Chapter - 1

25.4K 1.9K 165
                                    

Hujan mengguyur seoul beberapa saat lalu membuat kota ini sangat sepi dijam yang belum terlalu larut. Rintik rintik air masih setia membasahi kota itu. Angin yang berhembus mengantar hawa dingin penyebab orang orang enggan untuk keluar dari tempat nyaman mereka, lebih memilih menghangatkan badan dibanding harus berhadapan dengan dinginnya malam ini.

Namja tampan berjas hitam nampak mengemudikan mobilnya dengan santai ia tidak ingin menambah kecepatan mengingat aspal jalanan licin dan basah. Bisa berakibat fatal, pikirnya. Untuk apa juga ia ngebut, toh tak ada yang menunggunya dirumah.

Ah, ada. Kedua adik kembarnya yang selalu berhasil membuat kepalanya pening. Hah.. jika mengingat itu ia tidak ingin pulang kerumah.

"Sepi sekali, padahal baru jam 10" ucapnya entah pada siapa karena ia sendiri dimobil.

Namja itu berhenti karena lampu merah. Kondisi jalan yang sepi bukan berarti menjadi alasan untuk menerobos lampu merahkan?.
Onyxnya berkeliling mencari sesuatu yang menarik. Damn, kota ini seperti kota mati, semua toko sudah tutup tidak ada orang yang berlalu lalang. Apa hujan tadi sangat buruk?

Matanya masih setia menyusuri sekitaran, pinggir jalan, area pertokoan, halte bus.

Alisnya bertaut kala melihat halte bus yang berada didepan lampu merah sana. Ada anak kecil disana dengan posisi membelakanginya. Apa yang dilakukan anak kecil sepertinya disaat orang dewasa saja enggan keluar rumah.

Ia melajukan mobilnya sedikit lalu menepikannya tepat didepan halte. Segera ia turun dari mobilnya guna menghampiri anak kecil itu.

"Hiks.. hiks.." rupanya anak ini menangis

"Hey, ada apa?" Namja yang kerap disapa Johnny itu mensejajarkan tubuhnha dengan tubuh mungil dihadapannya.

Anak itu menoleh menatap Johnny "eomma hiks.. s-sakit.. hiks.." jawab anak itu lalu menunjuk objek didepannya.

Johnny mengikuti arah telunjuk anak itu, ia baru sadar jika anak ini tidak sendiri melainkan bersama eommanya.

"Chogiyo, gwenchanayo?" Tanya Johnny dengan tangan terulur mengguncang pelan bahu orang yang panggil eomma oleh anak kecil itu.

Orang itu tidak menjawab, posisinya duduk dilantai halte dengan tubuh tertunduk dalam seperti menahan sakit, kepalanya hampir menyentuh lantai halte.

"akh.." orang itu meringis kesakitan

Johnny panik dan segera mendekati orang itu lalu menarik kedua bahunya pelan dari belakang agar ia tidak tertunduk lagi.

"Akh... Hah... hah... hiks..." kini Johnny dapat melihat dengan jelas orang itu.

Tangan kanan orang itu meremat sisi kiri mantelnya sementara tangan kirinya mengepal hingga buku buku jarinya memutih, nafasnya memburu, wajahnya pucat.

"AKHH...." orang itu mengaduh keras, kepalanya mendongak keatas dengan mata terpejam seperti orang dicabuta nyawanya

"Eommaa... huweee..." tangis anak kecil itupun semakin pecah lalu menubruk tubuh yang sedang tersandar ditubuh Johnny.

"Shit!" Dengan sigap Johnny mengangkat orang itu memasukkannya kedalam mobil untuk dibawa kerumah sakit.

Tak lupa ia membawa anak kecil tadi masuk kedalam mobilnya. Setelah itu Johnny memacu cepat sedan hitamnya menuju rumah sakit terdekat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hiks.. hiks.. eomma... eomma..." tangis pilu anak kecil itu mengiris pendengaran Johnny.

Johnny menatapnya iba, merengkuh tubuh mungil anak bermata sipit yang kini duduk dipangkuannya. Bagaimana bisa masih ada orang yang berkeliaran ditengah dinginnya malam seperti ini? Ditambah lagi ia membawa anak kecil.

Ah,

Menurut yang dikatakan anak itu eommanya baru menjemputnya setelah pulang bekerja?kemana suaminya? Appa anak ini. Mengapa tega sekali membiarkan istrinya kerja hingga tarut malam disaat dingin menyerang seluruh penjuru kota seoul ditambah harus menjemput anaknya. Sungguh tidak berperasaan. Lantas apa tugasnya sebagai suami?

Dokter bername tag Moon Taeil keluar dari ruang UGD dimana tempat orang itu mendapatkan pertolongan pertama. Johnny segera berdiri menghampiri seniornya semasa ia kuliah dulu dengan anak kecil itu digendongannya

"Hyung, bagaimana keadaannya?"

Taeil mendesah lelah "jantungnya lemah John sepertinya ia kelelahan ditambah cuaca dingin seperti ini, ia kesulitan bernafas. Kondisinya cukup buruk John"

Anak yang didalam gendongan Johnny semakin terisak ia mengeratkan pelukannya pada leher namja Seo itu. Johnny berusaha menenangkannya tapi anak itu tetap terisak.

"Aku rasa ada yang tidak beres dengan jantungnya" lanjut Taeil

"Hyung aku mohon lakukan yang terbaik untuk yeoja itu" ucap Johnny dengan nada memohon

Taeil mengerutkan keninganya lalu menatap Johnny bingung "John, he's a man"

Johnny melotot kaget, apa ia tidak salah dengar? Orang yang tadi ia tolong adalah seorang namja tapi bagaimana bisa? Wajahnya sangat cantik dan mulus, kulitnya putih, pinggangnya ramping terasa saat tadi Johnny mengangkatnya. Johnny memang tidak melihat rambutnya karena tadi orang itu memakai bennie juga kupluk bulu yang ada dimantelnya.

"Ini, kau bisa lihat identitasnya" Taeil menyerahkan dompet namja itu pada Johnny. Dengan segera Johnny membuka dompet itu dan mencari identitasnya kartu identitasnya.

"Jung Jaehyun, 19 tahun" gumam Johnny pelan saat membaca identitas namja itu.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang