Aku hanya menganggukkan kepalaku. Mungkin, berterima kasihnya nanti aja waktu pulang sekolah. Kejadian hari ini membuatku menertawakan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku sempat berfikiran kalau Kevin akan merebut Naira dariku? Tunggu, stupid Varo! Naira belum jadi pacarku namun, akan. Suatu saat nanti, entah kapan. Aku akan tetap menunggunya.

“Ehh, beberapa hari lagi kan si Kevin ulang tahun ya?” ucapan Daniel sukses menarik perhatianku, aku saja hampir lupa dengan ultah teman-temanku. Namun, Daniel itu selalu mengingatkan. Seperti kalender berjalan saja.

“Bikin surprise, yuk! Kerjain gimana gitu, kita nyari hal-hal yang dia benci terus ntar kita kasihin ke dia. Eh, kerja sama sama anak jurnalistik aja sekalian. Gimana?” usul Billy

“Boleh tuh! Gue ajak temen-temennya yang cowok aja, gue kan kenal sebagian anak jurnalis. Kalo temennya Kevin yang cewek..wait, what’s her name? Naira? Ah yaa, itu lo yang ajakin ya, Var! kan lo yang kenal” usul Daniel sambil menaikkan kedua alisnya. Wait! What-did-he-say? Aku yang ngajakin Naira? Dia nggak tau apa kalo aku ketemu dia itu bawaannya deg degan? Oh yeah, he didn’t know, anyway! Stupid, Varo!

“Naahh, bener tuh ide lo, Dan. Ntar gue yang ngurusin segala tetek bengeknya deh. Kita bagi-bagi tugas. Deal?” ujar Billy

“Deal!”

Mala mini, banyak sekali bintang di angkasa. Membuatku tersenyum bahagia, sepertinya langit juga sama bahagianya denganku. Melanjutkan kembali gambaran yang dipesan Naira. Sifatnya terkadang masih kekanak-kanakan, bayangkan saja sudah sebesar itu masih menyukai kartun Melody. Eh, apa mungkin itu karakter cewek yaa? Bahkan yang membuatku ingin tertawa adalah, gambar yang dia kirim ke aku di jadikan foto profil BBM olehnya. Nairaku lucu. Eh, apa kubilang? Nairaku? Semoga saja.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikan gambaran tersebut. Mengambil ponselku dan memotret hasil karyaku setelah itu aku kirim padanya. Untungnya yaa, tugasnya hanya menggambar. Walaupun aku pandai menggambar, jangan harap kalau aku pandai mewarnai.

Naira

Waahh, bagus banget, Al. Thank’s yaaa

Katakan aku adalah remaja paling lebay sepanjang tahun ini, aku takkan protes. Karena apa? Karena saat ini aku sedang senang. Membuatku jingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mamanya permen kesukaannya.

Mengambil gitar akustikku dan memulai memainkan nada acak namun tetap mampu mengeluarkan nada-nada menggembirakan. Membuat sang bintang diatas sana tersenyum kepadaku. Membuat malamku yang biasanya kelam kini menjadi sedikit berwarna walau bagaimanapun langit di malam hari tetaplah berwarna hitam.

Baby, Baby blue eyes. Stay with me by my side till the morning through the night. Baby, stand here holding my sides. Close your baby blue eyes, every moments feels right. And I may feel like a fool. But, I’m the only one dancing with you..

Sepertinya malam ini aku akan bermimpi indah.

Well, lagi-lagi jam kosong. Surganya para murid nih. Dalam sekejap kelas berubah menjadi ricuh, guru ada rapat dadakan, katanya sih sebentar jadi nggak sampai memulangkan murid. Padahal kita berharapnya para murid diperkenankan untuk pulang ke rumah masing-masing. Menoleh ke samping, Billy dan Daniel mulai sibuk mempersiapkan acara ulang tahun Kevin. Sangat disayangkan pembagian kelas awal kelas sebelas kemarin kita tak satu kelas dengan Kevin sekalipun kita sama-sama jurusan IPS.

Memasang earphone ditelinga dan mulai berjalan keluar kelas setelah berpamitan dengan Billy dan Daniel. Aku memiliki tempat favorit selain di ruangan music, yaitu rooftop gedung IPS. Dari sini aku dapat menemukan banyak inspirasi tentang apapun. Aku dapat menenangkan pikiranku yang sedang kalut di rooftop ini. Bahkan, dari ketinggian ini aku dapat melihat Naira yang sedang bercanda dengan teman-temannya di taman belakang. Apakah sekarang aku terdengar seperti penguntit?

Memejamkan mataku dan meresapi lagu yang mengalun dengan volume sedang. Sepertinya waktu yang pas untuk tidur, bahkan didukung oleh hembusan angina yang menyejukkan. Semalam aku tak dapat memejamkan mataku saking senangnya mendapat chatting dari Naira. Beruntung juga guru ada rapat hari ini. Sepertinya, waktu lagi berpihak kepadaku saat ini.

Menurutku, baru saja aku memejamkan mata, namun sudah ada telepon masuk dari Billy yang mengatakan bahwa rapat guru telah selesai dan pelajaran telah dilanjutkan kembali. Ternyata aku salah, aku tak tidur sebentar, hampir dua jam-an aku tertidur disini. Walau bagaimanapun juga, rasa kantuk ini masih menggelayutiku.

“Permisi, maaf pak saya terlambat” ucapku ketika mulai memasuki kelas

“Baiklah, silahkan duduk!”

Akupun melangkahkan kakiku menuju bangkuku. Mengapa oh mengapa pelajaran harus dilanjut ketika pelajaran sejarah? Well, even I’m a social people didn’t mean I’m understand about history lesson. Bisa dibilang bahwa aku sama sekali tak memahaminya, jika ulangan datang malamnya aku belajar dan mengingat, setelah ulangan menguap entah kemana pelajaran tersebut.

“Lo tadi di cari sama Naira” ucap Billy tepat saat aku baru saja menduduki bangkuku.

“Ngapain?” tanyaku menutupi kegugupanku

“Katanya tadi mau minta gambaran lo. Emang lo gambarin dia?” tanya Billy

“Kepo lo” jawabku sekenannya

Finally, bel pulang sekolah adalah hal yang aku tunggu sejak beberapa jam yang lalu. Dengan terburu aku melangkahkan kakiku untuk menuju gedung IPA. Jarak gedung yang lumayan jauh membuatku harus berlari agar masih sempat untuk bertemu dengan Naira, karena setauku dulu ketika dia pulang sekolah maka akan langsung dijemput oleh supirnya.

Mengatur nafasku dan mulai berjalan ketika aku sudah mendekati kelas Naira. aku berdiri di depan kelasnya, masih ragu apakah masuk atau lebih baik ketemuan di tempat lain. Namun kalau dipikir-pikir udah tanggung juga, udah di depan kelasnya gini. Tubuhku masih saja mematung sampai sebuah suara mengintrupsi lamunanku.

“Cari siapa?” tanya seorang cewek yang aku tak tau namanya namun terasa familiar dengan wajahnya. Seperti aku sudah pernah bertemu dengannya berkali-kali.

“Naira. Ada?” tanyaku dengan sedikit ragu. Takut kalau Naira udah keburu pulang duluan. Mendadak pikiran-pikiran negatif menyelimutiku sampai aku mendengar jawaban dari gadis itu.

“Ada kok. Masuk aja.” Jawabnya

Setelah dia pergi, barulah aku memasuki kelas Naira dan melihatnya sedang memasukkan buku-bukunya. Bersiap untuk pulang.

“Ini gambar lo. Sorry, tadi lo nyari gue ya?” ucapku sambil menyerahkan gulungan kertas yang berisi gambar Melody.

“Astaga, Al. lo bikin gue kaget tau nggak! Nggak tau kapan munculnya tau-tau ngomong” ucapnya yang membuatku menggaruk belakang kepalaku yang tak gatal sama sekali.

“Sorry, my bad. Ehm, btw lusa kan Kevin ultah. Gue sama temen-temen band gue mau bikin kejutan gitulah buat dia. Lo mau ikutan?”

“Ah iya. Gimana gue bisa lupa kalo lusa Kevin ultah? Oke, gue bersedia banget kok, Al. thank’s udah ngajak sekaligus ngingetin gue” aku hanya tersenyum miris. Lagi-lagi rasa sakit ini muncul.

“Oke, no problem. Gue cabut duluan ya” pamitku

Mengapa rasanya sangat menyesakkan seperti ini?

The Same ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang