Chapter 2

2.8K 123 2
                                    


Dengan dibantu oleh pak sujana dan juga beberapa pekerja lepas perkebunan yang memang sengaja diperbantukan oleh pihak perkebunan untuk membantu bapak dalam membereskan rumah, hal pertama yang dilakukan oleh bapak dalam merapihkan rumah baru kami ini adalah membereskan keberadaan pompa air yang mengalami gangguan, tapi dikarenakan kondisi pompa air yang sudah mengalami kerusakan cukup parah, bapak memutuskan untuk mengganti pompa air tersebut dengan yang baru, hingga akhirnya disaat prosesi merapihkan rumah ini kini hanya menyisakan sedikit pekerjaan rumah yang sepertinya bisa kami kerjakan sendiri, tepat pada pukul tujuh malam, pak sujana beserta para pekerja lepas perkebunan memutuskan untuk berpamitan pulang

" beres juga akhirnya pak....." ucap mamah dengan menunjukan ekspresi rasa leganya, keberadaan rumah ini kini terlihat lebih rapih dibandingkan ketika kami untuk pertama kalinya menginjakan kaki di rumah ini, kini sudah tidak terlihat lagi keberadaan dari debu debu yang sebelumnya menyelimuti hampir seluruh sudut ruangan yang ada di rumah ini

" rumah ini luar biasa pak...ada kolam renangnya juga...."

Dengan keceriaannya dina mengungkapkan rasa kegembiraannya, anin yang tengah berada di dalam gendongannya, kini seakan akan bisa merasakan dengan apa yang tengah dina rasakan saat ini, nampak terlihat anin tertawa kecil seraya memamerkan tingkah lucunya

" harga rumah ini pasti mahal ya pak....?" tanya gue dengan penuh keingintahuan

" tidak semahal perkiraan kamu din....lagi pula mana mungkin bapak mampu membeli rumah sebesar ini dengan harga yang mahal..." jawab bapak dengan tersenyum

" jadi rumah sebesar ini bapak beli dengan harga yang murah...?" tanya gue kembali dalam rasa tidak percaya

" sebenarnya enggak murah murah juga din...tapi yang pasti enggak mahal juga....mungkin harga tanah di sekitar sini enggak terlalu mahal.."

Sebuah jawaban yang terucap dari mulut bapak, kini menjelaskan berbagai kemungkinan yang membuat harga rumah ini menjadi murah, tapi tetap saja semua kemungkinan yang telah bapak jelaskan itu, tidak dapat mengusir rasa ketidakpercayaan gue atas keberuntungan bapak yang telah mendapatkan rumah sebesar ini dengan harga yang bisa dikatakan dibawah harga standar untuk ukuran rumah sebesar ini

" kalau enggak ada halangan...mudah mudahan minggu depan kita buat acara selamatan di rumah ini..."

Seiring dengan ide yang terucap dari mulut mamah, terlihat anin menjulurkan kedua tangannya kepada mamah dan berharap mamah untuk memangkunya

" sepertinya ide bagus....bagaimana...apakah kalian sudah memilih milih kamar yang akan kalian tempati..?" tanya bapak sambil memberikan kode ke arah mamah yang mengindikasikan bahwa bapak menginginkan kopi panas, dan kini tanpa menunggu aba aba lebih lanjut dari bapak, gue dan dina segera berlari untuk memilih kamar yang memang telah menjadi incaran gue dan dina sewaktu kami merapihkan rumah ini

" ini kamar gue bang...." teriak dina seraya menarik kerah kaos yang gue kenakan, mendapati hal tersebut, gue segera menghentikan langkah kaki ini dan membiarkan dina memasuki kamar yang menjadi pilihannya, yaa..sebuah kamar yang letaknya berada tidak jauh dari kamar utama, keberadaan dari halaman samping nampak menjadi pemandangan dari kamar tersebut

" sepertinya... keluarga yang pernah tinggal di rumah ini..sangat memanjakan anaknya.." gumam gue seraya membuka daun jendela kamar, lalu memperhatikan keberadaan halaman samping yang sepertinya memang dikhususkan sebagai tempat bermain bagi anak anak

" sepertinya memang seperti itu bang...." ucap dina diantara keberadaan pandangan mata gue yang tengah memperhatikan papan ayunan yang bergerak gerak mengikuti hembusan angin malam, suara bunyi deritan yang ditimbulkan akibat dari pergerakan papan ayunan tersebut, seperti memberikan sebuah gambaran bahwa keberadaan ayunan tersebut sudah sangat teramat lama mendiami halaman samping

Rumah Bercat PutihWhere stories live. Discover now