Sayangnya Alvian justru berkata kalau itu masalah pribadi Oza. Dia tak punya hak untuk ikut campur. Fernandi tambah pusing, ingin menjedotkan kepala kedua orang itu saking gemasnya.
Yang tidak Fernandi ketahui, Alvian sebenarnya tidak secuek itu. Dalam diam, di sela-sela kesibukan kantornya cowok ganteng nan pendiam itu setia mengawasi gerak-gerik Oza baik secara langsung maupun lewat status-status Oza di medsos. Oza tidak begitu alay kalau bikin status, namun susah untuk dimengerti statusnya itu ditujukan untuk siapa. Kegalauannya sulit terdefinisikan.
Hingga suatu hari Alvian yang sudah tak tahan lagi bersikap masa bodoh. Uring-uringannya Oza sudah mulai mengganggunya. Sebenarnya kadar uring-uringan Oza masih tetap sama seperti hari-hari sebelumnya, hanya saja kali ini masalahnya justru ada pada Alvian.
Yup, serigala penyendiri itu mulai terusik justru ketika tak ada lagi ocehan berisik dan tawa nyaring dari Oza. Keberisikan yang entah sejak kapan sudah mulai dapat ditoleransinya dalam bentuk toleransi yang sanggup membuatnya didera rasa kehilangan kala si bising tiba-tiba berubah pendiam.
Sayangnya Alvian belum pernah punya pengalaman menangani hal ini sebelumnya. Dan tak tahu harus bertanya pada siapa, kecualikan Jevan karena cowok itu sudah berevolusi menjadi homo mesum yang cuma bisa memberi tips-tips mesum kala Fernandi ngambek padanya. Tidak mungkin kan, Alvian menjalankannya. Oza kan bukan pacarnya!
Lama ditahan, mungkin benar kata orang. Tidak baik lama-lama menahan sesuatu.
"Mas, bisa nggak sih Mas jauhin aku dulu?"
Siang itu panas sekali. Alvian yang kebetulan sedang bebas tugas tak sengaja bertemu dengan si cowok tembem di Taman Kota. Wajah Oza terlihat amat kusut dan Alvian sungguh-sungguh tak bermaksud mengikuti si tembem itu, semua murni kebetulan. Oza bahkan enggan melihat wajahnya.
"Aku nggak ngikutin kamu, kok," ujar Alvian sesuai dengan apa yang saat ini sesungguhnya terjadi. Siapa sangka pembelaan diri itu justru semakin menyulut emosi Oza. Kali ini cowok tembem itu menatap dalam-dalam tepat di manik kelam milik Alvian. Ada gurat kelelahan yang tertangkap oleh sang serigala penyendiri itu kala manik kelamnya balas menelusuri wajah si tembem. Pipi itu bahkan terlihat agak sedikit lebih tirus dari terakhir kali mereka bertemu.
Alvian terusik. Bukan karena tatapan marah bercampur lelah itu. Tapi pada alasan di balik tingkah uring-uringan Oza. Apa yang mengganggunya begitu rupa?
Oza mengangkat kedua tangannya dan membuat gerakan mengusir yang amat kontras dengan wajah pucatnya. Alvian semakin dilanda kebingungan. Ada apa ini?
"Mas bisa pergi?" untuk kedua kalinya, Oza mengucapkan kalimat itu. Dengan ekspresi yang justru seakan bilang : 'jangan tinggalkan aku!' tercetak jelas di wajahnya. Alvian sebenarnya sudah gondok, tapi cowok ganteng nan pendiam itu mencoba bersabar dan mengalah. Pergi dari hadapan Oza, lantas mengamati dari jauh. Perasaannya tidak enak untuk meninggalkan Oza begitu saja. Alvian bersembunyi di balik sebuah pohon, menahan sengatan panas matahari di tengah hari dan bersikap sabar layaknya mata-mata menunggu sang mafia melakukan transaksi.
Dan hampir setengah jam kemudian, Alvian akhirnya menangkap sosok lain datang mendekati Oza. Seorang cowok yang kira-kira berusia beberapa tahun di atas Oza. Sayang sekali Alvian tidak dapat mendengarkan pembicaraan mereka dari jarak sejauh ini. Yang dapat dilakukannya hanyalah tetap di tempat dengan mata yang terpusat pada dua orang itu.
Mereka bicara dengan kikuk. Bahkan dari jauh pun, Alvian dapat melihat betapa tidak nyamannya situasi diantara dua orang itu. Dan tatapan sendu milik Oza itu, tatapan yang baru kali ini dilihatnya. Mengganggu. Sesuatu dalam diri Alvian mulai diliputi perasaan tak suka yang tidak masuk akal.
YOU ARE READING
Unconditional
General FictionBased on true story. Special thanks to Bangata for his inspirative story. Also big thanks to @KucingMonster97 for the cover. Cerita ini mengandung unsur BxB alias homo. Silakan balik kanan bila kamu adalah homophobic. "Jauhi penyakitnya, bukan oran...
Part 3. 'Move On!'
Start from the beginning
