Part 32 - Gws Anindi!

602 27 0
                                    



.
.

"Jika aku terus berpaling, dan di suatu waktu aku terpukul akan suatu pukulan keras, maka sekaranglah waktunya" -Bara

Bara terus melangkah tanpa henti di depan pintu ruang UGD. Pikirannya terus memikirkan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada gadis yang di sukanya.

Suka.
Yah, Bara akui ia telah menyukai Anindi sejak lama. Hanya egonya saja yang harus mempertahankan logikanya bahwa ia tidak menyukai Anindi.

"Bar, lo ngak cape berjalan kesana kemari? Mending lo duduk dulu tenangin pikiran lo sejenak.. Gue yakin kalau Anindi kuat, percaya sama gue" Bara menuruti permintaan Gara dengan pasra.

Bahkan sekarang baru di sadarinya jika ia terlalu kelelahan. Hampir 2 jam dirinya berjalan tanpa henti memikirkan keadaan Anindi.

Ditatapnya sesaat wajah-wajah cemas Luna, Bili, Gara serta kedua orang tuanya. Semua terlihat lelah menunggu.

Bunyi pintu ruang UGD yang baru saja terbuka membuat semua pasang mata menoleh ke arah seorang dokter yang baru saja keluar.

"Keluarga pasien?"

Lisa bangkit dan berbicara sebentar dengan dokter, kemudian mereka berjalan memasuki sebuah ruangan. Bara menatap cemas pada pintu UGD di hadapannya.

20 menit kemudian...

Pintu yang sejak tadi di masuki Lisa dan dokter terbuka menampakan kedua sosok yang melangkah kearah kursi tunggu.

"Ma, gimana hasilnya?" Tanya Gara cemas. Lisa menatap sedih pada putra pertamanya serta yang lainnya.

Dokter barusan maju selangkah dan mulai menjelaskan. "Pasien mengalami kebutaan akibat benturan yang di alaminya. Tapi ini bukan sebuah kebutaan parmanen.."

Semua mata tercengang. Luna menggeleng tak percaya. Sahabatnya buta! Karena dirinya. Jika ia tadi tidak ikut mengejar Anindi, mungkin Anindi tak akan terburu-buru menuruni tangga, dan terjatuh.

Bara terduduk lemas di atas kramik dingin yang tadi di pijakinya dengan gelisa. Buta. Tidak. Itu di luar pemikirannya tadi. Berusaha ia menolak kenyataan yang di dengarnya.

Bara mendongak menatap Bili yang menepuk pundaknya memberi penguatan baginya.

....

Bara terus menatap sesosok tubuh yang sedang berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sesekali ia harus memijit ujung-ujung matanya agar tidak tertutup akibat kantuk yang melanda.

Dari sisi lain ruangan Gara mengayuh kursi rodanya mendekat ke arah Bara yang sedang bersandar di sofa
"lo nggak tidur Bar?"

Gara menatap saudaranya yang masih saja terjaga di jam 2 pagi. Walau di akui Gara, kembarannya itu mampu terjaga sampai pagi, tapi lihatlah kondisinya sekarang, pakaian yang berantakan, rambut acak-acakan dan juga wajah lelah yang sejak tadi menjamah wajahnya.

"Gue tau, lo kepikiran Bar, tapi lo juga harus mengistirahatkan tubuh lo.."

"Sampai sekarang pun lo belum tidur Bar?" Ucap Bili tiba-tiba yang baru saja masuk, di tangan kanannya ada sebungkus nasi goreng ekstrak tomat yang ia beli untuk sahabatnya. Bili ikut mendudukan tubuhnya di samping Bara.

"Lo dari mana Bil?" Kini Gara mencoba bertanya pada sahabat dari kembarannya. "Gue pergi mengisi perut Gar, sejak kita dari vila gue belum makan apapun"

"Bar, nih gue bawa makanan kesukaan lo ples ekstrak tomat.." Bara melirik sesaat plastik di atas meja dan memalingkan wajah acuh. "Gue ngak selera.."

Bili memincing kesal. Baru di taunya ternyata sahabatnya bisa bergalau juga karena Anindi. Ternyata mulut dan hati lo berkata lain yah, dan gue batu tau hati lo tuh buat siapa sekarang. Batin Bili tersenyum.

"Lo ngak kasian sama gue, udah cape-cape beliin, sama godain ibu-ibu penjual nasi goreng buat banyakin tomat buat lo.. Sedih atuh guenya Bar" Kini Bili berusaha menggoda sahabatnya. Setidaknya garis lengkung ke atas itu terukir di wajah sahabatnya. Tapi tetap saja gagal. Akhirnya terpikirkan oleh Bili satu ide terakhir untuk sahabatnya. Yah walau ia enggan melakukannya.

Segera Bili mengambil bungkusan plastik dan membukanya. " Yah udah, ini buat gue yah, gue masih la-.."

Tindakan serta ucapan Bili harus terhentikan karena Bara yang langsung mengambil nasi goreng barusan. Ia menyuap dengan nikmat masih dengan wajah lelahnya.

Bili hanya mampu tertawa melihat mimik pucat sahabatnya yang hampir kehilangan makanan kesukaanya itu. Skatmat. Sudah di duga Bili. Gara tersenyum melihat tingkah kembaran serta sahabatnya.

....

5 hari kemudian.

Luna menatap Anindi dalam sedih, sahabatnya hanya berdiam diri sejak 2 hari yang lalu dimana ia sadar dan mengatahui keadaannya.

Kakinya melangkah mendekat, mencoba menyapa Anindi. "An, lo ngak lapar, gue punya coklat kesukaan lo sama gue nih, gue beli sedos kecil.."

Luna menarik nafas lelah, sama saja. Ini sudah ke sekian kalinya dalam dua hari ini ia mencoba bicara dengan sahabatnya. Bahkan berbicara, menyahuti saja Anindi enggan.

Bunyi pintu terbuka sesaat mengalihkan tatapan Luna pada tiga sosok yang baru saja masuk, dua sosok dengan pakaian seragam masih melekat itu melagkah mendekat kesamping ranjang bersama Gara yang mengayuh kursi rodanya.

"Haii An, gue bawa boneka buat lo, tadi di kasih sama kawan sekelas lo.. Katanya cepat sembuh" Pancing Bili yang bahkan di tulikan Anindi.

Luna menggeleng pasrah, semua cara sudah di lakukannya, bahkan ayahnya sendiri di abaikannya. "An, pliss jangan diamin kita kaya gini. Ini salah gue, andai gue ngak kejar lo waktu itu.."

Anindi menahan napas, sesak di dadanya terus saja di tahannya. Tangannya terus mencari kekuatan dengan cara mencengkram erat sprei ranjang.

"Lo boleh benci gue An, tapi jangan diamin kita.."

Anindi meremang, di tepisnya tangan yang baru saja menyentuhnya halus. "Pergi lo semua, gue ngak mau lo semua ada disini. Pergi.. Gue bilang pergi.."

Bentakan keras serta luapan amarah keluar begitu saja, mengalir begitu cepat, seolah-olah ia benci dengan situasi saat ini.

Benci. Yah Anindi benci keadaannya sekarang. Ia buta. Dunia yang sering di penuhi warna kini hilang tergantikan dengan kelam. Anindi tak berdaya, ia buta, dan ia tak ingin hal itu.

Dari pendengarannya, Anindi mendengar suara langkah menjauh dari ranjang rumah sakit. Anindi membaringkan tubuhnya. Getaran dari tubuhnya, serta isakan tanpa henti melanda tubuhnya.

Apa yang akan dilakukannya jika hidup dengan kebutaan.

.
.
.
.

Jangan lupa vote and coment😉😉

AnindiBara - Ini Tentang Perbedaan Kita (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang