Long Everlasting

3.2K 307 31
                                    

"Kuliah di Eropa?"

"Ayah bilang dia ingin aku belajar di Britania."

"Tempat orang-orang bermata biru itu?"

"Tidak semua. Ada yang memiliki iris mata cokelat dan hitam. Sebenarnya tanpa ayah menyuruh pun, Britania adalah tempat impianku."

Kuhempaskan punggung ke rerumputan. Ribuan kaki di atasku, awan selembut kapas bergerak selaras arah angin. Selia bulu domba kecil yang berlarian, menapaki udara. Musim panas menawarkan cerah. Matahari bersinar seolah tak mengenal senja.

Aku menoleh, kutatap lelaki di sampingku ini. Rambut kuningnya melambai. Lebih panjang kiranya dibanding dua bulan lalu saat kita kembali bertemu usai sekian lama.

Aku tak tahu apa yang membuat senyum tiba-tiba tersimpul di bibir ini. Yang kupikirkan, mungkin sudah saatnya Naruto-kun potong rambut.

"Haaah ..., Britania, ya?" aku membuang napasku lesu.

Apakah itu negeri yang sangat jauh? Berapa ribu kilometer jika dari Jepang?

"Naruto-kun, prediksimu berapa lama?"

Dia yang sedari tadi memandang arus sungai, mendadak menoleh. Iris biru langitnya bersirobok dengan mataku.

Satu pertanyaan yang sangat kuingat. Seharusnya dia tak perlu bertanya. Karena kurasa, Naruto-kun sungguh tahu jawabannya.

"Kau menghawatirkanku?"

Walhasil ... pipiku yang dibuat merona.

"Ti-tdak. Tidak sama sekali."

Kusembunyikan itu dengan langsung berpaling.

Naruto-kun pasti menangkap gerik aneh dari bahasa tubuhku. Dia menepuk bahuku.

"Kau mencemaskan rasa rindumu?"

Seketika, aku seperti tersengat aliran listrik.

"A-ah!"

Naruto-kun terkikik.

"... kau terkejut?"

Buru-buru kutepis tangannya dari pundakku. "Ti-tidak."

"Kau khawatir aku melirik gadis lain ya?" Naruto-kun menyangga punggungnya dengan telapak tangan.

Aku bangkit dari rebahan. Angin kembali bersemilir menerbangkan kelopak dandelion di sekitar kami.

Bantaran ini ... tempat yang paling berkesan. Dulu saat sekolah dasar, aku dan Naruto-kun sering menerbangkan layang-layang di sini sepulang sekolah.

"Tidak kok,"

"Lalu?"

Aku menyerah. Bocah pirang itu selalu punya cara agar aku berkata jujur.

"A-aku hanya khawatir seiring waktu berjalan kau melupakanku."

"... huh?"

"Cowok itu sama saja kan? Selalu melirik gadis yang sekiranya bisa dia dekati. Lagi pula, Britania tidak krisis gadis cantik rasanya. Pas sekali dengan impianmu yang ingin tinggal di sana."

"Hmm ... jangan menyamaratakan semua laki-laki."

"Apa salahnya?!" aku mengerutkan kening. Tidak ada yang salah dengan argumenku.

"Tentu saja. Karena aku lebih tamak dari mereka semua."

"A-apa?!" kutarik saja telinga Naruto-kun.

"Oi, jangan langsung menyiksaku begitu. Tunggu penjelasanku."

"..."

"Saat aku memutuskan kau jadi milikku, maka selamanya tak kan ku lepas. Aku ini pemuda yang sangat tamak, Hinata. Aku ingin mendapatkan semuanya. Cinta, sayang, perhatian, fisikmu, segalanya yang ada di dirimu.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Aug 05, 2018 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Kompilasi OneshotDove le storie prendono vita. Scoprilo ora