Oɴᴇ

38 3 19
                                    

Tale: Love Story

© chikindesu

Oh Sehun

Park Hyegi

I. - Merindukan

  PAGI hari yang indah disambut dengan merdunya suara burung-burung yang bernyanyi; buat kedua mataku terbuka dan terbangun dari tidur yang lelap.

Di sebuah istana yang mewah; dilengkapi dengan berbagai macam ruangan yang luas; penuh dengan perabot-perabotan yang mewah, di situlah aku selaku putri dari raja Gong Yoo berada.

Terlahir di dalam sebuah keluarga kerajaan membuat kehidupanku selalu cukup dan sangat terpenuhi. Apapun yang kuinginkan pasti akan dikabulkan, entah apapun itu.

Namun ada satu hal di dunia ini yang tidak bisa diberikan oleh Ayah kepadaku. Dan sampai saat ini alasan mengapa ia tak dapat memberikan hal itu kepadaku sama sekali tidak diketahui.

Setelah aku selesai dengan rutinitas di pagi hari; seraya menunggu sarapan pagi diberikan aku pun kembali duduk di atas kasur.

Kedua iris coklat kini menatap keluar jendela yang memperlihatkan keindahan langit serta taman istana di pagi hari.

Ingatan tentang hal yang pernah dilalui dimasa muda seketika terlintas di dalam benak kala kedua mata dipejamkan.

Ini sudah sekitar seminggu setelah surat yang dikirimkannya saat itu, dan sekarang ia tidak mengirimkan surat yang terbaru lagi.

Sungguh aku merindukan sosok pria yang telah menjalin hubungan cinta denganku semenjak beberapa tahun yang lalu itu.

Meskipun sulit dalam menjalin hubungan ini, kami berdua tetap bersikeras mempertahankannya karena kami yang saling mempercayai.

Saat itu suara ketukan dari pintu kamar mengeluarkanku dari berbagai macam pikiran yang tadinya terlintas; pandangan pun kini dialihkan ke arah pintu.

"Silahkan masuk."

Dengan begitu pintu kamar terbuka; menampilkan sosok pria tinggi dengan pakaian rapi selayaknya bagaimana seorang pangeran. Pria itu berjalan ke arahku sambil membawa nampan berisikan sarapan di pagi hari yang telah disiapkan.

Melihatnya tersenyum lebar; tak kuasa aku pun lakukan hal yang sama.

Ketika ia sampai tepat di sampingku, ia pun meletakan nampan tersebut di atas meja.

Kemudian ia melebarkan kedua tangannya tanpa sekalipun melepaskan pandangannya dariku.

"Apa kautidak akan memeluk Oraebonimu yang tersayang ini, Hyegi?" tanyanya masih tersenyum lebar.

"Tentu saja aku akan memelukmu, Oraeboni!" jawabku sebelum akhirnya masuk ke dalam pelukannya.

"Apa kau merindukanku, Hyegi?" tanyanya pula seraya mengelus lembut kepalaku.

"Aku sangat merindukanmu, tentunya! Siapa yang tidak rindu dengan Oraeboni yang baik hati sekaligus menyebalkan sepertimu?" ujarku pula; sedikit melepaskan pelukan agar dapat melihat wajahnya.

"Senang mendengarnya. Kalau begitu, ayo kita bercerita sambil memakan sarapanmu."

Pelukan pun perlahan dilepaskan, aku pun duduk di pinggir kasur seraya menatap ke arah kakak yang sedang mengambil kembali nampan itu dari atas meja.

Tale: Love StoryWhere stories live. Discover now