CINTA YANG SALAH

512 25 3
                                    

Gadis berkulit putih itu berkali-kali melirik jam di tangannya. Elma menghela napas panjang, ia sangat kesal dan tak sabar ingin bertanya mengapa sosok yang ditunggunya itu tega melakukan hal itu padanya.

Beberapa saat yang lalu, tiga orang laki-laki berbadan tegap, kulitnya gelap, dan memakai pakaian serba hitam mendatangi kostnya. Elma kira, ketiganya tidak mencarinya. Karena ia sama sekali tidak pernah berurusan dengan tiga pria yang menyeramkan tersebut. Namun, di luar dugaannya mereka mencarinya. Dan itu membuatnya sangat terkejut dan gemetar.

"Kita cari Elma Elviana, mana orangnya?" tanya mereka kasar tanpa setitik pun rasa sopan. Pertanyaan ketiga pria tersebut membuat sekumpulan gadis yang sedang berbincang santai menikmati waktu istirahat sepulang kerja, diam seketika. Mata gadis-gadis itu tertuju pada Elma, kebingungan namun tidak satu pun pertanyaan terlontar karena tegang.

"S..saya pak, ada apa ya?" tanya Elma dengan hati-hati.

"Jangan panggil pak dong, emang kita udah tua." Protes salah satu dari ketiganya.

"Ikut kita, kita mau ngomong." Pinta salah satu pria yang bertubuh paling besar dengan kumis tebal menghiasi bibirnya.

Elma mengangguk mengiyakan, sebenarnya hatinya penuh dengan rasa takut. Namun, yang lebih ditakutkan lagi jika ada hal lain yang lebih beresiko terjadi bila ia tidak menurut. Terlebih, teman kerjanya sedang berkumpul di sana. Semuanya hanya memandang gadis berparas ayu itu dengan penuh rasa khawatir.

Pria tersebut menuntun Elma ke tempat yang sedikit jauh dari teman-temannya. Setelahnya, salah satu dari mereka memberi sepucuk surat. Dengan penuh kebingungan, ia buka selembar surat tersebut dam membacanya. Di dalamnya tercatat bahwa ia telah meminjam uang senilai delapan juta rupiah dengan bunga lima puluh persen.

'mereka rentenir ternyata, atau mungkin anak buahnya. Tapi kapan aku pernah minjem uangnya' batinnya.

"Maaf, tapi kayaknya abang-abang ini salah orang ya? Saya gak pernah pinjem uang." Elma kebingungan.

Pria bertubuh lebih pendek dari kedua temannya itu mengambil surat di tangan Elma dengan kasar, "lu liat baik-baik deh, ini tanda tangan lu bukan? Jangan macem-macem! Ini surat pernyataan dengan tanda tangan di atas materai, kita bisa bawa lu ke jalur hukum!" ancamnya.

Elma terdiam, ia tidak bisa berkata apa pun lagi. Itu memang tanda tangan di atas materai, tapi...

"Cowo lu yang pinjem pake tanda tangan lu, dan kita disuruh nagih hutangnya ke elu, karena di sini elu yang tanda tangan." Jelas pria di sampingnya.

Elma masih terdiam. Berapa banyak nominal uang yang harus ia ganti.

"Dua belas juta. Totalnya dua belas juta, kalau dalam jangka waktu tiga bulan gak lunas, bunganya bakal naek." Ujar pria berkumis tebal tiba-tiba. Lalu mereka beranjak pergi. Meninggalkan Elma dengan hati yang berkecamuk. Tetesan air mata turun deras dari matanya. Marah, sedih, bingung melanda dirinya.

Gadis dengan tubuh semampai itu berlari menuju kamarnya, memeluk bantal dan membenamkan kepalanya di atas bantal tersebut. Ia tak lagi kuasa menahan tangis, bagaimana caranya melunasi hutang tersebut? Lalu mengapa kekasihnya tega menjual tanda tangannya demi uang?

"Elma? Lu kenapa? Tadi itu siapa? Lu kenal mereka?" Tanya Dita, teman kerjanya.

"Elma, jangan nangis dong. Coba ceritain ayo," timpal Ainun, hatinya ikut gelisah melihat teman dekatnya menangis keras sekali. Elma, Dita, dan Ainun dekat sejak mereka kerja satu perusahaan. Sejak itu, mereka sudah seperti keluarga. Ketiganya saling melengkapi, berbagi segala hal sebagai pengganti keluarga di kota orang.

RINDU PULANG (Sudah Terbit)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora