"Berhenti tersenyum seperti itu dan ayo berangkat."

Senyum menularnya langsung memudar saat melihat aku yang sedikit bete.

"Jangan bete please."

"Jangan mengulanginya lagi."

"Tidak akan."

"Janji padaku."

"Janjiii."

"Lagian oppa Sehun tidak menakutkan, kau hanya belum mengenalnya."

"Pokonya jika aku mati nanti, yang harus kau tahu, aku sangat mencintaimu."

"Berhentilah bersikap hiperbolis Jong." Dia hanya tersenyum, senyum yang aku sukai, tentu saja.

"Aku akan ada disampingmu." Tenangku

"Janji?" Aku mengangguk.

Akhirnya kami sampai, ya, hariini adalah hari pernikahan oppaku.

Iya benar, yang tadi mengejek dipintu kamarku sudah menjadi milik orang lain sekarang.

Aku duduk disebelah Jongdae saat mendengar oppaku membacakan sumpahnya dialtar sana.

Lalu aku menoleh kearah samping, akankah dia akan mengucapkan sumpah itujuga didepanku?

Lalu aku menoleh kearah samping, akankah dia akan mengucapkan sumpah itujuga didepanku?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tolong, aku ingin tertawa, mengapa ekspresinya seperti itu.

"Jongdae, rileks."

Jongdae hanya bergerak gelisah dan aku justru terkikik dalam hati. Betapa takutnya pacarku pada seorang Oh Sehun, yang bahkan takut pada kocoa, well itu hanya aku yang tau. Tapi Sehun benarbenar menjagaku dari apapun, termasuk seorang pria.

Akupun menggenggam tangannya agar dia lebih rileks, dan dia hanya tersenyum sambil membalas genggaman tanganku.

Acara ritual sudah selesai dan sekarang para tamu sedang menikmati hidangan disini.

Aku mengajak Jongdae menghampiri Sehun dan Seulgi, awalnya ia sempat menahan tapi aku mengangguk kecil bahwa semuanya akan baikbaik saja, dan, ya, dia tidak akan mati ditempat.

"Oppa," Aku datang dan langsung memeluk oppaku itu, diapun membalas pelukannya, sedangkan Jongdae hanya bersalaman dengan Seulgi, orang yang menjabat sebagai istri Sehun.

"Semoga bahagia oppa, aku pasti akan merindukanmu, huhu." Dia hanya terkekeh kecil sambil mengusapusap bagian belakang kepalaku.

"Kau bisa datang kerumah kami sayang." Aku mengeratkan pelukanku, ah tidak akan adalagi perusuh Oh Sehun yang akan berteriak dengan muka datar jika aku melakukan kesalahan.

Akupun melepaskan pelukanku, dan dia mengusapusap puncak kepalaku.

"Jongdae akan menjagamu mulai sekarang." Aku menatap Jongdae yang menegang, yaampun betapa takutnya pacarku itu, haha.

"Tolong jaga adikku, Jongdae-yya."

"Ahh, ahh, i-iyya. Aku pasti akan melakukannya." Kata Jongdae dengan terbatabata sambil sesekali menunduk.

"Aku tidak semenakutkan yang kau kira, jika kau masih menganggapku menakutkan, adikku kuambil alih."

Jongdae mulai tersenyum lalu berkata secara lancar bahwa aku akan aman dengannya.

"Semoga kau bahagia dengan istrimu." Sehun mengangguk lalu mereka saling berjabat tangan.

Kami turun dengan bergandengan tangan, tapi tangan Jongdae tetap dingin.

"Lihat, dia tidak semenakutkan yang kau pikir."

"Sepertinya tidak."

"Memang tidak."

Tibatiba aku melepaskan genggaman tanganku saat melihat Yuna eonni tersenyum kearahku sambil menggendong Mido, anaknya.

"Ahhh, urimido sudah dewasaaaa." Kataku sambil menggoyang goyangkan tangannya, dia hanya tersenyum senang.

"Eonni rindu padamuuuuuuu."

Ya, Mido adalah keponakanku.

"Emm, Na, bisakah aku menitipkan Mido, akurasa aku mendapatkan tamu, jadi aku akan kekamar mandi sebentar." Aku mengangguk lalu menggendong Mido.

"Kim Jongdaeee!!" Aku memanggil Jongdae yang sedang asik mengobrol dengan reman kantornya.

"Wahhh, nuguya, gyeoptaaa." Ucapnya saat melihat balita yang kugendong.

"Annyeong Jongdae oppa, Ra Mido imnidaaaa." Balasku dengan sura imut sambil mengangkat sebelah tangan Mido.

"Ahhh, neomu gyeopdaaa. Aku ingin menggendongnyaaaa."

"Kau bisa?"

"Tentu, noona memiliki Yura dirumah." Akupun mengangguk lau menyerahkan Mido kepelukan Jongdae.

" Akupun mengangguk lau menyerahkan Mido kepelukan Jongdae

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wahhh, kau cukup mahir Jongdae-yaa."

"Perbekalan."

Aku terdiam, lalu menatap matanya. Senyumnya selalu membuatku tenang.

"Maukah kau menjadi istriku?"

"Eh,"

Aku tidak menyangka dia akan mengatakan hal ini, sekarang, ditempat ini.

"Kau?"

Dia mengangguk, "Jawabannya?" Tanyanya sekali lagi.

Dengan malu, aku mengangguk, lalu dia tersenyum lebar.

"Yaa, urimido-ya, lihat, eonni menerima lamaran oppa." Katanya sambil menggoyang goyangkan tangan Mido, aku hanya tersenyum.

"Ah iya, soal cincin. Cincinnya tertinggal dirumah, karena aku terlalu panik tadi." Aku cuka tertawa lalu mengangguk.

Setelahnya Yuna eonni datang dan kembali mengambil Mido.

"Dadahhh Mido-yaaaa." Jongdae berkata sambil melambaikan tangannya kearah Mido yang mulai menjauh.

Laku ia segera mengenggam tangaku dan kitapun berjalan keluar gedung.

"Terima kasih." Katanya tibatiba.

"Untuk?"

"Telah menerimaku." Balasnya sambil berhenti lalu menatapku. Akupun tersenyum lalu dia memelukku.

"Rencanaku lancar."

"Rencanamu?"

"Aku akan menyatakannya jika oppamu sudah mengijinkannya."

"Lihatkan oppaku sangat baik, bahkan kau tidak meminta ijinpun dia sudah menyerahkanku padamu." Dia terkekeh.

"Saat dia mengatakan, Jongdae akan menjagamu mulai sekarang. Aku merasa dia sudah menyetujuinya, dan telah memberikan kepercayaannya selama 21 tahun ini kepadaku untuk menjagamu."

Aku mengeratkan pelukanku, begitujuga dia.

"Terima kasih juga untuk semuanya Jongdae."

- IMAGINE -

IMAGINE - EXOWhere stories live. Discover now