Chapter 6 : The Fading Light

272 44 0
                                    

Westfold, Rohan (Sebulan setelah penangkapan Legolas)

Dua kelereng biru terbuka perlahan. Legolas bangkit perlahan dan telinga runcingnya sedikit bergerak, mencari suara di keheningan malam. Tidak ada. Manusia Liar itu pasti sudah tertidur semua.

Perlahan dia duduk terbangun dan mengguncang tubuh adik angkatnya. "Zea..." bisik Legolas. "Bangun, Zea..."

Anak kecil itu hanya menggeliat dan menepis tangan Legolas, kemudian tidur memeluk kaki peri itu. Legolas mendesah. "Zea, bangunlah. Cepat." Dia mengguncangnya lebih keras. Zea menggeliat dan hendak memprotes ketika tiba-tiba Legolas membungkam mulutnya.

"Jangan berisik." Bisik Legolas. "Orang-orang itu sudah tertidur. Kita harus keluar dari sini."

Zea mengangguk dan Legolas melepas bungkamannya. "Kita akan pergi?"

"Ya."

"Bagaimana?"

Tanpa menjawab Legolas bangkit dan mengeluarkan pisau yang disembunyikan di bawah matrasnya. "Dengan ini."

Zea tak mengerti, namun ia menuruti perintah kakaknya. Dia melihat Legolas mengutak-atik gembok besar di caravan itu dengan ujung pisaunya. Suara klik diikuti keretan engsel mengalihkan perhatian Zea. Mata hitamnya membulat. Pintu itu terbuka!

Senyum sumringah tergurat di bibir Legolas. Tak sia-sia Berthen mengajarinya cara membuka ruang penyimpanan manisan di dapur umum. Dengan satu gerakan tangan ia mengisyaratkan Zea bangun dan mengikutinya keluar caravan.

Pekikan girang hamper saja lolos dari mulut Zea. Anak itu segera menutup mulutnya rapat-rapat saat kakinya menginjak tanah. Legolas menggenggam tangan Zea, memastikan anak itu melihat sekeliling dengan takut. Butiran keringat di dahinya.

"Kita akan mencuri makanan dulu. Kau ambilkan baju yang digantung itu." Titah Legolas. Tanpa basa-basi Zea langsung mengambil baju yang dimaksud dan menyerahkannya pada Legolas. Legolas mengikat salah satu ujung baju dan menjadikannya tas. Apel dan pir sisa makan malam dan beberapa potong daging dimasukkan kedalamnya.

Kemudian mereka mengendap-endap. Inilah saatnya, mereka akan pergi dari tempat penyiksaan itu. Legolas tak tahu kemana ia akan pergi, tapi yang jelas ia tak ingin bersama orang-orang jahat itu.

"Mau kemana kita?" Tanya Zea pelan, masih mengendap-endap keluar area caravan.

"Kita akan pergi kemanapun." Jawab Legolas.

"Kau tidak tahu ki-ADUH!" Sebelum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Zea terjatuh. Seorang penjaga yang tertidur di salah satu batang pohon terbangun. Legolas terkesiap dan menarik Zea lari.

"HEY! KEMBALI BODOH!" Teriak penjaga itu, ikut mengejar kedua anak.

Lari...harus pergi dari sini...Pikir Legolas panik. Dia tidak boleh tertangkap. Mereka berlari melintasi padang rumput, tak berani menoleh sedikitpun. Legolas tahu jika ia menoleh ke belakang, maka penjaga tadi masih akan mengejarnya.

"A-aku ca-pe..." Rengek Zea terengah-engah. Legolas menoleh tanpa menghentikan larinya. Ia baru sadar bahwa daya tahan manusia lebih lemah dibanding kaum peri. Dia menggeram dalam hati. Jika ia berhenti sekarang maka mereka akan tertangkap.

"K-kaa!" Kaki Zea seperti terbakar. Ia tidak kuat berlari sejauh itu. Hatinya begitu ketakutan namun ia sudah tidak tahan. Akhirnya kakinya menyerah, ia terjatuh dan mengambil napas dalam.

"Zea! Kau tidak boleh menyerah! Jangan sekarang!" Teriak Legolas yang sudah beberapa langkah di depan Zea.

"Zea capek..."

"Zea! Bangun!" Legolas hendak kembali pada adiknya yang tertinggal. Tapi ia terlambat. Pria yang mengejarnya kini sudah dekat. Legolas membulatkan mata.

The Tale of Golden Haired PrincesWhere stories live. Discover now