2

181 18 1
                                    

"jadi anak itu berada di Bandung sekarang, pantas saja semalam pak Kim mencari tapi sama sekali tidak menemukannya, semakin menjadi saja tingkah anak itu" ucap Melody sambil melipat korannya lalu meletakkannya diatas meja makan "apa kau sudah menghubungi pak Kim" Melody menatap Saktia

"Sudah nyonya, setelah mendapat kabar dari aya, saya langsung menghubungi pak Kim dan memintanya mengirim orang untuk langsung menjemput tuan muda bahkan pak Kim sendiri juga ikut, dan saat ini tuan muda Nabil sedang dalam perjalanan kembali ke rumah" jawab Saktia

"Baiklah kalo begitu, setelah anak itu sampai lebih perketat penjagaannya jangan sampai dia kabur lagi" ujar Melody lalu meminum teh yang sudah disiapkan untuknya

"Baik akan saya sampaikan kepada pak Kim perintah nyonya tersebut" ujar Saktia dengan membungkukan badannya
***

Jalanan tol yang sangat renggang di Minggu pagi dan bisa dilihat hanya ada beberapa mobil saja yang melintas, dapat dilihat sebuah mobil yang dikawal 4 empat mobil lain dengan formasi 2-1-2, 2 mobil di depan 1 mobil di tengah dan 2 mobil di belakang

"Saya harap ini terakhir kalinya anda berbuat seperti ini tuan muda" ucap Pak Kim yang saat ini duduk di sebelah Nabil

"Yah" jawab Nabil cuek dengan mata memandang keluar mobil

"Dan untukmu vino ini terakhir kalinya aku mendengar kau lengah dalam menjaga tuan muda" ucap Pak Kim pada Vino yang saat ini sedang menyetir

"Baik, saya akan lebih bertanggung jawab lagi dalam menjaga tuan muda" jawab Vino tapi masih fokus mengemudi
***

"Kenapa pagi sekali mengantarnya, ini kan hari libur kamu antar agak siang juga tidak apa-apa" ucap seorang wanita kisaran umur 27tahun pada seorang Gadis muda yang mengantar pakaiannya yang di laundry olehnya

"Tidak apa-apa kak, walaupun hari libur kan bukan alasan buat nganterinnya siang, malah saya berfikir karena hari libur mungkin pakaiannya mau dipakai" jawab Gadis muda itu seraya tersenyum kepada wanita yang berada di depannya

"Kamu memang anak yang rajin, betapa beruntungnya pak Boby dan bu Shania punya anak gadis seperti kamu" ujar Wanita tadi lalu mengambil selembar uang 100ribu dan diberikan pada Gadis muda tadi

"Ibu bilang uang laundrynya sudah dibayar jadi saya cuma mengantar saja" ujar Gadis muda tadi seraya menolak uang dari Wanita tadi

"Ini bukan uang laundry, uang ini buat kamu ambillah" ujar Wanita tadi masih menyodorkan yang tadi pada si Gadis muda

"Gak perlu kak, ini kan sudah tugas saya buat nganterin laundrynya" jawab Gadis muda tersebut menolaknya

"Gak apa-apa anggep aja ini upah buat kamu" ujar Wanita tadi

"Ibu bilang saya gak boleh ngambil uang upah dari pelanggan" ucap Gadis muda tersebut dan membuat Wanita tadi bingung, tapi lalu terlintas ide dari Wanita tadi

"Baik kalo kamu gak mau menerimanya" ujar Wanita tadi lalu memasukkan uangnya kembali ke dompet, "tapi kamu tunggu sebentar ya jangan pergi dulu" ujar Wanita tadi lalu masuk ke dalam rumah sambil membawa kresek yang berisi pakaian yang di laundrynya

Wanita tadi keluar dengan membawa kantong kresek hitam di tangan kanannya

"Kalo kamu gak mau Nerima uang, jadi aku kasih camilan aja yah dan ini gak boleh di tolak" ujar Wanita tersebut seraya memberikan kresek hitam yang di pegangnya pada Gadis muda yang berdiri di depannya, dan mau tidak mau si Gadis muda menerimanya

"makasih ya kak, kalo gitu aku pulang" ucap Gadis muda tersebut pada Si Wanita, lalu Gadis muda tersebut menaiki sepedanya lalu mengayuhnya meninggalkan rumah si Wanita tersebut

"hati-hati gracia" ucap si Wanita sambil memandang si Gadis muda yang dia panggil Gracia tadi "anak yang hebat" ucapnya lalu masuk ke dalam rumahnya
***

Di kediaman Keluarga Besar Laksani, suasana begitu mencekam di salah satu ruangan di rumah tersebut, lebih tepatnya di ruang tamu. Saat ini nabil seperti seorang tersangka dan Melody sebagai hakim yang siap menghukumnya dengan Saktia yang setia berdiri di samping tempat yang diduduki Melody

"mengelabuhi pengawalmu, meninggalkan nadhifa, mabuk, menghabiskan dua puluh juta dalam semalam, lalu membuat keributan.
Kapan kamu akan berfikiran dewasa dan berhenti bermain-bermain" ucap Melody pelan tapi terasa seperti sebuah sayatan pisau, saktia yang berdiri di sampingnya bisa merasakan rasa perih dari setiap ucapan barusan walaupun tidak ditujukan kepadanya, tapi berbeda dengan Nabil si penerima ucapan tersebut, hanya diam dan merasa bodo amat atas ucapan yang barusan ditujukan kepadanya

"apa hanya kekacauan yang bisa kamu lakukan" ucap Melody lagi tanpa ada respon dari Nabil yang duduk di depannya "jawab saya Nabil angkasa putra laksani" bentak Melody karena tak kunjung mendapatkan jawaban

"harap tenang nyonya, apakah nyonya lupa dengan pesan dari dokter hanna" ujar Saktia berusaha meredam emosi Melody

Melody menghelah nafas lalu menatap putranya yang duduk di depannya "masuk kamarmu dan renungkan perbuatanmu" ucapnya

Nabil berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah tangga menuju lantai 2 dimana kamarnya berada

"beri perintah pada vino untuk lebih memperketat penjagaan anak itu" ucap Melody pada Saktia

"baik nyonya akan langsung saya sampaikan perintah anda, saya permisi" ujar Saktia lalu melangkah pergi meninggalkan Melody
***

"kapan kamu akan berfikiran dewasa" ujar Shani yang berpapasan dengan Nabil di lorong lantai 2

"aku sedang tidak ingin ribut denganmu, dasar cengeng" ujar Nabil lalu berjalan melewati Shani

"hey, siapa yang kau sebut cengeng" ujar Shani lalu menjambak rambut Nabil yang akan melewatinya, sampai membuatnya mengaduh kesakitan

"hey lepaskan tanganmu dari rambutku, dasar si cengeng" ujar Nabil sambil memegang tangan Shani yang menjambaknya, untuk sedikit meredam rasa sakit di kepalanya

"tidak Sampai kau berhenti memanggilku cengeng" ujar Shani masih dengan posisi menjambak Nabil

"aku hanya bercanda, lepaskan ya kakakku yang paling cantik" ujar Nabil yang seketika membuat Shani melepaskan jambakannya "sakit tau" ujarnya sambil menatap Shani yang tersenyum puas

"duh cakit ya, maafin kakakmu yang cantik ini ya" ujar Shani tertawa meledek sambil mengelus rambut Nabil dengan kedua tangannya dan dibalas tatapan malas oleh Nabil

Dari kejauhan Vino ikut tersenyum melihat Shani yang terus meledek adiknya, kalo boleh jujur dari lubuk hatinya dia sangat rindu kepada gadis tersebut, gadis yang dulu dia janjikan sebuah kebahagiaan tapi nyatanya hanya sebuah kekecewaan yang dia berikan.

PEWARIS

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PEWARISWhere stories live. Discover now