Chapter 1

57K 653 7
                                    

      Saat ini aku berada disalah satu diskotik terkenal akan DJ yang tampan dan mahir meremix lagu. Namaku Jenny Elfana, umurku baru 16 tahun dan baru saja lulus SMA. Aku yahhh, bisa dibilang termasuk anak pintar dan membuatku loncat kelas.

      "Hey Jen, ayo tambah minumnya!." Kata temanku yang menawarkan aku minuman berakohol.

      Tentu saja aku langsung menyodorkan gelasku yang sudah kosong untuk dituangkan. Segera aku langsung meminumnya dengan cepat. Aku sudah gak tau gelas keberapa yang aku minum ini. Hanya ada rasa manis dan sensasi membuat lidah ketagihan. Pasti kalian heran mengapa aku bisa masuk diskotik disaat umurku masih 16 dan belum ada KTP. Itu karena ada yang membantuku, entah itu disuap atau orang dalam yang membantuku.

      Semua temanku membawa pacarnya. Sedangkan aku? aku baru saja putus tadi sore. Dia memutuskan aku karena ingin serius akan kuliahnya nanti. Ooh, ayolah! belum kuliah sudah putusin aku?!! dan itu membuatku kesal, padahal aku tau dia selingkuh. Aku datang kesini menghilangkan setres putusan dengan pacar yang baru 2 bulan aku pacarin.

      "Sayang hari ini kamu kelihatan tampan sekali." Kata temenku menggoda pacarnya.

      "Tentu saja, pacarmu ini yang paling tampan tidak ada yang menandingi ketampananku." Kata cowoknya yang merasa yakin dengan ketampanannya.

      Padahal pacarnya seperti kodok! bibirnya maju, kerempeng, kelihatan tua dan yang dimaksud perkataannya adalah tidak ada yang menandingi kejelekkannya. Aku tau temanku memuji seperti itu biar pacarnya memberi dia uang. Setelah itu mereka berciuman. Huueeks, itu menjijikan membuatku ingin memuntahkan isi perutku. Aku penasaran apa dia akan muntah setelah menciumnya?.

      "Oh ya, Jenny dimana pacarmu? katanya kamu ingin memperlihatkannya padaku." Kata temanku, dia lebih tua dariku 2 tahun dan pekerjaannya melorotin om-om.

      Ooh! persetanan dengan pacaran!. Aku lupa dengan janji itu. Bagaimana aku harus menutupinya?.

      "Jen, dimana? jangan bilang kamu gak membawanya kemari lagi?!." katanya dengan muka sinis dan sedikit kesal. Aku benci dengan mukanya itu! merendahkan orang, kenapa aku punya teman seperti dia? huff. Dengan segera aku menujuk kearah asal-asalan, entah siapa.

      "Yang itu." Kataku sambil menyibukkan minum.

      "Yang itu? wawo dia tampan sekali." Tiba-tiba saja pacarnya kelihatan kesal mendengar temanku ngomong begitu, apalagi tanpa memalingkan wajahnya dari pandangannya.

      "Tapi dia bersama cewek lain, apa benar pacarmu yang itu?" Katanya meragukan dan wajahnya masih meremehkanku. Penasaran aku melihat kearah mana yang kutunjuk tadi. Oh ya ampun, cowok yang aku tunjuk tadi memang tampan!. Sayangnya dia bersama wanita lain.

      "Ajak dia kesini, dan minum bersama. Yahh, kalau memang benar dia cowokmu." Katanya sarkastik, sambil tertawa ringan tampa suara. Lagi-lagi merendahkan. Tampa basa-basi aku langsung menghampiri cowok itu.

      Jalanku agak sempoyongan dan kepalaku sedikit sakit saat aku menghampirinya. Tapi aku berusaha tetap cool. Lihat saja! akan aku buat kamu percaya bahwa dia pacarku. Cowok itu berada dimeja bar, dan disampingnya mungkin adalah kekasihnya. Tubuhku langsung menutupi kekasihnya dan berhadapan dengan cowok tersebut.

      "Hey sayang~, dari tadi aku cariin ternyata kamu ada disini." Kataku dengan mimik menggoda. Sontak wajahnya kaget dan kebingunggan. Aku melihat temanku sedang mengawasi gerak-gerikku, mungkin sedang memastikan bahwa cowok ini benar 'pacarku' atau bukan.

      Sontak dari arah belakang  seseorang mendorongku agak keras ke samping. Itu membuatku hampir jatuh, susah sekali menyeimbangkan tubuh disaat mabuk. Pllaaaakk!!! suara tamparan keras terdengar seisi ruangan yang ribut dengan hiruk priuk musik. Tiba-tiba semua sorok mata mengarah kearah suara tersebut. Ternyata kekasihnya menamparnya!.

      "Aku pikir kamu sudah berubah ternyata kamu masih saja playboy!." Kata kekasihnya, matanya pun sudah berkaca-kaca.

      "Mulai sekarang aku gak mau liat mukamu lagi!!." Lalu cewek itu berlari keluar. Aku hanya bisa melihat dan yaahh, sedikit tontonan menarik begitu juga orang-orang yang berada didisoktik ini. Sebuah tangan meraih lenganku dan cowok tadi menarikku ketempat hmmm, entahlah kemana. Dia menghempaskanku sehingga menghantam dinding.

      "Aaauuu." Rintihku kesakitan.

      Ternyata dia membawaku kebelakang diskotik. Aku melihatnya dengan mimik kesal dan marah. Itu sukses membuatku takut. Aku baru sadar tenyata kalau orang tampan sedang marah itu mengerikkan. Aku sedikit menyesal akan tindakanku yang konyol, sehingga membuatku berurusan dengan cowok ini. Kalau saja tadi aku tidak minum banyak, mungkin gak seperti ini.

      "Hey? nona!." Kata cowok itu.

      "Huu, apa?"

      "Kamu gak dengar tadi aku ngomong apa?." Aku hanya diam, tidak berani mengiakan.

      "Hufh, aku tanya kamu siapa?"

      "Aku? hmm, pacar..mu?" Kataku dengan sedikit terbata.

      "Aku tidak punya pacar seperti kamu. Memangnya kapan kita jadian?" Tanyanya tapi mukanya sedikti tenang meski rasa kesal masih kelihatan dari nada bicaranya. Matilah aku sekarang!, bagaimana cara aku bisa keluar dari masalah ini. Aku sedikit berpikir tapi kepalaku sakit. Aahh! aku tau! pura-pura mabuk berat, untung saja nafasku ada bau alkohol.

      "Hey nona? jawab pertanyaanku." Katanya menepuk wajahku. (Bukan menampar ya!).

      "Hmmm, kapan ya..? baru..san? hehe." Kataku sempoyongan dan meniru gaya bicara orang mabuk.

      "Hey? kamu kenapa? mabuk ya?. Aiiss, pantas saja bicaramu tadi asal. Sehingga pacarku marah." Katanya sambil menggaruk kepalanya dengan kesal.

      Berhasill!! dia sudah masuk jebakanku. Dan sekarang yang harus aku lakukan adalah kabur dari sini. Aku melihat dia sedang sibuk dengan hapenya, mungkin ingin menghubungi pacarnya tadi. Ini kesempatan bagus untuk kabur dari sini. Aku mengambil langkah pelan-pelan berusaha tidak menimbulkan suara. Dengan sigap seseorang memegang bahuku.

      "Mau kemana? kamu tidak bisa kabur secepat itu nona." Kata cowok tersebut. Shit! ketahuan!.

      "Sebaiknya kamu ikut aku." Lalu ia menarik tanganku. Tentu saja aku menghempaskannya dengan kasar.

      "Gak mau!." Kataku memberanikan diri melawan rasa takut.

      "Kamu mau selamat tidak?" Tanyanya yang senyum sinis padaku. Tentu saja itu membuatku bingung. Selamat? selamat ulang tahun? aku kan gak ulang tahun hari ini.

      "Selamat apa?" tanyaku penasaran.

      "Sebentar lagi ada razia."

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang