Satu

1.1K 66 5
                                    

Matahari kini telah menampakkan sinarnya. Disuatu rumah megang nan indah tampak seorang ibu muda sedang sibuk di dapurnya. Ia terlihat sedikit kerepotan dengan pekerjaan nya. Karena memang ia tidak menggunakan jasa pembantu. Ibu muda itu merasa bahwa ia bisa melakukannya.

"Umi.... Nopel mau pisang coklat mii." Itu suara Novela yang meminta sarapan paginya. Gadis kecil yang lucu itu kini sudah tumbuh besar. Ia duduk di kursinya menunggu sang Umi menyiapkan sarapannya.

"Iya sayang... Sebentar lagi ya." Ujar Uminya.

"Na'am mi." Balasnya singkat.

Tak lama setelah itu datang lagi gadis kecil bertubuh kurus menghampiri novela.

"Kak nopel! Itu kan dasi aku. Ihh kak Nopel balikin." Sentak Gadis tersebut yang ternyata Dima. Bibir nya merengut tak suka dengan kakaknya yang selalu memakai barang miliknya tanpa ijin.

Novela menyengir menampakkan giginya yang ompong dibagian depan. Ia tau adiknya pasti akan memarahinya tapi ia sudah biasa sebentar lagi adiknya pasti akan mengalah dengannya.

"Pinjam ya dek. Punya kakak gak tau ada dimana hehehe" Ucap Novela seraya mengelus kepala adiknya.

Yola yang melihatnya tak dapat menahan senyumnya. Ia menggelengkan kepalanya dengan tingkah dua anak kembarnya ini. Si adiknya yang jutek dan si kakak yang jahil.

"Iya deh." Ucap Dima dengan sedikit keterpaksaan. Novela menyengir senang ia menyambut uluran piring yang diberi oleh Uminya.

"Ayo!! Anak Umi makan yang banyak!." Ajak Yola bersama senyum lebarnya.

"UMIII ACAD MAU PISANG JUGA....." Yola menutup telinganya saat ia mendengar teriakan anaknya dari lantai atas.

"ARSYAD GAK USAH TERIAK JUGA KALII." Balas Novela tak kalah kencang. Yola semakin menutup telinganya dan melotot ke arah Novela.

Arsyad Edison. Anak ketiga Thomas Edison. Anak yang sangat cerewet,bawel dan berisik. Baginya tiada hari tanpa berteriak. Sifat manjanya sangat mendominasi sebab ia adalah anak kesayangan sang Ayah-Thomas.

Terdengar hentakan kaki yang menuruni tangga. Hingga munculah penampakan Arsyad didapur. Ia telah rapih dengan seragam putih-merahnya. Melangkah dengan langkah besar dan duduk dikursi tepat disebelah Dima duduk.

Matanya memicing curiga kepada kakaknya-Novela yang sedang asik menyantap pisang coklat.

"Punya Acad mana mi?." Tanya Arsyad manja. Ia merengek karena sang Umi belum mengangsurkan piring kehadapannya.

Yola terkekeh melihat tingkah Arsyad yang semakin hari semakin jadi. Ia memberikan sepiring coklat pisang kepada Arsyad. Mata Arsayd tampak begitu berbinar, tanpa sadar ia menjilat bibirnya dan siap memotong pisang tersebut dengan tangan kanannya.

"Baca Bismillah dulu dek.!" Titah Dima yang membantu memasang celemek untuk adiknya. Arsyad ini walau sudah besar tapi tingkahnya terkadang masih seperti balita.

"Hehe iya kak." Jawab Arsyad.

"Mam....mam...ma..mam...ja..jaj" kemudian Thomas datang sambil menggendong Arrumi anak bungsu mereka. Usianya baru memasuki satu tahun dimana ia sedang lincah-lincahnya berjalan.

Arrumi yang melihat sang mama didapur mulai melonjak-lonjak digendongangan ayahnya. Tatapannya hanya satu yaitu dada sang Umi. Ia sudah menangis kencang sedari tadi dan yang ia temukan adalah sang ayah.

"Sayang... Arr mau susu sepertinya." Thomas menghampiri Yola yang sudah mencuci tangan siap menyambut anaknya.

Satu kecupan bersarang dikepala Yola hati Yola bermekaran ia tersenyum lembut kepada suaminya. Sudah lama tidak begini. Arrumi tak ingin mengulur waktu ia segera memeluk leher sang Umi dan mencari-cari dimana posisi sumber kehidupannya.

Thomas yang melihat itu tertawa pelan. Lucu sekali, ia melihat anaknya yang begitu tak sabaran mengingatkan pada dirinya jika ia sedang.. Ah sudahlah Thomas malu sendiri.

"Ow..oww anak Umi. Sabar sayang." Yola segera meraih anaknya dan duduk ia terkekeh dengan tingkah anaknya.

"Like father. Like daughter." Bisik Yola ditelinga Thomas ketika mereka sudah duduk dimeja makan.

Arsyad cemberut melihat adiknya yang begitu manja pada Uminya. Semenjak kedatangan sang adik predikat kesayangan bergeser. Arsyad merasa tersingkir dengan kehadiran adiknya. Sehingga Arsayd selalu senang membuat adiknya sengsara. Dalam hatinya ia sudah menyiapkan rencana untuk menyiksa adiknya sepulang sekolah nanti, lihat saja!.

"Bagaimana pagi ini anak-anak siap sekolah?." Tanya Thomas setelah mereka sudah menyelesaikan sarapannya.

"SIAP AYAH!!." Seru Novela dan Arsyad. Novela dan Arsyad saling melirik satu sama lain. Arsyad menatap tajam Novela dan Novela menaikkan alisnya.

"Ngapain kakak kopel ikut-ikutan acad!." Seru Arsyad tak suka.

"Ihh pede banget kamu! Kakak kan cuman jawab pertanyaan ayah." Balas Novela sengit.

"Gak boleh! Anak perempuan gak boleh teriak! Acad aja yang boleh."Seru Arsyad lagi.

"Ihh kata siapa? Yang ada tuh kamu! Anak kecil gak boleh melawan sama yang tua. Dasar pendek!." ledek Novela.

Arsyad semakin panas ketika ia di katai pendek. Ia benci itu sebab ia memang pendek dan kakaknya justru tinggi menjulang.

"Enak aja! Acad kan masih belum gede makanya pendek. Nanti Acad pasti tinggi. Kakak tuh ompong gak punya gigi huuu malu tuh. Ada terowongan dimulut hahaah." ledek Arsyad tak kalah sengit. Novela melotot tidak terima ia geram dan segera mengulurkan tangannya untuk menjewer sang adik.

Dima yang ada ditengah Novela dan Arsyad menunduk seraya menutup telinganya. Ia melirik malas kearah keduanya. Arrumi yang tadinya asyik menyusu sampai melepaskan puting sang Umi demi menonton pertunjukan kakak dan abangnya.

Thomas yang bertanya pun jadi menganga, ia menggaruk kepalanya kenapa tingkah anaknya ini beragam sekali. Yola yang terkenal galak kalau anaknya sudah berulah mulai menyiapkan taringnya untuk mengomel.

"Tidak ingat dengan peraturan Umi?." Ucap Yola dingin ia menatap tajam kearah Novela-Arsyad. Tangan Novela yang nyaris hampir ditelinga Arsyad terhenti dan Arsyad sempatkan untuk menjulurkan lidah sebelum ia terdiam takut dengan sang Umi. Novela yang diledek itu terpaksa meredam amarah nya.

"Awas ya kamu disekolah nanti!." geram Novela.

.
.
.

"Abang pergi dulu ya!." Thomas mengecup bibir istrinya sekilas dan berjalan menuju mobilnya.

Yola tersenyum kecut dan melambaikan tangannya hingga mobil hitam milik Thomas menghilang dari halaman rumahnya.

Selalu saja begitu setiap paginya, Thomas akan pergi terburu-buru tanpa mau mendengarkan ucapan istrinya. Bahkan mencium tangannya pun terkadang Yola tak sempat. Sudah sepuluh tahun ia menikah dengan Thomas selama ini ia bahagia dan senang. Thomas selalu mengerti kepadanya. Tapi satu tahun terakhir ini semua terasa berbeda. Pernikahan yang dulu membahagiakan kian terasa hambar.

Thomas semakin sibuk setiap harinya ia akan pulang larut malam dan akan pergi lagi dipagi hari. Jujur Yola merindukan suaminya merindukan perhatiannya kasih sayangnya dan kehangatannya.

Ia merasa dingin, sepi dan tak berteman hidup. Hari-harinya hanya dihabiskan bersama anak dan mengurus rumah. Tak ada teman berbicara.

Tanpa sengaja setetes air mata jatuh ia benar-benar merindukan suaminya.

Apakah memang begini rasanya hidup bersama seorang pengusaha yang sudah berumur. Tidak ada keromantisan diantara kita bang

.
.
.

Ditulis mendadak.... Karena gak ada kuota dan biar kalian gak kabur ahahaah.

Senin 29 januari 2018

OUR LOVE (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now