Kala Senja

24 3 5
                                    

"Woi Ka!"

"Eh cumi! Jangan bikin gua kalah napa" Gue berusaha menghindar dari serangan tas milik Reza.

"Yaelah, pantes Nita ninggalin lo kemaren. HP mulu yang dipegang, tangan dia yang alus kaga. Hahahahaha." Kata Reza melempar tasnya dan duduk disebelah gue. Gue cuma melengos sambil fokus ke dalam permainan moba yang lagi hits di Indonesia ini.

"Tapi gua heran Ka, masih aja ada yang ngantri buat jadi pacar lo. Padahal lo cuek banget, ngajakin jalan kaga, nelfon kaga, hidup lo main itu game mulu. ckckck." Decak Reza sambil menyulut rokok favoritnya.

"Tipikal cewe jaman sekarang memang kaya dia Za. Tipe Bad Boy." Sahut Ditya yang datang entah dari mana. 

"Ah brisik lo berdua, ngapain sih ke rumah gua." Kata gue sambil menendang Reza yang meniup asap polusi paling tinggi di bumi ke muka gue.

"Eh monyet, ga inget ini hari apa?" Tanya Ditya yang sudah tergeletak di kasur gue.

"Hari Kamis." Jawab gue cuek.

"Otak lo kapan dibalikin sih sama Balmond? Otak cuma sebelah dipinjem-pinjemin." Reza melirik permainan gue yang hampir tembus tower terakhir. Selang beberapa menit akhirnya gue bisa menangin game gue, dan dapat fokus ke dua orang sohib tengil gue ini.

"Udah nih, kenapa kenapa? Lo berdua kangen sama gua?"

"Gua masih suka cewe Ka, sorry." Jawab Reza cepat.

"Ga usah pake muka sedih anjay. Hahahaha." Gue tertawa melihat muka sok sedih Reza.

"Ini hari kita harus ke sana Ka." Suara Ditya memecah tawa gue. Seketika gue baru inget bahwa hari itu tepat dua tahun sejak kejadian itu terjadi.

"Oke, bentar gua mandi. Habis itu langsung berangkat." Suasana menjadi lebih hening, hanya hembusan asap rokok Reza yang memenuhi ruangan. Dua tahun terasa begitu cepat ya kawan.

-Luka


Aku menyusuri kota Jakarta yang semakin padat, kendaraan memenuhi tumpukan jalan yang sudah meninggi. Senja tidak terlihat indah lagi diantara gedung pencakar langit Jakarta. Aku menatap langit yang menjingga, warna yang menjadi favoritnya.

Rrrrr rrrr rrrr HPku bergetar, tanda sebuah pesan masuk.

"Nan, jangan lupa TM buat tanding minggu depan." Pesan Ardan membuatku makin malas untuk melewati minggu ini. Aku memasukkan kembali HP dan berjalan menuju halte busway. Sudah dua tahun sejak kejadian itu, apakah dia masih mengingatku atau sudah berlalu seperti yang lain? Ingin rasanya aku kembali ke tempat itu, namun perasaan takut akan kekecewaan membuatku enggan kembali. Biarlah itu menjadi kenangan indah, aku sungguh tidak ingin merusaknya menjadi kecewa yang mendalam.

Jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, mungkin kita akan dipertemukan lagi dalam kenangan lain yang lebih indah. Aku menatap kembali senja dari balik bus. Jakarta belum berubah.

-Shaynan





Aku butuh masukan. Hahahahahaha

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kisah KlasikWhere stories live. Discover now