Part 24 - Penyesalan (1)

628 30 0
                                    

Note : Mohon bantuannya jika ada kata dan penulisan yang salah agar segera diperbaiki ^^
.
.


"Bar, bisa lo temani gue ke tempat balapan, gue pengen nonton nih" Pinta Gara yang baru saja masuk ke kamar adiknya. Ia mendorong dirinya untuk semakin mendekat dengan meja belajar Bara. Bara yang sedang fokus pun, sedikit mengalihkan pandangannya.

"Ngak, nanti mama bisa marah, kalau gue bawa lo keluar.." Gara mengusutkan wajahnya yang mampu membuat suasana lebih santai dari biasanya. Dan hal itu membuat tawa kecil keluar dari bibir Bara. "Come on, Bar.. Kali ini aja. Mama lagi reunian sama teman-temannya. Udah lama banget gue ngak ngenonton live"

"Gar.. Lo lagi sakit, gue ngak mungkin bawa lo keluar rumah.." Bara ingin sebenarnya, membawa Gara jalan-jalan. Dia tahu Gara bosan selama ini, tapi sejujurnya bukan tentang Gara yang masih sakit, tapi bagaimana mendapati amukan mamanya, itu yang sebenarnya sekarang dihindari Bara.

Gara berpikir sejenak, ia tersenyum miring, dan memutar kursi rodanya berbalik untuk pergi. "Lo mau kemana Gara?" Dari balik pintu kamarnya yang sedikit di tutup Gara, Bara mendengar jawaban Gara. "Ke kamar".

Bara kembali berkutat dengan tugas makalahnya yang hanya tinggal menambahkan kesimpulan akhir dan daftar pustaka, kemudian menjilid. Sejam berlalu dan semuanya selesai. Bara meregangkan otot-ototnya yang cukup pegal.

Tangannya mengambil ponsel miliknya, dengan bunyi notif pesan masuk pertanda sebuah pesan baru saja masuk.
Bili : udah selesain makalah bung?

Bara : hm. Kenapa emangnya?

Bili : 😅😅

Bara : gue curiga sama lo
Setelah membalas Bili, Bara mendaratkan dirinya diatas kasur.

Bili : lo tau ajah, Bar lo teman gue paling baik deh

Bara menggeleng pasrah membaca isi chatnya dengan Bili.
Bara : gue tau lo mau apa? Malas lo dipelihara mulu..

Bili : yaudah kirimin ke gue yah ayang

Bara : tunggu bentaran.

Bara : najis gue, lo panggil gue kaya gituan.

Bara merangkak turun dari kasur empuknya, segera ia mengirim hasil ketikan makalahnya ke Bili. Alarm keleparan dalam perutnya menuntut Bara untuk segera di isi penuh. Tanpa pikir panjang atau pun pendek lagi, Bara segera melangkah turun kearah meja makan.

Setelah menyelesaikan makannya, Bara ingin kembali menuju kamar saat notif pesan miliknya berbunyi.
Bili : apa mata gue yang salah     lihat, atau emang mobil keluarga lo lagi ada di parkiran arena balapan Bar?

Bara terdiam dan berpikir sejenak. Tanpa aba-aba tubuhnya ia bawa menuju kamar Gara.

Kosong.

Itu yang di dapati Bara. Segera ia melangkah keluar dan mengecek garasi mobil. Dan benar, satu mobil hitam keluarganya tidak berada pada tempatnya. Bara berlari kecil menuju pos satpam. "Apa tadi Gara keluar dengan mobil?" Tanya Bara tak sabaran.

"Benar den, sekitar sejam yang lalu tepatnya.." Tanpa pikir panjang Bara melarikan dirinya kekamar, untuk mengambil kunci mobil. Apa yang ada di otak Gara saat ini, bagaimana bisa ia pergi tanpa Bara ketahui. Bagaimana jika ibunya pulang dan mengetahui ketidak beradaan Gara.

Apa yang akan di katakan Bara nantinya jika mamanya bertanya. Ahh sial, otak Bara tak bisa berpikir jernih sekarang ini. Bara, melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, ia harus mengembalikan Gara sebelum kepulangan mamanya.

Bara mendial nomor satpam rumahnya sambil tetap fokus berkendara. "Mang imam, kalau mama udah pulang, telpon Bara yah.." Setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut Mang Imam, Bara kembali fokus menyetir.

"Gar, lo pikir apa sih, sampai nekat pergi sendiri kaya gini.. Gimana kalau lo kenapa-kenapa pasti bakalan ribet kan" Bara bersyukur jalanan malam ini tidak terlalu ramai, padahal di jam 7 malam di kota Jakarta semua orang pun tahu macetnya tuh gimana.

Bara segera memarkir mobilnya dan berlalu ke arah mobil hitam milik keluarganya yang sempat di lihatnya saat memasuki jalan masuk parkiran. Seorang sopir yang di ketahui bernama Samson, tengah berdiri bersandar pada mobil. "Mang? Dimana Gara? Kok mang Samson sendiri?"

"Den Gara lagi nonton Den, saya di minta tunggu disini sama Den Gara.." Tangan Bara mengeras, rasanya ia ingin sekali memukul sesuatu, "apa sih yang mang Samson pikir, gimana kalau Gara kenapa-kenapa? Mang Samson mau tanggung jawab, mang kan tahu kalau Gara lagi sakit.."

"Maaf Den, ini memang salahnya mang, tapi Den Gara terus maksa dan bilang bakal baik-baik aja, mang jadi serba salah" Tak mendengar penjelasan mang Samson yang menurut Bara tak bermutu, Bara segera berlalu dan mencari keberadaan sosok Gara.

Hampir 15 menit berlalu namun Bara sama sekalu belum menemukan sosok Gara. Sampai sebuah keributan kecil mengundang rasa penasaran Bara. Tanpa di perintah otaknya, kaki Bara melangkah mendekat.

Suara ricuh seperti perkelahian tertangkap oleh indra pendengaran Bara, hingga ia sedikit belari. Namun kerumunan orang-orang yang menonton dan meneriakan menutup penglihatan Bara yang berdiri di belakang. "Permisi.." Panggil Bara pada seorang cowok seumuran dengannya. "Iaa, ada apa?" Bara sedikit merasa bersyukur masih ada yang mau merespon panggilannya.

"Sebenarnya ini keributan apa? Kaya ada yang berkelahi?" Cowok tadi tertawa sebentar, mengundang tanda tanya serta rasa kesal Bara. "Lo ngak tau? padahal ini udah dari tadi. Ada cowok yang berkelahi karena nolongin cowok lumpuh berkursi roda.."

Bara terdiam cukup lama. Otaknya sedang memproses kata 'cowok lumpuh' dan 'kursi roda'. Tapi perkataan selanjutnya dari cowok barusan benar-benar membuat sistem kerja otak Bara bekerja dengan baik setelahnya "ehh tapi muka si cowok lumpuh itu persis banget sama lo.. Ia ngak guys?" Seru cowok barusan pada teman-temannya.

Bara memaksa dirinya menerobos masuk ke dalam kerumunan. Otaknya memanas sekarang, setelah melihat apa yang terjadi. Bili telah babak belur karena di pukuli oleh dua orang cowok bertato, yang jika dipikir-pikir beberapa tahun lebih tua darinya.

Dengan emosi yang menumpuk, Bara segera menarik kerah baju salah satu cowok dan menghantam tepat pada wajah hingga darah keluar dari sudut bibir. "Ehh lo apa-apaan, ikut campur aja lo" Sosok cowok yang masih memukuli Bili bertindak saat melihat temannya sudah jatuh.

Bara tak merespon sama sekali, tangannya menarik cowok barusan dan memberi beberapa hantaman, hingga cowok yang satunya ikut bangun dan menghantam balik Bara sama kuatnya hingga Bara tersungkur. Bibirnya berdarah tapi bukan itu yang di pusingkan Bara.

Perkelahian terus berlanjut, sampai satu cowok barusan mendapat hantaman kuat Bara. Mereka segera pergi berlalu dengan lebam di sekitar wajah. "Apa lo lihat-lihat. Lo semua bubar, gue bilang bubar.."

.
.
.
.

Keegoisan yang tertunda hanya menimbulkan penyesalan yang tak memiliki arti.

AnindiBara - Ini Tentang Perbedaan Kita (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang