1.9 berantem mulu!

Start from the beginning
                                    

Siapa lagi kalau bukan si Poopy.

"Lepas!" Desis gue dan dia mendudukan gue di meja makan.

"Abisin." Ucapnya penuh penekanan.

Om Jongin yang begini emang serem sih. Tapi gue gak mau kalah.

"Kenyang." Balas gue dan Om Jongin langsung menatap gue tajam yang bikin gue ciut.

"A. Bi. Sin." Ucapnya lagi dan gue akhirnya mengalah dengan aura bossy nya.

"Kalau sakit lagi gimana?!"

Dia kenapa sih? Tadi malem baik tuh temenin gue sampe tidur. Sekarang malah begini.

Gue makan dengan males-malesan. Gue tau kok dia liatin gue terus daritadi. Tapi gue bodo amatin. Kesel banget gue soalnya.

Mungkin Om Jongin juga kesal kali ya sama gue yang daritadi cuma ngaduk makanan dan beberapa kali cuma ngetok sendok di mangkok sampe dia ngomong begini.

"Kamu bisa gak turutin kata saya? Tanpa bantahan?" Suaranya tegas.

Sesaat dia ngomong gue langsung liat dia yang mukanya cukup marah.

"Apa yang mau gue turutin? Gak ada."

"Kamu selama ini ngelanggar peraturan yang ada."

Pasti masalah kemarin.

"Masalah kemarin? Udahlah—"

"Gak hanya kemarin. Tapi kemarin-kemarinnya juga."

Buset, salah gue banyak amat kayaknya.

"Ya kan Om tau. Kak Minggyu kesini juga niatnya mau jenguk bukan yang gimana-gimana. Lagian kan kemarin udah di jelasin."

"Harus berdua ke kamarnya?"

"Ya terus mau sama siapa? Sekampung?"

"Saya sudah bilang kan, jangan ada cowok. Seharusnya kamu aware akan hal itu."

"Terus mau di usir orangnya? Gak tau diri banget dong gue?"

"Terserah kamu lah. Mau gimana." Ucapnya.

Aduh gak gini, gue pengennya baikan aja deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aduh gak gini, gue pengennya baikan aja deh. Tapi kenapa jadi lanjut berantem gini? Sumpah ya, Om Jongin sama gue kalau lagi marahan tuh gak enak!

Mau minta tolong apapun jadi gengsinya tinggi banget anjiran.

Gue lihat jam dan gue mau telat, jadi gue langsung berdiri.

"Nabila cabut." Ucap gue dan meninggalkan Om Jongin.

Sesaat keluar rumah gue tuh masih mikir. Kenapa jadi berantem lagi? Sumpah sumpah! Gak tau ah bingung!

"Eh bencong!" Suara lelaki membuat gue menengok ke arahnya.

"Yang bencong lo bukan gue!"

"Yeee matahari masih cerah menderang baru muncul dari ufuk timur untuk menerangi kita dengan sinarnya yang HWITZZ pagi ini iyey udah bete aja. Kenaposeee?"

Ya lo gak usah tanya lah ya siapa si Bencong ini. Si Jokwon.

"Mood gue lagi ancur jir kesel banget hari ini tuh."

"Kenaposeee? Ekeeu nanya penyebabnya bukan ucapan hati iyey."

"Ya gitu lah. Lo kelas jam berapa?"

"Ekkeu kelas jamrita delapan beb."

"Samiun."

"Iyey jurusan apa?"

"Pajak."

"Wah o em ji hell to lowwww!! Iyey satu jurusan sama eykmaaa!! Ihh seneng deh beb punya teman seperbencongan."

Wah ya Tuhan. Hidup gue makin gak bener nih kalau Jokwoon satu kelas sama gue.

Beneran deh.

Bisa-bisa ekkeu jedong bencong beneran shayyyy.

PUSPITA EYMM?

Eymber.

Om JonginWhere stories live. Discover now