Dua : Cinta

66K 6.9K 546
                                    

Aku dan kak Andra langsung berlari ke dapur, saking paniknya aku lupa untuk melepas mukenaku dulu.

"Ada apa mbok?" tanya Kak Andra penasaran.

"Ada kucing nyuri ikan."

Aku dan kak Andra saling beradu pandang. Cuma kucing tapi hebohnya kaya lagi lihat maling.

"Kak mau kemana? Kak Andra kan belum jawab pertanyaan aku. Cinta itu apa?" aku mengikuti langkah Kak Andra.

Kak Andra menoleh padaku, "Cinta itu anugerah."

"Anugerah? Maksudnya? Kok aku bingung sih?" gerutuku. Jawaban Kak Andra atas pertanyaanku terlalu singkat dan itu sulit untuk ku mengerti.

"Cinta datang karena Allah dan cinta akan pergi karena Allah."

"Ih Kak Andra jawabannya ngaco," aku menatapnya kesal.

"Udah ah jangan bahas cinta lagi. Kepala Kakak mumet kalau ngebahas tentang cinta."

"Loh kok jadi mumet. Kan Kak Andra sendiri yang bilang mau jelasin semuanya sama aku."

"Dian, Cinta itu adalah sebuah perasaan yang Allah titipkan kepada hambanya. Kita sebagai manusia hanya mempunyai dua pilihan. Menyikapi rasa cinta itu dengan baik atau menyikapinya dengan buruk. Apa kamu mengerti?"

Aku langsung menggeleng karena aku memang tidak mengerti. Namun kini setelah waktu berlalu dengan begitu cepat aku mengerti apa arti cinta yang sesungguhnya karena aku merasakannya sendiri.

Cinta adalah sebuah anugerah yang Allah titipkan kepada hati setiap hambanya. Cinta berada di dalam hati, tak perlu diucapkan dengan rangkaian kata-kata indah agar orang lain tau, tak perlu juga sikap lembut menggoda jika hanya menimbulkan kebahagiaan yang semu karena cinta itu diam. Tak mampu disuarakan dan menyuarakan. Hanya dengan diam saja cinta sedang diuji kekuatannya. Dapatkah cinta itu terjaga kesuciannya?

Aku memandang pantulan diriku di cermin. Ghamis berwarna moka telah melekat di tubuhku.

"Assalamualaikum."

Aku menoleh ke arah seseorang yang baru saja mengucapkan salam. Seseorang yang sangat aku sayangi. Aku berhambur memeluknya.

"Aku rindu Ayah," ucapku. Kupeluk erat tubuh Ayah. Segala doa terangkai di dalam hatiku. Aku berharap segala kebaikkan akan selalu Ayah dapatkan.

Ayah membelai lembut pucuk kepalaku, "Kamu yakin mau tinggal disini sama Ayah?"

Aku mengangguk yakin.

"Jujur sama Ayah apa yang membuatmu memutuskan ingin tinggal disini?"

Aku meremas-remas tanganku. Haruskah aku jujur pada Ayah apa alasanku tinggal disini?

"Dian sayang. Ayah sangat tahu kalau kamu begitu bahagia tinggal bersama Bunda Lusi dan Ayah Agha serta Andra. Pasti ada sesuatu hal yang membuat kamu akhirnya memutuskan untuk tinggal disini. Ayo ceritakan pada Ayah!"

"Aa..aku hanya ingin tinggal bersama Ayah. Sudah cukup selama ini aku membiarkan Ayah tinggal sendiri. Aku ingin berbakti pada Ayah."

Ayah tersenyum lebar. Dia mencium keningku dengan lembut, "Selain itu apalagi alasannya?"

Aku diam. Meski aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga Kak Andra, namun tetap ikatan batin ku lebih kuat dengan Ayah, tidak ada yang bisa aku sembunyikan dari Ayah. Akhirnya aku menceritakan apa yang kini aku rasakan pada Ayah, "Aku mencintai Kak Andra," ucapku sangat pelan.

Ayah menatapku dengan tatapan jenaka.

"Putri Ayah sudah besar ternyata. Cinta seperti apa yang kamu rasakan pada Andra?"

Mencintaimu Dalam Doa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang