05○

250 78 119
                                    

"Gue tau lo seneng karena mau nge-date di pasar bareng Azriel, tapi santai aja ngapa liat jamnya. Bentar lagi juga bel," kata Heryna ketika melihat sahabatnya sedari tadi hanya melihat kearah jam dinding.

"Abis jamnya bandel, gue merasa sedari tadi ngga gerak-gerak jarum panjangnya," Deana cemberut. Ia sedari tadi menunggu agar jam tersebut menunjukan pukul 13.05 dan setelah itu bel pertanda pulang akan berbunyi.

Heryna hanya mendengus lalu melanjutkan menatap guru yang sedang menjelaskan. Deana hanya mengangkat bahunya cuek. Lalu mengarahkan pandangannya ke Azriel yang duduk di pojok bagian depan.

Dan tepat saat itu, tatapannya jatuh kepada mata hitam Azriel. Laki-laki tersebut juga sedang melihat ke arah dirinya.

Deana yang terkejut akan tatapan Azriel pun hanya bisa tersenyum kikuk lalu menghadap ke depan papan tulis.

"We, Her. Azriel liat gue, woi. Dia senyum sama gue woi!" bisik Deana sambil menahan agar ia tidak tersenyum dengan sangat lebar.

"Seneng?"

"Banget lah gila. Ngapain lo nanya lagi, coba?" tanpa Deana sadari ternyata suara yang ia keluarkan tadi bisa terbilang cukup keras.

"Siapa yang gila, Deana Griselda?" tanya Bu Nur, guru Bahasa Indonesia yang terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan.

"Saya, bu," kata Deana pelan.

'"Oh, kamu gila?" tanya Bu Nur lagi.

Deana mengangguk. "Kalau bukan saya, siapa lagi bu? Ngga mungkin ibu kan?"

Heryna yang mendengarnya langsung menginjak kaki Deana pelan memberi kode agar sahabatnya itu menutup mulutnya.

Sedangkan siswa dan siswi hanya bisa menahan tawanya mendengar ucapan Deana barusan.

"Kamu ya!"

"Iya, saya Deana Griselda, bu," ucap Deana lagi.

Heryna yang mendengar itu hanya bisa menepuk jidatnya pelan. Ia tidak tahu apakah Deana sengaja melakukannya atau hanya spontanitas.

Saat Bu Nur ingin menjawab. Bel pertanda pulang berbunyi. Siswa dan siswi tertentu saja berteriak kesenangan.

"Nilai kamu saya kurangi," ucap Bu Nur lalu melenggang pergi meninggalkan kelas Deana.

Ini salah satu alasan mengapa Bu Nur sangat menyebalkan bagi-bagi murid. Ia tidak segan-segan mengurangi nilai murid.

"Lo beneran gila, dikurangin kan nilai lo," kata Heryna sambil menyusun barangnya.

"Bodo amat. Bagi gue nilai itu bukan segalanya," ucap Deana juga menyusung barangnya.

"Jadi apa yang segalanya menurut lo?" tanya Azriel yang tiba-tiba sudah berada di depan Heryna dan Deana.

Deana mendongak dan melihat Azriel lau tersenyum canggung. "Diri sendiri?"

Azriel terkekeh. "Jadi lo menganut ajaran love yourself ya?"

"Ngga kok. Gue menganut ajaran love Azriel," ceplos Deana yang membuat Heryna terbatuk-batuk kaget.

Deana menatap kedua orang yang menatapnya terkejut. "Bercanda woi, jangan baper gitu," kata Deana.

"Yah. Kecewa nih gue," Azriel memasang wajah kecewanya. Deana hanya membalasnya dengan tawa.

"Yaudah, yuk. Tar pasarnya keburu tutup," ajak Deana lalu mengambil tasnya dan hendak berjalan keluar kelas.

"Deana," panggil Heryna ketika melihat Deana sudah keluar kelas.

Deana yang dipanggil pun membalikkan badannya dan menatap sahabatnya yang satu itu.

Devan & DeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang