Part 3. 'Move On!'

Start from the beginning
                                        



Dan kali ini Alvian tak mengerti bagaimana dirinya bisa kembali terusik oleh kehadiran sesosok cowok berpipi tembem nan berisik itu. Alvian itu pecinta ketenangan, tipe pasangan idealnya adalah orang yang tenang seperti sang mantan terdahulu. Tapi entah sejak kapan, Alvian sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Tidak apa-apa kalau cuma Oza saja yang berisik, Alvian sudah terbiasa.



Alvian menutup laptopnya, meregangkan tubuh sambil melirik ke arah jam di ponselnya. Sudah pukul setengah 12. 'Oza pasti sudah tidur', begitu pikirnya. Tak ada salahnya untuk memeriksa sebentar sebelum pergi tidur, bukan? Dengan pikiran seperti itu, Alvian melangkah menuju kamar tamu yang tengah ditempati Oza dan melongokkan kepalanya lewat celah sempit di pintu kamar.



Betapa herannya Alvian kala mendapati cowok tembem itu sedang duduk bersandar di head board ranjang. Menatap kosong pada kedua tangannya sendiri yang terletak di atas pangkuan. Komponen part ponsel yang ditandai Alvian sebagai ponsel milik Oza terlihat berceceran di karpet dekat ranjang.



Alvian melangkah pelan mendekat, memungut ceceran parts ponsel tersebut dan menyatukan semuanya. Mencoba menyalakannya sambil terus mengira-ngira alasan dibalik Oza yang membanting ponsel sampai berhamburan begitu. Layar selebar 5 inchi itu menyala, Alvian menghela napas lega seakan-akan dirinyalah pemilik ponsel tersebut. Tak lama setelah menyala, puluhan notifikasi dari aplikasi WA milik Oza berbunyi berkali-kali.



Alvian tahu, dirinya sudah melanggar batas privasi seseorang bila meneruskan tindakannya membaca isi pesan tersebut. Tapi bertanya pada Oza juga percuma, lihat saja keadaannya yang bak mayat hidup itu tak berubah sejak tadi siang. Tak ada salahnya kan, mencari tahu? Daripada gelisah sendirian dilanda kepo tak berujung, betul tidak?


"Mas...? Sejak kapan..." akhirnya Oza tersadar juga dari lamunan panjangnya. Beralih menatap nanar pada Alvian yang masih sibuk dengan ponsel milik Oza. Perlahan cowok tembem itu sadar atas tindakan pelanggaran privasi yang tengah dilakukan oleh Alvian.



Buru-buru cowok tembem berpostur kecil itu turun dari ranjang, mengabaikan rasa peningnya demi mendapatkan kembali ponselnya yang telah dioprek tanpa ijin oleh Alvian. Tubuh yang lemas disertai rasa pusing yang menguar membuat Oza kehilangan keseimbangannya hingga terjatuh dari tempat tidur.



Beruntung Alvian memiliki reflek tubuh yang bagus. Cowok itu cepat-cepat menangkap tubuh Oza dan mengangkatnya kembali ke ranjang. Tubuh Oza terasa begitu ringan, satu fakta ini kembali membuat jantung Alvian seakan tercubit. Tingkah Oza yang berbeda akhir-akhir ini, percakapannya dengan cowok bernama Icuk itu serta kondisinya saat ini sungguh membuat dada Alvian terasa sesak.



Di luar dugaan, Oza malah berbalik menerjang Alvian berusaha mengambil kembali ponselnya di tangan Alvian. Gerakan tak terduga itu sukses membuat Alvian jatuh menimpa kasur empuk dengan tubuh Oza berada di atasnya. Jangan berpikir kalau ini akan berakhir seperti dalam drama-drama di tv, apa yang terjadi justru mereka saling gulat di kasur dengan posisi Oza yang duduk menindih perut Alvian. Wajahnya yang merah tersamarkan oleh lampu tidur remang-remang. Berusaha keras merebut kembali ponselnya walaupun berkali-kali juga terhuyung nyaris jatuh akibat pusing yang masih setia mendera.



"Mas gak berhak ngoprek-oprek hapeku tanpa ijin! Hah... hah... balikin hapeku!" pekiknya tersengal-sengal. Alvian buru-buru menyimpan ponsel tersebut di kantong celananya, menangkap kedua lengan kurus itu dan membalikkan keadaan. Rontaan Oza tak memberi efek apapun bagi Alvian.



"Duduk! Mas pasti balikin tapi kamunya jangan nyerang kayak tadi lagi. Duduk!" seru Alvian mengakhiri perkelahian ala bocah barusan. Nadanya absolut, tanpa sadar membuat Oza manut. Dengan napas tersengal, cowok tembem berpostur kecil itu duduk bersandar kembali ke head board. Tatapannya tajam ke Alvian, jenis tatapan anak kucing yang merasa terancam. Tak ada pengaruhnya untuk menakut-nakuti serigala penyendiri seperti Alvian.

UnconditionalWhere stories live. Discover now