Tʜʀᴇᴇ

15 2 9
                                    

Tale: Love Story
© chikindesu

Oh Sehun

Park Hyegi

III. - Sebuah Cerita

  SAAT itu kami berdua tertidur di taman rahasia yang ada di istana.

Ketika melihat Sehun yang kini tertidur di atas pahaku; rasanya tak tega untuk membangunkannya meski sekarang sudah pagi dan mungkin tak berapa lama lagi akan memasuki waktu sarapan pagi bersama dengan ayah dan juga Oraeboni.

Waktu yang kami habiskan semalaman itu sangatlah berharga, sungguh aku tidak pernah menginginkan waktu berjalan begitu cepat ketika aku sedang bersamanya.

Perasaan cinta itu selalu tumbuh setiap kali aku melihat parasnya yang begitu menawan.

Meski di dunia ini orang selalu mengatakan 'tidak ada manusia yang sempurna', namun bagiku Sehun adalah sosok pria yang paling sempurna.

Hatinya yang begitu lembut itu juga salah satu alasan mengapa aku jatuh hati kepadanya dari dahulu hingga saat ini.

Melihat wajahnya yang tampak sangat menggemaskan ketika sedang tertidur buatku tak dapat menahan diri untuk mengelus rambutnya dengan lembut.

Bahkan ketika seperti ini saja ia berhasil membuat jantungku berdegup dengan kencang.

Lalu tak berapa lama saat itu aku melihat kedua mata Sehun yang perlahan-lahan terbuka.

Ia tersenyum tipis ketika pandangannya bertemu denganku.

"Selamat pagi, jagiya" ujarku yang masih mengelus-elus rambutnya.

"Pagi juga, jagi. Apa kausudah bangun dari tadi?" tanyanya seraya mengusap pipiku dengan salah satu tangannya.

"Iya, bisa dibilang begitu."

"Kenapa tidak bangunkan aku?"

"Kau tampak lelah sekali jadi aku memutuskan untuk tidak membangunkanmu."

"Oh.. begitukah?" tanyanya seraya mengukir seringaian tipis pada bibirnya. Kemudian ia pun bangun; duduk disebelah dan menatap ke arahku. "Aku kira kausedang mengamati wajahku tadi?"

Lantas kedua pipiku merona ketika mendengar perkataannya.

Karena itu benar jika salah satu alasanku tidak membangunkannya adalah karena aku yang ingin mengamati dan melihat wajahnya dalam waktu yang lama.

"Ini tidak bisa dibiarkan, Hyegi. Kau tidak adil." ucapnya; menatapku dengan tatapan seriusnya.

"..Ma-maaf. Tapi aku juga tidak tega ketika melihatmu yang tertidur dengan―hmff!" perkataanku terpotong ketika ia tiba-tiba saja mengecup bibirku dengan lembut.

"Permintaan maafmu diterima," jawabnya seraya mengusap bibir bagian bawahku dengan ibu jarinya.

"..Kau ini ada-ada saja" ucapku; malu-malu dan perlahan menundukkan kepala.

Tale: Love StoryOnde as histórias ganham vida. Descobre agora