nana… akhirnya kita disini.”

“Disinilah kalian seharusnya ditakdirkan.” Gandalf tersenyum hangat dan menuntun Laura.

“Sangat indah.” Ujar Laura terpana.

“Kita tidak punya waktu.”  Kata Elrond yang berdiri paling ujung, dekat sebuah tangga mengarah keatas tebing. Dia mulai menaiki tangga kuno itu, disusul ketiga orang lainnya yang meninggalkan barang mereka disana, terus naik hingga bertemu sebuah batu besar, berdiri layaknya gerbang, dan Laura tiba-tiba teringat dongeng masa kecilnya.

‘Pada suatu hari hiduplah seorang Pangeran rupawan yang tersohor. Keberanian dan kekuatannya bagai obor ditengah kegelapan dunia. Dan konon, dia adalah satu dari bangsanya yang diberkahi keelokan, tiada yang bisa berpaling saat melihat dirinya, karena keelokannya adalah berkah dari Dewi Matahari sendiri.
Sampai kemudian, ia menyadari kemasyhurannya tak dapat menutupi lubang di hatinya. Sebab begitu besar bayangan masa lalu menggelayuti, bagai parasit, bayangan itu memakan satu hal besar baginya : kebahagiaan. Dan sinar-sinar hangat sang Pangeran mulai meredup, sebab dia membutuhkan sesuatu yang tak dimengertinya. Hilangnya senyum pangeran, membuat langit di kerajaan mendung, angin dingin tak kunjung berhenti berhembus. Maka paniklah raja dan ratu, khawatir kalau-kalau panen akan gagal jika hujan tak reda, jikalau putra mereka tak mengembalikan cahaya matahari ke kerajaan.
Diadakanlah sayembara, barangsiapa yang dapat membuat pangeran tersenyum dan matahari kembali bersinar, maka apapun permintaan orang itu akan dikabulkan.
Berbondong-bondong rakyatnya berdiri di depan istana. Satu-persatu memberikan penghiburan dan hadiah, namun tak satupun berbuah senyuman dari pangeran. Pada suatu malam, pesta besar ulang tahun pangeran diselenggarakan. Puteri-puteri cantik berdatangan dan berdansa ria. Namun pangeran, dia masih duduk bosan di singgasana, memandang keluar jendela.
Tiba-tiba pintu istana terbuka, masuk seorang kakek renta hendak memberikan penghiburan pada Pangeran, dengan imbalan sekarung gandum untuk cucunya di rumah. Tertawalah seisi ruang pesta, karena apa yang bisa diberikan pengemis untuk membuat pangeran tersenyum, sementara penghiburan mahal mereka tak berhasil sedikitpun.
Dan kehadiran pengemis di pesta dansanya membuat raja murka. Ia mengusir sang kakek dan mempermalukannya dengan hinaan. Sang kakekpun tertawa, seketika heninglah seluruh ruangan sebab suara yang dikeluarkan kakek itu begitu menggema. Disebarkannya sihir jahat yang membuat kerajaan itu menjadi batu. Tapi Pangeran, dalam dirinya ada kekuatan, maka sihir itu membuat sang pangeran terlelap…..’

Laura tak sadar napasnya tertahan, dan ia menghembuskan dengan bergetar, tak percaya selangkah lagi penantiannya berakhir. Penantian bertahun-tahun tanpa harapan, semua hilang saat Laura berdiri di depan gerbang batu yang menariknya seperti magnet.

Dia ada disana, gumamnya berulang-ulang dalam hati, dia benar-benar nyata.

“Pergilah.” Elrond menepuk bahu Laura, memberi semangat, “Dia menunggumu didalam.”

Wanita itu mengangguk dan tersenyum. Dia melangkah masuk ke gerbang batu sendirian. Jalan batunya terus naik keatas, sementara di kanan-kirinya pohon-pohon putih menyelubungi jalan bagai atap lorong. Dia bisa merasakan tenggorokannya tercekat oleh emosi, jantungnya berdebar, namun taka da airmata yang lolos. Inilah akhir kisahnya, penantiannya…mimpinya.

‘…Dikatakanlah oleh penyihir, bahwa pangeran tidak akan menemukan kebahagiaan, kecuali di alam mimpi saja. Maka terjebaklah pangeran antara kewajibannya untuk bangun dan mengejar sang penyihir, atau hasrat menemukan kebahagiaan.
Begitulah kutukannya bekerja. Hanya pangeran yang dapat mengembalikan dan memutus kutukan pada kerajaannya. Namun ia kalah oleh hasratnya dan memilih kebahagiaan tak nyata…’

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Tale of Golden Haired PrincesWhere stories live. Discover now