2

18 2 1
                                    

"put, plis, apasih salah ku sampe km gini sama aku?"

Dan masih banyak lagi pesannya, aku tau seharusnya aku tak memutuskannya secara sepihak, namun aku juga tak berdaya, otak serta hatiku tak pernah padu, mereka selali bertengkar, layaknya pedagang cotton bud dan aku saat telingaku mulai bermasalah.

Banyak temannya yang bertanya kepadaku, kenapa aku sampe sebegitu teganya memutuskan dia, lalu aku jawab

" ya iya, bisa"

Aku malas menjelaskan lebih detail, biarkan mereka berpikir sendiri, toh aku tak peduli. Hari hari kian berlalu, hidupku tetap seperti ini, dan hidupnya? Mungkin lebih baik, mungkin juga tidak, aku tak tau, dan tak pernah ingin tau.

Hingga pada suatu ketika,

"hey risma! Apa kau membawa permen? Jika ada, beri aku satu! Aku ingin! sungguh!"

Dia mendengus namun tersenyum tertahan, namun tetap memberikan ku satu, permen buble gum, yang saat dikunyah manis, setelah lama, hambar, aku lalu pulang, dibonceng teman, dengan tertawa riang.

Hari senin, memang membosankan, ditambah ibu bahasa Indonesia yang semakin tua semakin cerewet, aku mulai mencari niat untuk menyatat, selebihnya? Mendengarkan sambil sesekali menguap.

Aku melihat keluar kelas, oh risma! Pria kaku, yang saat aku mengetahui namanya, aku tertawa, sampai setengaj jam lamanya, dengan dia yang berwajah pias, dan tak berhenti menyuruhku diam. Entah kenapa, sejak saat pertama kali aku ngeh ada dia dikelompok saat mos, aku mulai suka menjahilinya, sampai saat ini, setelah 2 bulan berlanjut.

Aku mulai mencari akun sosial medianya, oh ketemu! Aku mulai melihat lihat, tidak ada yang istimewa, hanya ada beberapa tokoh tak kukenal. Dan foto pemandangan yang terlihat membosankan, oh tuhan, apakah ini target ku selanjutnya?

Di kolom bio nya, terdapat nomor wa nya, ku beranikan diri untuk menyimpannya, setelah sebelumya aku follow dia, dan langsung difollback beberapa jam kemudian. Selangkah lagi kuberanikan diri, aku mulai chat dia,

"P"

saat itu, di tempat tinggalku wa memang masih ngetren, setelah menggantikan bbm, karna mudah, dan mungkin juga murah. Dibalas beberapa menit kemudian,

"P"

"Hey risma! BC satu!"

"ini siapa?"

"berapa orang memanggilmu risma heh?"

"ah ya! Tukang palak permen!"

Sekiranya hanya segitu perkenalanku, selanjutnya, dia memBC nomorku, dan kamipun, lanjut chat, bahkan terkadang tanpa senggang waktu.

Waktu berlalu begitu cepat, sebulan kami chat, dia menceritakan banyak hal tentang dia, dan aku, mulai nyaman dengannya.

too easy to loveWhere stories live. Discover now