Dua Belas : Berbisik Pada Bumi | Bag.2

66.1K 6.7K 1.5K
                                    

Andra baru terbangun dari tidurnya saat jam sudah menunjukkan angka empat dini hari. Matanya menatap ke sekitar, mencari keberadaan Dokter Danang, namun tidak dia temukan, sepertinya Dokter Danang sudah pergi ke mushala yang ada di samping taman rumah sakit untuk menunggu waktu subuh. Bergegas Andra pun melangkahkan kakinya menuju mushala. Beberapa suster yang berpapasan dengannya di lorong rumah sakit menyapanya dengan ramah.

Setibanya di mushala Andra langsung berwudhu. Di dalam mushala sudah ada Dokter Danang dan Dokter Ali. Ternyata Dokter Ali pun kebagian tugas malam. Keduanya terlihat sedang khusyuk berdzikir.

Andra menatap ke arah jadwal waktu shalat yang menempel di dinding mushala sebelah kiri. Dua puluh menit lagi waktu subuh tiba. Andra memutuskan untuk melaksanakan dua rakaat shalat tahajud dan tiga rakaat shalat witir.

Disujud terakhirnya dia meminta kepada Allah, suatu permintaan yang sebelumnya tidak pernah dia minta pada Allah.

Ya Allah... Bila memang dia jodohku. Aku mohon tumbuhkanlah rasa cinta di hatiku untuknya namun bila memang dia bukan jodohku. Aku mohon jauhkanlah dia dariku dan hapuslah rasa cinta yang tumbuh di hatinya untukku.

💦💦💦

Diandra berdiri di balkon kamarnya. Sinar mentari di pagi hari menerpa sekujur tubuhnya. Hangat.

"Diandra bisakah kau bantu aku," Ikhsan menghampiri Diandra yang berdiri di balkon.

"Bantu apa kak?"

"Pasangankan ini," Ikhsan meraih tangan Diandra dan meletakkan sebuah dasi di tangan Diandra.

"Aa.. aku nggak bisa Kak."

"Nggak bisa apa Nggak mau?".

Diandra menggeleng, "Aa..aku benar-benar nggak bisa kak."

"Kalau begitu biar kamu bisa aku akan mengajarimu bagaimana caranya memasangkan dasi untukku," tangan Ikhsan menuntun tangan Diandra untuk membuat simpul dasi yang rapi.

Jarak keduanya sangat dekat hingga membuat Diandra dapat merasakan hembusan napas Ikhsan yang menerpa pucuk kepalanya.

"Kak.. Kak Ikhsan bisa pake sendiri. Aku nggak bisa," ucap Diandra menyerah saat untuk kesekian kalinya dia gagal membuat simpul dasi yang rapi.

"Sabar sayang," Ikhsan menempelkan keningnya di kening Diandra. Diandra sudah hendak mundur namun Ikhsan menahannya dengan memeluk erat pinggang Diandra, "Aku ingin istriku yang memasangkan dasi di leherku."

Diandra menarik napas dalam-dalam. Dia kembali berusaha membuat simpul dasi yang rapi di leher Ikhsan, "Simpulnya kaya dasi anak sekolahan nggak apa-apa?"

Ikhsan terkekeh geli membuat lesung pipinya terlihat begitu jelas dan tentu hal itu membuat Ikhsan terlihat semakin tampan, "Anak sekolah TK, SD, SMP, atau SMA?"

"Ih Kak Ikhsan," Diandra memberi pukulan di dada Ikhsan.

"Bercanda sayang. Terserah kamu mau buat simpul apa," Ikhsan mengecup pucuk kepala Diandra dengan lembut. Matanya menatap intens wajah Diandra yang terlihat begitu serius membuat simpul dasi di lehernya.

 Matanya menatap intens wajah Diandra yang terlihat begitu serius membuat simpul dasi di lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mencintaimu Dalam Doa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang