Electric Kiss - Bagian 7

Comincia dall'inizio
                                    

"Lagi sarapan, ya?" tanya seseorang yang segera duduk di depan Anna.

Anna melihatnya dan mengutuk diam-diam.

Itu Herren. Dan meskipun dia cantik, kantung matanya benar-benar kelihatan.

"Iya," jawab Anna datar.

"Kenapa sendiri?" Herren menopang wajahnya dengan tangan. "Gak punya temen?"

"Kebetulan enggak."

"Steffi belum pulang, ya?"

"Gatau."

"Boleh minta roti?" dia mengabaikan nada tajam Anna. Dan dia juga tidak benar-benar meminta izin karena dia langsung mengambilnya. "Ada saos?"

"Selai?"

"Sa. Os." Dia mendikte.

Anna hanya menonton ketika akhirnya Herren menyerah dan memakai selai saja, Anna tidak tahu apa yang dia lihat. Cewek delapan belas tahun yang perawakannya mirip model Victoria Secret, atau bocah lima tahun.

Memakan roti dengan selai berlebihannya, Herren mengerang. "Enak! Apa roti emang seenak ini?"

"Ada apa sih?" tanya Anna akhirnya.

"Apanya?"

"Tujuan lo duduk di sini," jelas Anna. "Lo mau apa ke gue?"

"Mmm," dia mengunyah-ngunyah makanannya. "Gue laper, terus liat lo lagi makan jadi gue samperin."

"Lo udah dapet makanannya, jadi tunggu apa lagi?"

Herren cemberut. "Bener ya kata Sehan, lo itu enggak bisa hargain senior," dia mencondongkan tubuh ke arah Anna. "Padahal Anna, di sekolah sial ini senioritas dinjunjung tinggi loh."

Sehan ... pikir Anna. Jadi mereka gosipin Anna di belakang punggung Anna? Kenapa harus Anna?

Anna mulai berpikir pindah kamar asrama pasti pilihan tepat.

Tanpa memperdulikan ucapan Herren, Anna membereskan barang-barangnya dan menggigit roti sambil berdiri. Anna bahkan nekat mencoba makan sambil berdiri.

Anna tadi berpikir dia tidak mau bertemu Steffi, tapi bukan berarti Anna mau bertemu Herren. Anna berharap Herren melupakannya, tapi tentu saja Herren mengikutinya.

"Jadi kenapa buru-buru?" tanya Herren. "Semalem juga lo buru-buru."

"Enggak kenapa-napa," jawab Anna datar.

"Lo pulang sendiri? Gimana caranya?"

"Sama kaya cara kita keluar."

"Hm. Jam berapa?"

Anna berhenti lalu menatap Herren dan mencoba menahan diri untuk tidak menggerutu. "Kak Herren, gue mau sendiri, jadi bisa gak kalo Kakak gak usah ngikut?"

Sambil mengunyah rotinya, Herren melihat Anna dari atas ke bawah. Wajahnya sedikit cemberut. "Padahal gue mau kasih tau satu hal."

"Kasih tau apa?"

Mencolek dagu Anna, Herren terkekeh. "Ciehh, kepo!"

Anna berdecak, mulai benci anak-anak berpenampilan dewasa ini. Ketika Anna akan pergi, Herren menarik Anna, dan dia melihat Anna seperti cara kakak senior jahat melihatnya seolah seseorang menghapus kesan kekanakannya.

"Denger ini, Anna, buat sekolah lo ke depannya, berdoa yang bener," Herren menatap Anna dengan tajam, membuat Anna lumayan terintimidasi. Anna bahkan lumayan linglung.

Anna baru saja akan berbicara ketika Herren tiba-tiba tertawa seolah tidak ada apapun yang terjadi. "Nah, gitu aja, gue mau mandi dulu ya, dadah, makasih rotinya."

Anna menganga bingung. Tangannya terangkat dengan canggung antara ingin memanggil Herren atau mengabaikannya saja.

Maksudnya, apa-spaan itu tadi?

Berdoa? Berdoa untuk apa?

Sekolah belum benar-benar dimulai, dan Anna harus berdoa?

Tapi meskipun Anna tidak suka cara Herren memperingati, Anna lebih tidak suka saat menemukan dirinya mulai khawatir.

~*~*~*~

~*~*~*~

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Electric Kiss [아파도 돼]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora