ZEVANYA : Part 8

221 35 11
                                    

Tania tertidur dibahu Zeva setelah 30 menit menunggu kedatangan Cio dan Daffa. Kedua orang itu sudah berada disana untuk berjaga.
Tidur Tania harus sedikit terusik ketika Zeva mulai bangkit dari posisinya.
"Kak, aku pamit ke toilet bentar." Izin Zeva dan Tania mengangguk mengiyakan. Wanita itu kembali tidur sambil merebahkan tubuhnya di dinding rumah sakit.

"Mau kemana Zev?" Tanya Cio. Ia dan Daffa mendongak menatap Zeva.

"Ke toilet bentar bang." Jawab Zeva.

"Teh.. Belum ada kabar ya dari bang Kyle?" Kali ini giliran Daffa yang bertanya.
Zeva menggelengkan kepalanya lemah. Ia juga sedang menunggu kabar dari Kyle. Jujur ia panik dan khawatir namun ia berusaha terlihat senormal mungkin agar Daffa, Cio mapun Tania tidak terlalu panik.

Daffa mendengus pelan, ia memperhatikan Zeva yang mulai menghilang dari pandangannya.

***
Zeva mempercepat langkahnya ketika merasakan sesorang ada yang mengikutinya. Setelah mempercepat, ia memelambatkan langkahnya untuk memastikan orang yang berada di belakangnya itu sedang mengikutinya atau tidak. Dan saat Zeva berhenti, Zeva dapat merasakan orang itu juga berhenti.
Zeva menghela nafasnya sejenak. Ia kembali berjalan normal ke dalam toilet, membiarkan orang itu mengikutinya.

Setibanya di toilet, Zeva langsung memasuki ruangan disana dan mengikat rambutnya ke atas. Ia bahkan mulai menyiapkan pistolnya di balik baju dan meletakannya kembali disana.
Mengikutinya sampai ke rumah sakit, tentu saja orang-orang yang menyerangnya bukanlah orang yang biasa, setidaknya itulah yang dipikirkan Zeva.

Zeva membuka pintu ruangan pelan dan dahinya langsung menempel dengan ujung pistol. Zeva memasang wajah datarnya, ia mengangkat tangan dan berjalan ke depan lalu dengan gerakan cepat, ia mengendalikan tangan pria itu dan mengambil alih senjata pria itu. Pertarungan sengit terjadi di antara Zeva dan pria itu.
Zeva melayangkan tinjuan keras ke wajah si pria. Ia menendang kedua kaki  si pria hingga jatuh berlutut ke lantai. Zeva meletakan tangannya di leher si pria dan dengan kekuatan yang ia miliki, ia mematahkan leher pria itu sampai tewas di tempat.

Dobrakan keras di dengar Zeva, seorang pria berpenampilan sama meleparkan pisau ke arah Zeva. Zeva menghindar, ia berlari cepat lalu menunduk dan membanting tubuh pria itu ke lantai, Zeva menginjak bahu si pria kemudian mengambil senjata pria pertama yang sudah meninggal dan menodongkannya di kepala si pria.

Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. "Jangan menembak!!" Seru pria itu.

"Jatuhkan senjata mu!!" Lanjutnya memberi perintah.

"Siapa yang memerintahkan kalian?" Tanya Zeva dingin. Ia menembak perut sisi kanan dan sisi kiri si pria hingga membuat pria itu kesakitan.

"Lebih baik mati dari pada memberitahukan kamu." Jawab si pria dengan senyuman mengejek.

Zeva berjongkok kemudian menekan luka di perut pria itu menggunakan pistol. "Ya, kamu akan mati setelah ini." Sahut Zeva dengan tatapan bersiap ingin membunuh.

"Ikut kami atau tempat ini akan kami ledakan." Ucap pria itu susah payah. Zeva hanya diam tak bergeming. Pria itu sadar kalau Zeva tidak mempercayai kata-katanya. Ia menunjukan ponselnya pada Zeva.

"Lihat, orang-orang kami sudah bergerak." Ucap pria itu dan memang benar. Beberapa orang pria sudah bersiap dengan granat di tangan mereka tinggal menarik tuas granat itu maka rumah sakit ini akan meledak. Zeva mulai resah, nyawa ratusan orang yang tidak bersalah sebentar lagi akan melayang karenanya. Mata Zeva membelalak sempurna ketika ada sekitar 8 orang bersenjata bersembunyi tak jauh dari tempat Tania, Cio dan Daffa. Cio sepertinya mulai curiga, pria itu kedapatan mengambil sesuatu dari balik bajunya. Zeva menghela nafasnya cukup panjang, di atas Cio sudah ada pria yang bersiap untuk menembak mereka.

ZEVANYAWhere stories live. Discover now