02○

437 151 308
                                    

Bel pertanda pulang sekolah berbunyi, siswa dan siswi sontak bersorak senang. Begitu pula dengan Devan. Ia meregangkan tubuhnya yang kaku.

"Woi. Kentut, gue balik duluan ya," pamit Devan kepada temannya yang berperawakan kurus dengan rambut yang acak-acakkan.

Yang dipanggil menoleh. "Nama gue bukan Kentut. Tapi Ken. Ken Augusly. Bukan Ken tut. Paham?"

Devan hanya tertawa. "Tapi kan lo dipanggil Ken. Anggap aja tut itu tambahan yang gue kasih sebagai rasa sayang gue ke lo."

"Haha. Lo seneng gue juga seneng deh," kata Ken sambil mengangguk dan tertawa paksa.

"Yaudah duluan," pamit Devan.

"Barengan dong jalan ke depannya."

"Dih, ogah. Tar dikira homo lagi."

Ken memicingkan matanya menatap Devan. "Kan kan, lo mah kadang ngomong suka bener."

"Apa maksud lo? Ga jelas banget lo, sotoy," kata Devan lalu pergi meninggalkan Ken yang sedang senyam-senyum sendiri.

"Woi, tungguin," panggil Ken lalu menghampiri Devan.

Devan hanya berjalan tanpa melihat Ken. "Eh, lo mau kemana? Gerbang kan arah sana?" tanya Ken ketika sadar bahwa mereka sedang menuju ke arah yang salah.

"Mau jemput nyonya besar. Kalau ga," Devan meletakkan ibu jari di lehernya lalu digerakkan ke samping. Sama seperti yang Deana lakukan tadi pagi.

Ken mengangguk mengerti. Ia memang tau mengenai persahabatan Devan dan Deana karena Ken adalah sahabat Devan sejak di bangku SMP.

"Lo sekalipun ga pernah suka sama Deana, Van?" tanya Ken dengan wajah yang serius.

Devan yang mendapat pertanyaan yang sangat mendadak itu langsung berhenti berjalan dan menatap sahabat laki-lakinya itu.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

Ken mengangkat bahunya santai. "Cuman mau tau aja. Perasaan lo yang sebenernya."

Devan terdiam sejenak. "Engga. Dan gue ngga akan suka sama dia, kayaknya."

"Kan masih 'kayaknya', berarti masih ada kemungkinan?"

"Mungkin. Tapi gue ngga mau. Cinta sama sahabat sendiri itu berat, Ken," kata Devan dengan serius.

"Kenapa berat?"

"Karena lo harus milih antara persahabatan sama cinta. Dan kalau gue pacaran sama Deana gue bakal kehilangan sahabat sekaligus pacar. Dan gue ngga mau," jawab Devan.

Ken hanya mengangguk-angguk mengerti. Padahal ia sebenarnya ia tidak paham. Mengapa Devan tidak mau menyukai Deana hanya karena 'persahabatan'. Ia tidak mengerti dan tidak akan pernah

○○○

"Woi, ketek monyet," panggil Devan ketika melihat Deana yang sedang membereskan buku-bukunya.

Deana yang merasa terpanggil pun melihat ke arah Devan lalu memeletkan lidahnya.

"Yah. Sih emak gorila udah datang," ejek Deana yang dibalas dengusan oleh Devan.

"Bodyguard-nya Deana udah datang yah, pasti ada si Kentut nih," kata Heryna dan melihat kearah Ken.

Ken menatap Heryna kesal. "Kenapa dimana-mana gue dipanggil kentut? Padahal jelas nih, nama gue tersedia disini 'Ken Augusly'," kata Ken sambil menunjuk bet namanya.

Devan & DeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang