Dua

955 53 2
                                    

"Bang... Hari ini-" Yola terdiam. Terpaksa baginya untuk menghentikan ucapannya ketika sang suami menaruh satu jari di atas bibirnya.

"Ya Halo..." Thomas beranjak menjauh dari Yola. Ia sibuk menjawab ucapan dari telpon genggamnya. Raut wajahnya terkesan sibuk sekali.

Kata-kata yang akan terlontar hanya tertelan begitu saja bersama ludah dan sampai di tengah perut hingga menimbulkan rasa sakit yang menajalar sampai ke hati Yola.

'Kemanakah sosok suamiku yang dulu?'.

.
.
.

"Sayang... Kemari!" Titah Thomas. Yola yang sedang menyisir rambut panjangnya segera menuju ranjang di mana tempat sang suami berdiam.

Thomas tersenyum lembut kepada Yola yang mendekat. Segera diraihnya Yola kedalam pelukannya. Mendapat perlakuan seperti itu Yola merasa seisi perutnya seakan bermekaran. Bahagia, itu rasanya. Bagi Yola melihat Thomas yang tersenyum lembut malam ini adalah sebuah vitamin untuknya selama ini.

Thomas terasa berbeda dari tadi pagi rasa syukur kian mendera hati Yola. Akhirnya semua doa-doa nya dijawab oleh Allah subhanawata'ala.

"Jujur abang merindukanmu sayang." Terang Thomas seraya memainkan ujung rambut Yola.

Yola mendengarnya tersenyum malu-malu tanpa bisa mencegah rona merah yang merambat di dua sisi pipinya.

"Yola juga." Cicit Yola yang terus menyerukkan kepalanya ke dada bidang Thomas. Nyaris saja air mata Yola terjatuh sangking rindunya dia dengan kekasih hatinya ini.

Thomas kian mengeratkan pelukannya. Ia sadar, bahwa ia telah berbuat kesalahan. Mengacuhkan istrinya demi pekerjaan. Bukan! Bukan bermaksud ingin mengejar dunia. Namun sebuah masalah yang membuatnya harus bekerja keras agar ia bisa mempertahankan keluarganya dan masa depan anak-anak nya.

Thomas menguraikan pelukannya kepada Yola. Yola terkesiap, segera mendongakkan kepala dan menatap suaminya. Thomas memperlihatkan wajah sendunya kepada Yola. Hati Thomas semakin teriris melihat dua bola mata indah istrinya. Ia terbayang setiap malam istrinya menjatuhkan air mata. Ia tahu itu, sebab setiap ia pulang kerumah Yola selalu terlelap dalan keadaan pipi yang basah dan mata yang bengkak.

"Maafkan Abang, sayang. Abang.. Kembali gagal...-"

"Sssttt... Abang." Yola menaruh jari tekunjuknya dia atas bibir sang Thomas. Di iringi senyum sendunya ia berkata, "Aku adalah istrimu. Aku pendampingmu dan akulah pendukungmu. Jadikanlah aku sebagai tempatmu berpulang abang. Yola tidak tau ada masalah apa di kantor sehingga abang seperti ini. Tapi jangan katakan bahwa abang gagal atau apalah itu. Yola sadar mungkin ini salah Yola juga yang tidak mau mencari tahu dan hanya ingin tinggal bersih. Nah sekarang gunakanlah Yola dengan fungsinya. Yola sebagai istri abang ingin membantu abang. Jangan seperti ini lagi, Yola tidak sanggup." Tutur Yola. Terdengar begitu bergetar suaranya, menahan tangis agar tak membangunkan Arrum yang tidur di box bayi disamping ranjang mereka.

"Jangan menangis." Thomas merangkum kedua sisi wajah istrinya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Yola.

"Karena abang juga tidak sanggup melihatmu menangis. Maafkan aku Yola." Thomas berkata sendu matanya memanas perasaan bersalah itu terus mencekam hatinya. Ia tidak tega kepada istrinya yang sedikit-sedikit tersiksa karenanya.

"Aku mencintaimu sangat mencintaimu. Aku takut.... Kau meninggalkanku." Ucap Thomas lagi kemudian ia menjatuhkan kepalanya ke atas bahu Yola yang sedikit terbuka.

Ada perasaan sesak dan takut dihati Thomas entah itu apa. Mungkin Thomas takut Yola berpaling kepada yang lain karena usianya yang semakin bertambah dan kesibukkanya yang bertambah banyak.

OUR LOVE (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now