07○

284 43 101
                                    

"Deana, Devan pingsan."

Deana membulatkan matanya terkejut. "Kok bisa?"

"Ngga tau. Tadi olahraga tiba-tiba ambruk dia, gimana dong ini?" tanya Ken panik.

Sedangkan, Pak Imran hanya bisa menatap Ken dengan tatapan geram karena sikap Ken saat masuk tadi sangat tidak sopan.

"Pak, maaf ya. Tapi ini urgent banget, pak," ucap Ken yang sadar akan tatapan Pak Imran.

Heryna yang sedari tadi sibuk membedah ikannya pun mengadah lalu menatap Ken. "Jadi dimana dia sekarang?"

"Di UKS," jawab Ken.

Deana berpikir sejenak lalu tersenyum tipis. "Terus? Kenapa? Ngga ada gunanya juga gue tau."

Bukan hanya Heryna dan Ken yang terkejut tetapi begitu pula dengan Azriel dan yang lain.

Siapa yang tidak tahu mengenai kedekatan Devan dan Deana di sekolah? Bahkan guru-guru mengetahuinya.

"Kok gitu lo ngomongnya?" kata Ken kesal.

Bagaimana tidak kesal? Ia sudah berlari kesana kemari untuk mencari Deana dan reaksi yang diberikan oleh Deana tidak sesuai yang diinginkannya.

"Jadi lo mau gue gimana? Gue bukan dokter kali yang bisa buat dia bangun atau sembuh," ketus Deana.

Pak Imran yang melihat suasana mulai memanas pun ingin menyela dengan maksud agar Ken dan Deana berbicara di luar secara privasi.

Tetapi belum sempat Pak Imran berbicara, Ken sudah berbicara dengan emosi yang meluap-luap.

"Wah, gue baru tau ternyata lo seegois ini ya, De? Lo ngga mikir? Bisa aja kan, Devan pingsan gara-gara dia nungguin lo kemarin? Dia sampai ngga makan loh. Dan reaksi lo cuman gini?"

Ken sudah tau, tentang kejadian kemarin dan tentang mengapa Devan sangat dingin kepada Deana. Setelah kejadian tadi istirahat, Ken memaksa agar Devan menceritakannya dan alhasil Devan mau tidak mau pun menceritakannya.

"Gue yakin itu ngga ada hubungannya sama kejadian kemarin," ucap Deana datar. Ia sudah malas mengungkit tentang kejadian kemarin.

Ken yang mendengar tersebut mendengus kesal lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Deana dan yang lain.

"Ngga sopan banget yah, masuk main banting begitu aja. Pergi main pergi gitu aja tanpa bilang apa-apa. Jangan ditiru cowok kayak gitu yah. Yang taunya datang lalu pergi dengan seenak jidatnya," kata Pak Imran yang melihat kelakuan Ken.

Sontak perkataan tersebut membuat semua murid tertawa lalu kembali melanjutkan praktek yang tadi tertunda.

Begitupula dengan Deana. Ia menggantikan Heryna untuk membedah ikan tersebut.

Sedangkan Heryna, ia sedang kebingungan. Karena ia tidak tahu apa-apa disini.

"Lo ngga ke sana?" tanya Heryna ketika melihat Deana sibuk melihat organ-organ ikan tersebut.

"Ngga."

"Kenapa?"

Deana hanya diam. Begitu pula dengan Heryna. Ia yakin ini bukan saat yang tepat untuk bertanya lebih lanjut mengenai hal tersebut.

"Kalau khawatir, pergi lah. Jangan harga diri mulu yang dipentingin," ucap Jordan yang membuat Deana menodongkan cutter yang ia pegang ke arah Jordan.

"Mau mati atau hidup?"

Jordan langsung mengangkat tangannya dan tersenyum. "Hidup dong."

"Kalau gitu, diam," ucap Deana yang langsung membuat Jordan mengangguk patuh.

Devan & DeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang