Bonchap : Aku Bahagia

3.2K 242 21
                                    

[ada yg kangen sama gue (?) ]


























Tasya Pov

Aku tersenyum dengan rasa penuh syukur karena saat ini, detik ini juga, Tuhan memberikan aku kesempatan atau mungkin nanti menjadi takdir ku kelak, masih dengan orang yang sama. Orang yang aku cintai enam tahun lalu.

Siapakah yang beruntung diantara kita berdua? Aku yang memiliki dia, atau dia yang memiliki aku?

Jika aku yang beruntung bisa memiliki dia, aku ucapkan terimakasih. Terimakasih sudah mau mencintai aku untuk waktu yang lama.

Jika dia yang beruntung bisa memiliki aku, aku ucapkan terimakasih. Terimakasih atas semua perjuangan yang telah kamu lakukan untuk tetap mempertahankan ku.

Kita tidak ada yang tahu apakah kita akan selamanya bersama sampai di penggalan napas terakhir atau selesai di tengah jalan. Kita tidak ada yang tahu itu.

Biarkan takdir berjalan sebagaimana mestinya meskipun takdir menakutkan sekalipun.

"Tasya, kamu tahu, kamu adalah perempuan ketiga yang paling cantik setelah Mamah yang menempati tempat pertama?"

"Yang kedua siapa? Kenapa aku yang ketiga? Kenapa gak yang kedua?"

"Perempuan yang paling cantik kedua itu Irene." Katanya sambil tersenyum jahil kepadaku.

Bagaimana bisa semudah itu Sehun mengatakan bahwa mantannya lebih cantik daripada kekasihnya sendiri?

"Kok Irene? Apa gak ada perempuan selain dia?" Tanya ku.

"Ada."

"Siapa?" Tanya ku lagi.

"Kamu."

"Aku? Kenapa harus aku? Kenapa gak Irene lagi?"

"Kamu mau tahu, apa alasan aku menempatkan kamu di posisi ketiga?"

"Kenapa?"

"Because, aku mau kamu menjadi yang terakhir. Meskipun kamu bukan yang pertama."

"Gombalan kamu udah basi."

"Emang nasi yang basi?" Tanya dia menyunggingkan senyum kecilnya.

"Udahan lah Hun. Aku capek harus ngomong kayak Dilan sama Milea."

"Yah... Padahal aku mau kayak Dilan sama Milea... Biar kayak relationship goals gitu..."

"Kamu ini ya Hun, mau serius pacaran atau cuman mau pamer punya pacar?" Aku hanya bisa menggelengkan kepala.

Setelahnya, dia tersenyum lagi. Terlihat jelas sekali dari wajahnya yang sangat bahagia telah menemukan cintanya yang hilang.

"Oh iya, kamu belum ngasih tahu aku kenapa kamu gak jadi nikah sama Hanbin."

"Kamu beneran mau tahu apa alasannya? Kalo aku bilang sama kamu, kamu pasti ketawa."

"Memangnya apanya yang lucu sampai aku harus tertawa?" Dia--Sehun, mengangkat satu alisnya karena kebingungan pernyataan ku tadi.

"Kamu tahu kan, waktu aku kabur dari rumah sakit dan langsung terbang ke Jerman, di hari yang sama, Hanbin menyusul aku ke Jerman. Sesampainya di Jerman, Hanbin menemui aku dan langsung nembak aku lalu aku terima."

"Terus, dimana letak kelucuannya?"

"Dengerin dulu dong makanya kalau orang lagi ngomong. Jangan dipotong-potong. Setelah itu kita berdua pacaran selama hampir mau enam tahun. Waktu acara pernikahan aku sama Hanbin waktu itu, ternyata ayah tirinya Hanbin adalah ayah kandung aku, Sehun. Coba deh kamu bayangin, pacaran bertahun-tahun tapi gak pernah ketemu sama orang tua kekasih kamu sendiri. Bukannya itu lucu?"

"Hahahaha... Lucu banget, Tas."

Aku mencubit paha Sehun karena ia terpaksa harus tertawa hanya ingin menyenangkan aku saja.

"Kalo gak lucu mending gak usah ketawa deh, Hun."

"Selama kamu pacaran sama Hanbin, kamu gak pernah di grepe-grepein sama Hanbin kan?"

Aku menjitak kepalanya, "Yang ada aku di grepe-grepein sama kamu karena pacaran sama Om-om mesum kayak kamu!"

"Gimana kabar Ibu kamu?"

"Bulan kemarin Ibu bebas dan kembali ke rumah Nenek yang ada di Surabaya."

Sehun beranjak dari tempatnya dan dia kini sudah berlutut di hadapanku dengan sepasang cincin di tangan kanannya.

"Jika waktu itu aku hanya bisa melamar kamu. Sekarang, aku akan mengungkapkan semuanya malam ini. Tasya, will you marry me? Maukah kamu hidup dan mati bersama denganku?"

"Yes, i will." Sehun lalu menyematkan cincin di salah satu jari manis milikku. Akhirnya, aku kembali menjadi miliknya. Satu-satunya perempuan yang di cintainya.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Sehun melumat bibirku mengutarakan rasa terimakasih yang tersirat kemudian membawaku ke dalam gendongannya.

Aku kalungkan kedua tangan ku di lehernya dan membalas lumatannya. Aku hampir tidak bisa bernapas karena Sehun yang terlalu brutal melumat bibir ku yang tidak memberi aku untuk menghirup oksigen sedikitpun.

Malam ini, aku bahagia. Lewat ciumannya kali ini, aku bisa merasakan seberapa besar cintanya yang mengalir untukku.

Kisah aku dan Sehun tidak selesai sampai disini saja. Mungkin di lain waktu, jika Tuhan mengizinkan, akan aku bagikan bagaimana kehidupan pernikahan kita kedepannya nanti. Tunggu dan jangan bosan menunggu kelanjutan kisah kami berdua.

🎐🎐🎐

Guru Magang.
Minggu, 22 April 2018.





















[Sequel?]

Guru Magang - Oh Sehun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang