Chapter 7 : The Broken Wings

243 40 2
                                    

Empat belas tahun. Sudah selama itu Laura membesarkan kedua putrinya. Ia kini tinggal di California tepat setelah kedua putrinya, Elena dan Monita lahir. Dan empat belas tahun itu pula Laura tak pernah lagi bertemu sang Bunga-EMas nya. Meskipun banyak pria yang datang dan merayu Laura, tak pernah wanita itu menerima maupun sekedar mengiyakan. Hatinya telah diambil. Dan itu oleh seorang pria yang tidak nyata.

Elena dan Monita tumbuh menjadi remaja mempesona. Ada seseuatu darri kedua gadis itu yang membuat mereka stand-out. Aura yang berbeda dan membuat orang-orang tertarik pada mereka. Keduanya seolah memiliki inner-light dan matanya memantulkan cahaya jutaan bintang. Warna emas rambut mereka begitu menakjubkan, dibawah matahari berkilau, dan sangat halus. Mereka sangat cantik. Namun ada satu hal yang membuat mereka diejek teman-temannya.

Telinga mereka runcing.

Ibu mereka berkata bahwa itu hanyalah kelainan genetis. Mereka unik, dan seharusnya bangga akan hal itu. Laura tak pernah memberitahu siapa ayah mereka. Namun Elena dan Monita sering mendengar deskripsi ayah mereka, yang juga memiliki fisik dan postur seperti malaikat jatuh dari surga.

Ayah mereka telah meninggal, kata Laura pada suatu malam, ia berada di tempat yang sulit dijangkau lagi. Ketika ibu mereka menceritakannya, ekspresi bahagia sekaligus kesedihan tersirat diwajah nya. Mereka tahu ibunya sangat merindukan dan ingin bersama belahan jiwanya lagi, namun semuanya mustahil.

"Bunga Emas..itu namanya. Jika kalian membayangkan kesempurnaan seorang laki-laki, maka itu adalah ayah kalian. Dan ingatlah ini anak-anakku, apapun yang orang lain katakan, tetaplah ingat bahwa kalian spesial."

Perkataan ibunya itu yang membuat Elena dan Monita menutup telinga dari sindiran orang-orang atas deformasi telinganya. Ya, mereka berbeda. Tapi mereka unik.

"Lena! Ya Tuhan! Kau lagi-lagi masih tidur!" Teriakan Monita menggelegar di kamar bergaya minimalis ala tumblr milik Elena. Sedang si gadis remaja menutup wajahnya dengan bantal.

"Lima menit lagi..." Gumam Elena malas. Tak lama kemudian dengkurannya terdengar.

Monita-yang sudah berpakaian rapi-memutar bola mata. Ia memilih cara lain. Diam-diam dia mengeluarkan ponselnya dan menyetel musik klasik Aram Kachaturian. Dia dekatkan ponselnya ke telinga Lena dan seketika gadis pemalas itu bangun memekik, menutup telinganya untuk menghindari kontaminasi romantika masuk ke otaknya.

Monita terbahak-bahak dan mematikan ponselnya, melihat Elena yang mengernyit marah.

"Jangan. Lakukan .Itu.Lagi." Desis Elena ditengah gertakan giginya. Ia paling membenci hal-hal berbau klasik dan lebih menyukai musik eletrik yang diputar di diskotik. Dia seperti alergi pada hal-hal yang berhubungan dengan romansa.

"Angkat pantatmu dari tempat tidur dan segera turun ke bawah." Balas Monita tegas, gadis feminism yang justru penggemar setia drama percintaan dan musik mellow.

"Oh please! Ini hari minggu!"

"Ya. Dan ini waktunya kau membantuku dan naneth membereskan halaman belakang. Ayo bangun!"

Elena hanya menggeram dan menjatuhkan badannya lagi ke kasur.

Monita menutup mata dan menarik napas dalam. Dia tidak boleh emosi. Membentak dan marah-marah sangatlah tidak feminism, dan itu tidak baik untuk kesehatan jantung. Dia hanya mengeluarkan ponselnya lagi dan berpura-pura menscroll layarnya, "Coba kita lihat. JS Bach, Johannes Brams... mmm tidak... kurasa hari ini aku akan latihan dansa dikamar dengan musik-"

"Stop!" Pekik Elena. "Oke, aku bangun. Tapi please, simpan semua musik-musik jadul-mu dan jauhkan dari pendengaranku."

Menaikkan dagu penuh kemenangan, Monita berjalan dengan gelagat sumringah keluar kamar. Diikuti Elena dengan ekspresi 180 derajat berbeda. Mereka sampai di ruang makan dimana ibu mereka sudah menunggu dengan mata memicing pada putrinya yang tomboy-Elena. "Senang akhirnya kau berhenti jadi beruang kutub yang sedang berhibernasi." Sindir Laura, yang langsung disambut cekikikan dari putrinya yang lain, Monita.

The Tale of Golden Haired PrincesWhere stories live. Discover now