Tujuh : Ketika Cinta Harus Bersabar | Bag.2

60.7K 6.5K 1.2K
                                    

Ikhsan terbangun dari tidurnya saat jam sudah menunjukkan angka dua dini hari. Sepasang lesung pipit menghiasi wajah tampannya saat dia menatap wajah Diandra yang tertidur di dalam pelukkannya. Dengan lembut dia mencium pucuk kepala Diandra.

Ingatannya kembali ke saat pertama kali dia bertemu dengan Diandra. Saat itu umurnya baru tujuh tahun, ibu dan ayahnya mengajaknya berlibur di Aceh dan mereka menginap di rumah keluarga Diandra. Diandra yang masih berumur dua belas bulan langsung menarik perhatiannya. Meskipun itu pertemuan pertamanya dengan Diandra rasa sayang sudah langsung dia rasakan, bahkan ketika dia harus mengakhiri liburannya di Aceh dia meminta Ibu dan Ayahnya membawa Diandra bersama mereka. Tentu saat itu bukan rasa cinta yang dia rasakan tapi rasa sayang Kakak kepada adiknya.

Tahun demi tahun pun berlalu hingga akhirnya dia kembali bertemu dengan Diandra saat itu Diandra masih menggunakan seragam putih biru sedangkan dia sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Saat itu dia sadar kalau dia memiliki perasaan yang lebih pada Diandra. Perlahan tanpa dia sadari dia selalu menyebut nama Diandra di dalam do'anya. Dia berharap Diandra lah jodohnya. Namun tentu doa saja tidak akan cukup harus ada tindakan agar apa yang diinginkan dapat teraih.

Akhirnya saat dia merasa kalau dirinya telah mampu untuk menjadi seorang Imam dan Diandra telah berumur tujuh belas tahun dia memutuskan untuk melamar Diandra. Dan dia sungguh bersyukur karena lamarannya diterima. Awalnya rencana pernikahan akan dilangsungkan saat Diandra sudah berumur dua puluh tahun. Namun Allah berencana lain, Allah memanggil Ayah Diandra, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menikahi Diandra disaat umur Diandra baru menginjak delapan belas tahun. Alasan dia melakukan itu karena dia ingin melindungi Diandra. Dia tahu kalau keluarga yang Diandra miliki hanyalah Ayahnya. Dia tidak mau gadis yang dia cintai hidup seorang diri. Meskipun ada keluarga Agha di samping Diandra namun tetap saja mereka bukanlah keluarga Diandra.

Lenguhan yang keluar dari bibir Diandra menyadarkan Ikhsan dari lamunannya. Perlahan dia mengecup bibir Diandra, "Maaf aku mencuri ciuman pertamamu," bisik Ikhsan, tangannya membelai lembut pipi Diandra, setelah mengatakan itu Ikhsan beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Perlahan Diandra membuka matanya. Dia menghapus bekas ciuman Ikhsan dengan punggung tangannya dan untuk sekian kalinya dia kembali meneteskan air matanya.

Hatiku telah begitu kotor. Hingga aku begitu benci saat suamiku sendiri menyentuhku.

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin terpenjara oleh perasaan hina ini.

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin terpenjara oleh perasaan hina ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melaksanakan shalat subuh Diandra keluar dari kamarnya. Dengan langkah canggung dia menghampiri Ibu mertuanya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Bo..boleh Dian bantu Ibu," Diandra berucap gugup.

Ibu Ikhsan tersenyum lebar. Kedua tangannya menyentuh pipi Diandra, "Tentu boleh sayang."

Diandra tersenyum. Dia mulai menunjukkan kemampuan memasaknya di depan Ibu mertuanya yang sangat baik.

Mencintaimu Dalam Doa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang