UNTUK IBU KARTINI (2)

612 39 1
                                    


Salam untukmu Ibu kartini, kita sama-sama perempuan yang terlahir di beda jaman dan beda era. Dulu kau lahir di masa yang tersulit di era itu, dan aku terlahir di era moderen ini.

Izinkan aku untuk bercerita tentang diriku, jika sebelumnya kau mendengar atau membaca kisah seorang perempuan yang sedang kuliah dan bekerja didunia malam, maka aku kan bercerita tentangku.

Perkenalkan, aku adalah seorang perempuan yang berusia 28 Tahun, Aku Tamatan dari Universitas Negeri ternama di Yogyakarta. Aku adalah dokter Umum di salah satu Rumah sakit swasta terpandang di Jakarta ini. Asalku bukan dari Yogyakarta, dan bukan pula dari Jakarta.

Aku terlahir dari keluarga yang sangat aku syukuri, Ayahku seorang Hakim dan Ibuku pensiunan kepala sekolah. Oh ya dan aku adalah anak tunggal. Sejak aku lahir aku tak pernah kekurangan Uang, bukan bermaksut untuk menyombongkan diri, Namun ini untuk kejelasan kisah ini.

Sebenarnya, aku tidak sangat ingin untuk menjadi Dokter, tapi aku memiliki alasan kuat untuk menjadi dokter. Aku sangat mengidolakan dan sangat mengagumi Ibu kartini. Aku suka membaca buku tentang Beliau dan menonton Film tentang beliau juga.

Sejak Aku TK, aku berjumpa dan berteman dengan orang-orang yang berbeda latar belakang, dan sangat banyak hal dan kejadian yang aku temui dan membuatku terkadang terkejut, takut , bahkan menangis.

Saat aku TK, aku memiliki satu teman perempuan yang bisa aku sebut dengan sahabat, namanya ialah Nia, meskipun aku memiliki banyak teman lainya, namun aku sangat nyaman dan sangat dekat hanya dengannya. Biasanya dulu kami akan selalu bergandeng tangan jika bertemu di sekolah.

Aku bahkan selalu membawa bekal lebih agar bisa berbagi denganya, karna Nia tak pernah membawa bekal sejak awal masuk TK. Aku pernah bertanya mengapa ia tak membawanya, katanya tak ada yang mau menyiapkan bekal untuknya dan bercerita jika ia juga tak berani untuk meminta dibuatkan bekal kepada orangtuanya. Aku masih ingat saat itu kami bercerita di taman bermain TK tepatnya di atas ayunan berwarna biru. Dan ia tak menangis saat itu. Sejak saat itulah aku selalu membawa bekal untuk kami berdua.

Singkat ceritanya, 2 Bulan sebelum wisuda, Nia tak pernah muncul disekolah selama 4 hari tanpa keterangan, aku sangat cemas namun tidak tau harus bagaimana. Aku sangat takut ia diberhentikan oleh orangtuanya karena selama ini yang aku ketahui, orangtuanya sangat tidak menyukainya dan bahkan tak jarang aku melihat Nia memiliki memar-memar di tubuhnya. Namun sekali lagi ku tekankan, ia tak pernah menangis jika bercerita denganku.

Namun aku merasa lega ketika besoknya Nia kembali bersekolah, namun ada yang aneh, dia sangat murung, memang hampir setiap hari aku melihat Nia murung, namun biasanya jika saat jam makan tiba dan kami duduk berdua maka ia akan tersenyum dan kembali ceria. Tapi kali ini sangat berbeda, bekal kami sudah habis, namun ia tetap tak menunjukkan senyumnya, aku sangat kesal dan tak tahan untuk bertanya.

Ketika aku bertanya, saat itulah kali pertama aku melihat dia menangis, tanpa suara, namun dengan melihatnya saja aku bisa tau, jika yang dia rasakan sangat sakit. Saat itu dia hanya mengatakan , "sakit,, sakit "

Aku sama sekali tidak tau dan tidak mengerti apa yang dia tangisi dan apa makna ucapannya. Tapi aku ikut menangis, jadilah kami berdua menangis sambil saling berpenggan tangan.

Setelah beberapa menit kemudian, ia menunjukkan beberapa luka di punggung, lengan dan perutnya. Tanpa bertanya aku tau itu kenapa. Saat itu posisi ayunan yang menjadi tempat favorit kami berada di samping bangunan sekolah dan sangat sunyi dan anak-anak yang lain juga jarang kesini.

Aku merasa ngeri melihat luka-luka itu, ada bekas sayatan, bekas api, bahkan lebam-lebam dan memar. Aku sama sekali tidak tau bagaimana cara mengobatinya, dan kami masih terus menangis tanpa suara. Aku meniup-niup luka-luka tersebut, dan aku mengipas-ngipasnya dengan tutup bekal yang aku bawa. Harapanku saat itu ialah agar rasa sakit yang dia rasakan berkurang dan aku sangat berharap ada Ibu peri yang baik untuk memberikan keajaiban seperti yang sering aku tonton di TV.

UNTUK IBU KARTINI (Sedang Hiatus)Where stories live. Discover now